MUKADDIMAH
Syihabuddin Yahya ibn Habasy ibn Amirak dari Surahward (dekat Zanjan di
Iran barat laut), dalam tradisi filosofis dan mistik (tasawuf) di dunia Islam
timur, dikenal sebagai Syaikh Al-Isyraq (“Guru Pencerah”) menyusul aliran
Isyraqiyyah dalam teosofi dan filsafat di mana dia dianggap sebagai pendirinya.
Dipenjara di Alepo atas perintah putra Shaladin, Al-Malik Azh-Zhahir, dan
dihukum mati pada 1191 dalam usia 38 tahun, dan karena inilah di dikenal
sebagai Suhrawardi Maqtul (yang dihukum mati), untuk membedakannya dari
beberapa Suharawardi terkenal lainnya.
Sedikit yang kita ketahui tentang kehidupannya berasal dari penjelasan
Syahruzuri, pengikutnya, mengenai dirinya, yang dari situ kami mengutip :
Pada masa mudanya dia
berkenala, untuk mencari pengetahuan dan hikmah, ke Maraghah, di mana di
belajar bersama Majduddin Al-Jili, dan ke Isphahan, di mana, sebagaimana yang
penah saya dengar, dia membaca karya Ibn Sahlan As-Sawi, Bash’ir, dengan
Azh-Zhahir dari Fars. Sesungguhnyalah, buku-bukunya menunjukan bahwa dia banyak
merrenungkan Bash’ir.
Dia berkelana ke banyak
bagian negeri, dan kebanyakan bersama orang-orang sufi. Dari mereka inilah dia
mendapatkan manfaat. Setelah dapat berpikir dan ber-‘uzlah (menyepi) dengan
leluasa, dia berusaha menguasai hawa nafsunya dengan menjalani praktik-praktik
eskatis (kezuhudan), mengasingkan diri dan bermeditasi (bertafakur) sampai
mencapai maqam tertinggi para arif dan wahyu-wahyu para nabi.
Sedangkan dalam filsafat
praktis, dia seperti orang-orang kuno di masa lampau, dan sifatnya seperti
darwisy kelana. Dia menjalankan praktik-praktik asketis yang tidak akan mampu
dilakukan oleh orang-orang masa kini. Dia berbuka
puasa hanya sekali seminggu, dan nafkahnya tidak pernah lebih dari lima puluh
dirham. Jika kita lihat secara umum peringkat-peringkat filosof, maka akan
jarang sekali ditemukan orang yang lebih zuhud dan lebih unggul darinya.
Ibn Raqiqah berkata : “Aku
sedang berjalan bersama Syihabuddin di masjid di Mayyafariqin; dia mengenakan
tunik pendek biru. Di kepalanya melingkar sehelai kain, dan dikakinya sepasang
selop. Seorang teman melihatku dan, setelah mendekat, bertanya, “Mengapa engkau
berjalan bersama kusir keledai ini?” “Hati-hatilah dengan perkataanmu,”
sahutku, “sebab, inilah tokoh abad ini, Syihabuddin dari Surahward!” Dia nampak
terkejut mendengar ini, lalu pergi”
Syihabuddin tidak peduli
pada dunia, yang tidak pernah diperhatikannya; dia tidak begitu memikirkan
makanan atau pakaian, dan tidak silau oleh kedudukan tinggi. Kadang-kadang
mengenakan jubah dan kopiah panjang berwarna merah; kadang-kadang memakai baju
bertambal dengan sepotong kain melilit di kepalanya; kadang-kadang berpakaian
seperti orang sufi. Dia biasa berpuasa, berjaga di waktu malam dan merenungkan
masalah-masalah teosofis. Dia tidak memperhatikan orang-orang ‘beradab’, dan
lebih suka menutup mulut, sibuk dengan dirinya sendiri. Dia menyukai sama’
(Sama, adalah sidang yang diadakan oleh para sufi di mana musik, tarian dan
resitasi (recitation) digunakan untuk mencapai ekstase) dan musik; dia
amenunjukan mukjizat-mukjizat dan perbuatan-perbuatan yang luar biasa. Saya
pernah mendengar ada ‘ulama dan orang-orang yang tidak mengenal sama sekali
pengethauan tentang realitas mengatakan bahwa dia menguasai alkimia (Ilmu kimia
Abad pertengahan, yang tujuan utamanya adalah mencari tahu bagaimana cara
mengubah logam biasa menjadi emas). Sebagian dari mereka bahkan menyatakan
bahwa dia seorang ahli sihir, tetapi semua itu hanyalah pernyataan tak
berdasar, dan menunjukan ketidak tahuan tentang tingkatan-tingkatan dalam
Ikhwan At-Tajrid (Persaudaraan Abstraksi/Pemisahan, merupakan salah satu cap
yang selalu digunakan oleh Surahwardi bagi persaudaraan sufi/ahli mistik, yaitu
mereka yang ‘terpisahkan’ dari dunia ini) yang puncaknya telah berhasil dicapainya.
(Dalam Ikhwan At-Tajrid ada suatu tingkatan di mana mereka mampu mewujudkan
setiap bentuk yang mereka kehendaki, dan tingkatan itu berhasil dicapai oleh
Abu Yazid Al-Bisthami, Al-Husyn ibn Manshur Al-Hallaj, dan lain-lainnya. Saya
telah mempercayai tingkatan ini jauh sebelum Tuhan memberikan kemampuan kepada
saya untuk mengenalnya dengan keyakinan penuh). Meskipun ini merupakan salah
satu misteri yang harus tetap dirahasiakan, saya telah menyebutkan sesuatu yang
menyangkut keadaannya.
Dia senang hidup di Diyar
Bakr, dan tinggal sebentar di Syria dan juga Anatolia.
Alasan mengapa di dihukum
mati, sebagaimana yang kami dengar, adalah ketika meninggalkan Anatolia menuju
Syria dia berkunjung ke Aleppo, yang pada masa itu diperintah oleh Al-Malik
Azh-Zhahir, putra Shalahuddin Yusuf, penguasa Mesir, Yaman dan Syria. Al-Malik
menyukai sang guru (Syihabuddin Yahya As.Surahwardi) dan percaya kepadanya.
Waktu itu ada sekelompok ‘Ulama di Aleppo yang biasa berkumpul untuk
mendengarkan ceramahnya. Dengan bersikap terus terang dalam ceramahnya, untuk
mempertahankan keyakinan para filosof, Surahwardi menunjukan betapa tololnya
pendapat-pendapat para penentangnya, bertengkar mulut dengan mereka, dan
menghina mereka di depan umum. Selain itu, ada hal-hal ajaib yang diperlihatkannya
melalui kekuatan ruh suci. Oleh karena itu, didorong rasa iri hati, mereka
bersatu suara untuk menyetekan bahwa Surahwardi adalah kafir dan patut dihukum
mati; mereka juga menyatakan dirinya sebagai pelaku kejahatan-kejahatan besar
dan bahwa dia menyebut dirinya nabi, meskipun dia jelas tidak melakukan semua
itu! (Dan Tuhan tahu siapa orang yang iri). Mereka mendesak sultan untuk
menjatuhkan hukuman mati kepadanya, tetapi sultan menolak. Maka mereka menulis
surat kepada ayahnya, Shalahuddin, dan antara lain mengatakan bahwa jika
dibiarkan hidup, maka Surahwardi akan merusak iman. Ketika (Shalahuddin)
menyurati (Al-Malik Azh-zhahir), yang memerintahkan untuk menghukum mati
(Surahwardi), Al-Malik tidak mematuhinya. Lalu Shalahuddin menyurati lagi dan
bahkan mengancam akan melepaskan Al-Malik dari kedudukannya dalam pemerintahan
di Aleppo jika tidak patuh.
Orang saling berbeda
pendapat mengenai cara kematiannya. Sebagian menyatakan bahwa Surahwardi
dipenjara dan tidak diberi makanan; yang lain mengatakan bahwa dia mogok makan
sampai meninggal. Sebagian mengatakan bahwa dia dicekik dengan tali, sementara
yang lain mengatakan bahwa dia dibunuh dengan pedang. Diceritakan bahwa
(tubuhnya) dijatuhkan dari benteng dan dibakar. Dalam suatu mimpi, Syaikh Jamaluddin
Al-Hanbali melihat Rasulullah sedang mengumpulkan tulang-belulang dan
menempatkannya di dalam sebuah lubang (atau, yang juga banyak dikisahkan, di
dalam kantung) dan berkata, “Semua ini adalah tulang belulang Syihabuddin.’
Saya pernah mendengar bahwa sebagian sahabat Surahwardi biasa memanggil dirinya
Abul Futuh (Futuh, dalam termologi sufi, adalah penampakan ajaib ata munculnya
sesuatu dari “dunia lain” ‘Abul Futuh’ bapak’ atau pemilik penampaka-penampakan
semacam itu )dan Tuhan-lah yang peling tahu tentang kebenaran kisah ini.
Surahwardi bersahabat dengan
Fakhruddin Al-Mardini, yang tinggal di Mardin, dan biasa menemuinya. Fakhr
mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, “Betapa pandainya pemuda ini (Surahwardi)
dan betapa fasihnya! Di zaman kita ini, aku belum pernah menemukan
tandingannya, namun aku khawatir ketakpedulian dan keberaniannya yang
berlebihan akan mendatangkan kehancuran padanya.’
Ketika meninggalkan kami dan
pergi ke Aleppo, Surahwardi berselisih paham dengan fuqaha,
yang tidak dapat menandinginnya; dan banyak fitnah ditujukan kepadanya.
Al-Malik Azh-Zhahir mengundangnya bersama beberapa ahli hukum besar dan
alim-alim piawai untuk mendengar perdebatan di antara mereka. Surahwardi banyak
berdialog dengan mereka, dan karena sangat cerdas dan berpengetahuan luas, dia
dianggap bermanfaat sekali oleh Azh-Zhahir dan menjadi kawan dekatnya. Karena
itulah kecemasan terhadapnya semakin gencar, dan sidang-sidang pengadilan
diselenggarakan untuk menyatakan dirinya kafir. Hasilnya diserahkan kepada Shalahuddin
di Damaskus, dan mereka mengatakan bahwa jika dibiarkan hidup, Surahwardi akan
merusak iman Al-Malik, dan jika dibuang dia akan merusak setiap tampat yang
didatanginya. Ini hanya sebagian dari apa yang mereka katakan. Maka
(Shalahuddin), berbekal saran dari hakim Al-Fadhil, menyurati Azh-Zhahir,
dengan mengatakan bahwa Shihab (Surahwardi) ini harus dihukum mati, dan tidak hanya
cukup dibuang ke pengasingan saja. Ketika Syihabuddin menyadari gawatnya
situasi, dia memilih untuk mengunci diri di suatu ruangan dan menolak makanan
dan minuman sampai dia bertemu dengan Tuhannya. Dan inilah yang dilakukan
terhadapnya. Selanjutnya Azh-Zhahir membalas dendam kepada (para pelaku
kejahatan itu), yang dimasukannya ke penjara dan sebagian besar hartanya disita.
Usianya, menurut beberapa
riwayat, adalah 38 tahun, meskipun angka 50 juga disebut-sebut. Surahwardi
bertubuh sedang, memelihara jenggot dan berwajah sehat kemerah-merahan. Dia
banyak berkelana dengan berjalan kaki. Jika kami menceritakan mukjizat-mukjizat
yang kami dengar dia miliki, akan terlalu panjang nantinya, dan sebagian orang
yang bodoh akan menganggapnya bualan semata. Hukuman mati atasnya dijalankan
pada akhir tahun 586 Hijri (1191 Masehi) atau 588 Hijri (1192 Masehi). Dia
menguasi mazhab Syafi’i dan menguasi Fiqh, hadits dan ushul.
Dia luar biasa pandainya.
Saya pernah mendengar bahwa ketika ditanya tentang Fakhruddin Ar-Razi, dia
berkata, “Pikirannya tidak pantas untuk banyak dipuji.” Fakhruddin ditanya
tentangnya dan berkata, “Di dalam otaknya menyala kecerdasan dan bakat alam.”
Saya pernah mendengar
Surahwardi ditanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih unggul, kamu atau Ibn
Sina?’ Dia menyahut, “Kami mungkin setara, atau aku mungkin sedikit
lebih baik daripadanya dalam soal diskursif, tetapi pasti aku melampauinya
dalam soal wahyu dan intuisi.”
Karya-karya Surahwardi dapat dikelompokan ke dalam empat kategori besar.
Yang paling penting adalah karya-karya Filosofi utamanya, yang sekaligus
mewakili perkembangan doktrin Israqiyyanya : At-Talwihat (Kedekatan),
Al-Muqawwamat (Tambahan), Al-Masyari’ wal-Mutharahat (Jalan-jalan dan
tempat-tempat berlabuh) dan karya monumentalnya, Hikmat Al-Isyraq (Filsafat
Pencerahan). Kategori kedua terdiri atas sembilan hikayat yang bersifat
filosofis. Kategori ketiga adalah sepuluh hikayat simbolis pendek yang bersifat
mistis dan sekaligus filosofisns, tetapi dari kesemuanya itu hanya satu yang
diberrikan terjemahannya dalam buku ini. Dan yang terakhir, ada sekumpulan doa
dan permohonan, yang sangat mungkindihimpun dari dikta Surahwadi oleh para
murid dan dikenal sebagai Al-Waridat wat-Taqdisat.
HIKAYAT : 1 HIKAYAT BURUNG-BURUNG
1
Suatu terjemahan dari Lidah Kebenaran, yang berupa Hikayat Burung-burung,
disusun oleh sang pemimpin dunia, ilmuwan di zamannya, yang terdepan di antara
para sarjana dari filosof, Syeikh Syihabuddin Surahwardi, semoga Tuhan
mengasihinya.
2
Adakah di antara saudara-saudaraku yang bersedia mendengarkan sebentar agar
dapat kusampaikan kesedihanku, sehingga mungkin dia dapat ikut merasakan kesedihan-kesedihan
ini dengan penuh rasa persahabatan dan persaudaraan? Persahabatan tidak ada
yang murni kecuali jika dijaga agar tidak tercemar oleh kekotoran. Di mana aku
dapat menemukan seorang sahabat yang setulus itu? Persahabatan akhir-akhir ini telah
menjadi seperti barang : Jika kebutuhan akan sahabat timbul, maka orang
berusaha menjalin persahabatan, tetapi jika tidak ada lagi tuntutan kebutuhan
itu, maka mereka memutuskan hubungan dengan sahabat-sahabat mereka. Kecuali
persaudaraan dari para sahabat yang ikatannya adalah kedekatan Ilahi. Kerukunan
mereka tercipta akibat kedekatan samawi, masing-masing memandang pada hati satu
sama lainnya dengan mata sejati, dan mereka mengikis noda-noda keraguan dan
ketidakpastian dari diri mereka sendiri. Kelompok ini hanya dapat dikumpulkan
dengan bentara (pewarta) Tuhan; dan jika mereka telah berkumpul, mereka akan
menerima wasiat ini.
3
Saudara-saudara sejati, jagalah dirimu sebagaimana seekor landak menjaga
dirinya. Yaitu, melindungi bagian bawah dengan tanah dan menutupi punggungnya
(dengan bulu-bulu durinya), agar, demi Allah bagian dalammu terlindungi dan
bagian luar mu tertutupi.
4
Saudara-saudara sejati, lepaskan kulitmu laksana ular, dan berjalanlah
seperti semut, sehingga tak seorang pun akan mendengar langkah-langkah kakimu.
Jadilah seperti kalajengking, dengan senjatamu selalu siap di belakangmu, sebab
setan itu mendekati dari belakang. Minumlah racun agar kamu dapat hidup dalam
kesejahteraan, dan cintailah kematian agar kamu tetap hidup. Selalulah terbang
dan jangan tinggal dalam sarang tertentu, sebab semua burung dapat ditangkap di
dalam sarang mereka. Jika kamu tidak mempunyai sayap-sayap untuk terbang, maka
merangkaklah di atas tanah, agar kamu dapat selalu berpindah tempat. Jadilah
seperti burung kasuari, yang menelan batu-batu hangat, dan seperti burung
hering, yang memakan tulang-belulang keras. Jadilah seperti salamander, yang
selalu berada di tengah api, agar hari esok tidak akan mencelakakan mu. Jadilah
seperti kelelawar, yang tidak mau keluar pada siang hari, agar kamu terjaga
dari musuh-musuhmu.
5
Saudara-saudara sejati, bukan merupakan suatu kejutan jika para malaikat
tidak berbuat dosa atau jika binatang-binatang melakukan tindakan-tindakan yang
memalukan, sebab para malaikat tidak memiliki sarana untuk merusak dan
binatang-binatang tidak memiliki alat berpikir. Yang mengejutkan adalah apa yag
dilakukan manusia meskipun dia berakal, ketika dia menuruti hasrat jasmaniah
dan menghambakan dirinya pada nafsu. Demi keagungan Istana Tuhan, orang yang
berdiri kukuh dalam menghadapi godaan nafsu itu lebih mulia daripada para
malaikat. Sebaliknya, orang yang dikendalikan oleh nafsu itu lebih rendah
daripada binatang.
6
Kini marilah kita kembali pada pembicaraan dan kujelaskan kesedihanku. Ketahuilah,
saudara-saudaraku yang sejati, bahwa sekelompok pemburu mendatangi sebuah
padang, di mana mereka meletakkan dan mengumpulkan perangkap serta memasang
orang-orangan dan menyembunyikan diri mereka di balik timbunan rumput kering.
Aku mendekati tempat itu bersama sekawanan burung. Ketika pra pemburu itu
melihat kami, mereka membuat bunyi-bunyian yang begitu menarik sehingga kamu
terpukau. Kami mencari-cari dan menemukan sebuah tempat yang indah dan
menyenangkan. Tidak alasan untuk mencurigainya; tidak ada bayangan keraguan
yang mencegah kami memasuki padang itu. Kami langsung menuju perangkap itu dan
terjerat. Kami memandang berkeliling dan melihat ikalan jaring itu melilit
leher kami dan tali-tali jerat mengikat kaki kami. Dengan harapan dapat melepaskan
diri dari bencana itu, kami semua berusaha untuk bergerak; tetapi semakin keras
kami berusaha, semakin ketat tali-tali itu mengikat kami. Karena itu kami
mempersiapkan diri untuk menerima kematian dan menyerah pada nasib. Kami begitu
sibuk dengan penderitaan masing-masing, sehingga tidak ada yang peduli satu
sama lainnya. Kemudian kami berusaha memikirkan suatu muslihat agar kami dapat
menyelamatkan diri, tetapi kami tetap saja dalam keadaan yang sama, demikian
lamanya, sehingga akhirnya kami jadi terbiasa dan melupakan keadaan kami. Kami
menghentikan upaya melepaskan diri dari belenggu dan membiarkan diri terkurung
dalam kandang.
7
Suatu hari kami memandang keluar dari kandang, dan melihat sekumpulan kawan
kami berhasil mengeluarkan kepala dan sayap mereka dari jaring-jaring kandang
yang sempit dan bersiap-siap untuk terbang. Pada kaki mereka masing-masing
masih terpasang cabikan orang-orangan dan belenggu, tetapi hal itu tidak
menghambat mereka untuk terbang. Mereka tetap gembira meskipun belenggu masih menempel.
Ketika melihat ini, aku ingat bagaimana keadaanku dan betapa aku telah
melupakan diriku sendiri. Aku menjadi benci dengan keadaanku yang telah
terbiasa aku jalani selama ini. Aku merasa begitu malu, sampai-sampai ingin
mati saja; dan jika mereka pergi, aku ingin jiwaku meninggalkan tubuhku. Aku
menjerit keras memanggil mereka memohon mereka agar datang padaku dan
menuntunku agar dapat membebaskan diri dan menaruh belas kasihan pada
penderitaanku, sebab aku telah berada di ambang pintu kematian. Ketika teringat
tipu muslihat para pemburu, mereka menjadi takut dan terbang menjauh. Aku
bersumpah kepada mereka demi persahabatan lama kami, yang belum pernah ternoda
oleh apapun juga. Namun, mekipun mendengar sumpahku, mereka tidak dapat
melepaskan diri dari kecurigaan, dan dalam hati mereka [un tidak ada kemauan
yan cukup besar untuk menolongku.
Sekali lagi aku berbicara tentang persahabatan kami sebelumnya dan
menunjukan ketidakberdayaanku. Mereka mendekatiku, lalu aku bertanya mana
mungkin mereka berhasil melepaskan diri dan dapat terbebas dari belenggu.
Kemudian, seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka membantuku untuk
mengeluarkan leher dan sayapku dari jerat dan selanjutnya membuka pintu
kandang.
Ketika aku telah keluar, mereka berkata, Manfaatkanlah kebebasanmu ini
sebaik-baiknya!’ Aku minta mereka melepaskan belenggu dari kakiku, tetapi
mereka berkata, ‘Kalau kami mampu melakukan hal itu, kami pasti telah terlebih
dahulu melepaskannya dari kaki kami sendiri.
Tak seorangpun mencari pengobatan dari dokter yang sakit; dan sekalipun
orang itu menerima obat darinya, hal itu tidak berpengaruh apa-apa.
Kemudian aku terbang bersama mereka. Mereka berkata padaku, ‘Kita masih
harus menghadapi jalan panjang di hadapan kita yang sulit dan menakutkan,
dimana tak seorang pun dapat merasa aman. Kita mungkin akan kehilangan
kebebasan kita ini dan terperangkap lagi dlam kesulitan seperti sebelumnya.
Karena itu kita harus kuat menghadapi bencana sebesar apa pun agar kita dapat
membebaskan diri selamanya dari lubang-lubang perangkap dan selanjutnya
berjalan di jalan yang benar.
8
Kami mengambil jalan di
antara dua jalan besar, melalui sebuah lembah yang ada mata air dan
tumbuh-tumbuhannya. Kami terbang cepat, sampai kami bebas dari padang jebakan
itu. Kami tidak menengok ketika mendengar panggilan sang pemburu. Kami tiba di
sebuah puncak gunung, lalu memandang berkeliling. Di depan kami ada delapan
gunung lagi, begitu tingginya, sehingga puncak-puncaknya tidak tampak. Kami
berkata di antara kami sendiri, “Untuk hinggap, sama sekali tidak mungkin, dan
kita tidak akan selamat sebelum berhasil mengarungi gunung-gunung ini, sebab
pada setiap gunung ada saja yang yang ingin menangkap kita. Jika kita diganggu
oleh mereka dan tergoda oleh kegembiraan dan kesenangan dii tempat-tempat itu,
kita tidak akan dapat sampai ke tujuan,’ Maka kami menahan kelelahan yang amat
sangat, sampai akhirnya kami berhasil melampaui enam dari gunung-gunung itu,
dan sampai pada gunung yang ke tujuh.
‘Sudah waktunya kita beristirahat,’ kata sebagian dari kami. ‘Kita tidak
kuat terbang lagi. Musuh-musuh dan pemburu-pemburu kita semuanya ada di
belakang kita, dan masih panjang jalan yang harus kita tempuh. Satu jam
istirahat akan memungkinkan kita untuk
mencapai tujuan kita. Kalau kita terkena bencana lagi, kita akan musnah.
Karena itu kami hinggap di atas gunung itu, di situ kami melihat
taman-taman yang dihias sangat indah dengan bangunan-bangunan besar,
paviliun-paviliun, pohon-pohon yang sarat dengan buah, dan air yang mengalir.
Tempat itu demikian indahnya, sehingga dapat mengelabui mata dan menggoda
pikiran. Nyanyian burung-burung di situ tidak ada bandingannya dengan yang
pernah kami dengar sebelumnya, dan aroma serta keharumannya belum pernah kami
cium. Kami makan buah-buahan dan minum air, dan tinggal di situ seolah-olah
kami akan tinggal selamanya, tetapi segera muncul suara yang mengatakan bahwa
kami harus bersiap-sia untuk pergi, sebab tidak ada keamanan tanpa kewaspadaan,
dan tidak ada benteng yang lebih kuat daripada kesangsian. Menunda lebih lama,
berarti menyia-nyiakan hidup, dan musuh-musuh terus mengikuti jejak kami serta
mengejar-ngejar kami tanpa henti.
9
Selanjutnya kami pergi menuju gunung ke delapan. Ia begitu tinggi sehingga
puncaknya menggapai langit. Ketika mendekat, kami mendengar nyanyian
burung-burung, begitu merdunya suara itu sehingga kami memperlambat terbang
kami dan turun. Kami melihat segala macam hal yang indah : Kami melihat
bentuk-bentuk yan begitu menyenangkan, sehingga tak seorang pun dapat
memalingkan muka darinya. Kami turun. Mereka begitu ramah dan baik terhadap
kami, sehingga mustahil ada makhluk yang dapat melukiskannya.
10
Ketika penguasa tempat itu memperlakukan kami dengan baik, lalu kami
membuka diri serta menceritakan padanya tentang penderitaan kami dan semua hal
yang telah menimpa kami. Dia sangat terluka, dan menunjukan bahwa dia dengan
tulus bersimpati pada kami. Kemudian dia berkata, ‘Ada sebuah kota di puncak
gunung ini, tempat tinggal sang raja. Jika berkenan, dia akan membantu siapa
saja yang menderita karena ketidakadilan. Pergilah menemuinya, dan percayalah
padanya. Apa pun yang dapat saya katakan tentangnya, tidak akan cukup untuk
melukiskan dirinya.’
Kami merasa lega mendengar kata-kata ini, lalu, mengikuti
petunjuk-petunjuknya, berangkat menuju istana raja. Tetapi, sebelum kami
datang, penjaga di luar telah memberi tahu raja, dan raja memerintahkan agar
para pendatang baru itu di bawa menghadap sang raja. Kami melihat sebuah
paviliun dan halaman istana yang sangat luas, sehingga kami tidak dapat menatap
keseluruhannya. Setelah kami lewat, sebuah tirai disingsingkan, dan tampaklah
halaman istana yang lain, jauh lebih indah dan luas, sehingga yang sebelumnya
tampak tidak berarti jika diperbandingkan. Selanjutnya kami tiba di sebuah
kamar, dan begitu kaki kami melangkah masuk, terlihat dari jauh keagungan sang
raja. Mata kami menjadi silau oleh keagungan itu, kepala kami pusing, lalu kami
kehilangan kesadaran. (Sang Raja) dengan ramah menyadarkan kami, lalu membuat
kami merasa nyaman untuk berbicara. Kami beritahukan padanya tentang
ujian-ujian serta kesulitan-kesulitan yang telah kami hadapi. Kami minta
padanya agar melepaskan sisa-sisa belenggu dari kaki kami agar kami dapat
mengabdi di istananya, tetapi dia menjawab, ‘Hanya dia yang memasangkan
belenggu itu di kaki kalian yang dapat melepaskannya. Aku akan mengirim seorang
utusan bersama kalian untuk meyakinkan mereka agar melepaskan ikatan kalian.
Kawan-kawan kami menangis keras karena kami harus kembali, lalu kami
tinggalkan sang raja dan pergi bersama utusan raja.
11
Sebagian kawanku memintaku untuk melukiskan ketampanan dan keagungan sang
raja. Meskipun kami tidak dapat melukiskannya dengan tepat, akan kami berikan
gambaran seperti apa sang raja itu. Jika kamu dapat membayangkan suatu keindahan
yang tidak akan dapat tersentuh oleh keburukan,dan suatu kesempurnaan yang
tidak akan pernah dapat didekati oleh ketidaksempurnaan, kamu akan menemukannya
di sana, selama semua keindahan memang dimiliki olehnya. Dia kadang-kadang
merupakan sumber ketampanan dari setiap wajah, kadang-kadang menjadi sumber
kedermawanan dari setiap tangan. Barang siapa mengabdi padanya, akan menemukan
kebahagiaan abadi, dan barangsiapa berpaling darinya, akan ‘kehilangan baik
dunia maupun akhirat’ (QS.22:11).
Banyak kawan, setelah mendengar kisah ini, berkata, ‘Kukira kamu telah
tersihir oleh peri atau dirasuki setan. Demi tuhan, kamu belum pernah terbang
ke mana pun. Pikiranmu lah yang telah terbang. Tak seorang pun pernah memburu
mu. Rasonalitas kamulah yang telah terjerat. Bagaimana mungkin seorang manusia
bisa terbang? Bagaimana mungkin seekor burung bisa berbicara? Tampaknya kamu
menderita melankolia ata kegilaan telah merusak otakmu. Kamu harus minum obat
epithymon, pergi ke kamar mandi,
kucurkan air hangat ke kepalamu, gosoklah tubuhmu dengan minyak dari bunga
bakung, makanlah makanan-makanan ringan, dan jangan begadang terlalu lama
(Kemanjuran epithymon (suatu parasit yang tumbuh pada tanaman thyme, cucuta
Ephityhymuni), minyak bunga bakung dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk
menyembuhkan penyakit melankolia dan gangguan-gangguan pikiran lainnya,
disebutkan epithymon menghilangkan melankolia, dan bekerja sebagai obat
perangsang muntah bagi orang-orang yang menderita ekses empedu kuning dalam
sistem pencernaan; minyak bunga bakung dinyatakan sebagai obat penenang untuk
megrim demam dan kolera). Juga, jangan terlalu banyak berpikir. Sebelum ini
kami selalu menganggapmu sebagai orang yang rasional dan waras, dan karena
Tuhan menjadi saksimu, kami merasa sedih melihat arah yang telah kamu ambil dan
kegilaan yang telah kamu derita.’
Demikianlah mereka berbicara, namun kami tidak mendengarkannya. Kata-kata
yang paling buruk adalah yang terbuang percuma dan hilang tanpa memberi
pengaruh apa-apa. Harapanku hanya ku tujukan kepada Tuhan, dan barang siapa
tidak memperhatikan apa yang telah ku katakan, maka dia itu bodoh.
“Dan orang-orang yang zalim itu
nanti akan mengetahui ke tampat mana mereka akan kembali (QS.26:227).
HIKAYAT : 02 SUARA SAYAP
JIBRIL
Bismillahirrahmanirrahim
1
Sudah selayaknya kita memuliakan Yang Mahaada lagi Mahakuasa, bukan yang
lain. Benarlah langkah kita memuji dan mengagungkan Tuhan yang Mahakusa dengan
tiada henti. Puji syukur hanya teruntuk Yang Mahasuci, yang dari jati-diri-Nya
lahirlah jati-diri semua makhluk yang dapat dinamai, dan yang dari wujud-Nya
mewujudlah semua makhluk hidup. Penghormatan dan doa tertuju kepada ruh Tuan
kita “Rasulullah saw.”, yang sinar kesuciannya menerangi dunia dan yang
wahyunya menyinari cakrawala di barat dan timur, dan juga kepada para Sahabat
dan Pembantunya.
2
Selama beberapa hari terakhir ini salah seorang dari mereka, yang
kebersihan visinya telah dikotori oleh pandangan fanatisme, mengungkapkan omong
kosong tentang guru-guru dari generasi-generasi yang telah lewat, untuk
meninggikan kedudukan para pemuka dan guru tarekat (jalan pencarian
spiritualnya para sufi). Di tengah kata-kata kemarahannya, untuk menekankan
keberatan-keberatannya yang amat sangat, dia mencemoohkan istilah-istilah
teknis dari orang-orang modern. Kemudian dia menyisipkan sebuah lelucon tentang
Sang Guru Abu ‘Ali Farmadi, yang ditanya mengapa Pemakai Pakaian Biru (para
sufi) menamakan suara-suara tertentu sebagai ‘suara sayap Jibril.’ Dia
menjawab, ‘Hampir semua yang dapat ditangkap inderamu berasal dari suara sayap
Jibril.’ Dan kepada orang yang telah mengajukan pertanyaan itu dia berkata,
‘Kami adalah salah satu suara sayap Jibril.’
Pencemooh yang terlalu bersemangat itu menyerukan kefanatikannya yang
sia-sia, ‘Apakah artinya kata-kata ini? Satu-satunya kesimpulan adalah bahwa
semua itu hanyalah ocehan orang gila.’
3
Ketika keberaniannya telah mencapai tingkat sedemikian rupa, aku mulai
berusaha membawanya turun setingkat dua
tingkat. Dengan melemparkan jubah balas dendam yang ada di bahuku, dan menggulung
lengan baju kesabaran, aku duduk bersandar di atas roda-roda ketajaman pikiran,
dan mulai mengutuk serta menggunakan kata-kata kasar. ‘Baiklah,’ kataku, ‘ Aku
akan langsung mengajakmu membicarakan tentang suara sayap Jibril. Jika kamu
seorang laki-laki dan mengetahui segala sesuatu menyangkut kejantanan,
sebaiknya kamu pahami ini.’
Aku telah menamai hikayat ini, “Suara Sayap Jibril”
Cerita Dimulai
4
Pada hari-hari ketika aku pertama kali keluar dari kamar-kamar wanita,
setelah aku terbebas dari masa kanak-kanak ku, suatu malam sewaktu kesuraman
melingkupi ceruk dari lingkaran kobalt (nama logam), dan kegelapan yang
merupakan tangan kanan dari saudara non-eksistensi merajai dunia yang lebih
rendah, aku dikuasai oleh rasa putus asa
yang berasal dari pengaruh suatu mimpi. Karena merasa tertekan, aku
mengambil sepotong lilin dan berjalan menuju bagian untuk pria yang ada di
rumah kami, dan di situ aku berkeliling menghabiskan malam sampai datangnya
fajar. Setelah itu aku berkeinginan untuk memasuki Khanaqah ayahku (Khanaqah
adalah tempat pertemuan para sufi).
Khanaqah itu mempunyai dua pintu, yang satu menuju ke kota, dan satunya
lagi menuju ke ladang dan ke kebun buah-buahan. Aku masuk dan menutup
rapat-rapat pintu yang menuju kota. Setelah aku menutupnya, aku pergi untuk
membuka pintu yang menuju ladang. Ketika melongok ke luar, aku melihat sepuluh
orang tua dengan wajah rupawan sedang duduk di atas sebuah bangku. Aku begitu
terpukau oleh keagungan mereka dan terkejut melihat tahta mereka, kerupawanan
mereka, putihnya rambut mereka, pakaian mereka, serta hiasan-hiasan pakaian
mereka, sehingga aku tidak dapat berkata-kata.
5
Dalam kekagetan dan penuh kebingungan, aku melangkahkan satu kaki di
depanku dan satunya lagi di belakangku. Kataku, ‘Semoga aku cukup berani dan
mendapatkan kebahagiaan untuk menemui mereka, apapun yang mungkin terjadi.’ Aku
berjingkat ke depan, dan baru mau menyapa orang tua yang duduk di ujung bangku
itu ketika – harus ku akui dengan segenap kejujuran – dia lebih dulu menyapaku
dengan cara yang paling ramah seraya menyunggingkan senyuman yang begitu hangat
sehingga gigi-giginya berkilauan di mataku. Meskipun aku menyadari kebaikan
orang itu, rasa takutku terhadapnya masih tetap ada.
‘Permisi, pak,’ kataku,’darimana Bapak-bapak ini datang?’
Orang tua yang duduk di ujung bangku menyahutku, ‘Kami adalah sekelompok
orang yang menarik diri dari dunia, datang dari Nakuja abad (negeri antah
berantah).
Nama itu tidak punya arti apa-apa bagiku. ‘Di daerah manakah itu?
‘Di daerah yang tidak dapat kamu tunjuk dengan jarimu,’ katanya, dan aku
menyadari bahwa orang tua ini sangat pandai.
‘Kalau berkenan,’ kataku,’tolong katakan padaku di mana Bapak menghabiskan
sebagian besar waktu Bapak.’
‘Pekerjaan kami adalah menjahit,’ katanya. ‘Kami semua hafal Firman Tuhan,
dan kami adalah pengelana.’
‘Mengapa orang-orang yang lebih tua yang duduk di atas Bapak berdiam diri?’
aku bertanya.
‘Sebab orang-orang sepertimu tidak cukup pantas untuk mendekati mereka,’
katanya.’ Aku bertindak sebagai lidah mereka, sebab mereka tidak akan berkenan
berbicara dengan orang-orang sepertimu.’
6
Di halaman aku melihat sebuah kolam dengan sebelas lapisan. Di dalamnya ada
sedikit air, dan di dasar air itu ada sedikit pasir yang halus, yang di sekitar
tepiannya beberapa binatang berkelompok. Tingkatan kedua mempunyai banyak
kancing di atasnya, meniru gaya selempang surban Maghribi yang dikenakan kaum
sufi, sedangkan tingkatan yang pertama tidak memakai kancing samak sekali. Pada
masing-masing (yaitu ke tujuh tingkatan lainnya) dari sembilan tingkatan di
atas kolam itu ditutupkan sebuah kancing. Dengan semua ini, kolam itu
menjadi lebih bundar daripada bola, dan
tidak mempunyai pembuka. Tidak ada retak maupun celah pada permukaannya.
Ke sebelas tingkatan itu tidak mempunyai warna dan begitu transparan
sehingga dapat dilihat dengan jelas apa yang ada di dalam rongganya. Meskipun
tidak dapat dibuat lubang menembus ke sembilan tingkatan di atasnya, kita dapat
dengan mudah mengintip lewat tingkatan yang paling rendah.
7
Aku bertanya kepada orang tua itu
apakah kolam ini?
‘Lapisan pertama,’ katanya,’ yang badannya lebih besar di banding semua
lapisan lainnya, diatur dan disatukan oleh orang tua yang duduk pada tingkatan
tertinggi. Yang kedua dilakukan oleh orang yang kedua. Yang ketiga oleh orang
yang ketiga, dan seterusnya sampai kepadaku. Ke sembilan kawan dan sahabt ini
membuat sembilan lapisan dengan tenaga dan ketrampilan mereka sendiri. Ke dua
tingkatan terbawah, dengan sedikit air dan pasir di dalamnya, dibuat olehku.
Karena fondasinya lebih kuat, hasil kerja mereka tidak dapat dikoyak atau di
tembus, sedangkan yang aku buat dapat.’
8
‘Bagaimana hubungan orang-orang tua ini dengan Bapak?’ aku bertanya.
‘Orang tua yang permadaninya ada di tempat tertinggi adalah guru utama dan pengajar
orang tua kedua, yang duduk di sampingnya. Dialah yang memberikan kekuasaan
(investiture) pada orang yang kedua, orang yang kedua memberikan kepada yang
ketiga, orang ketiga memberikan pada yang keempat, dan seterusnya sampai
padaku. Orang kesembilan memberikan kekuasaan padaku, memberikan pakaian
dinasku, dan memberi pengarahan padaku.’
9
‘Apakah Bapak mempunyai anak, harta kekayaan an benda-benda semacam itu?
Tanyaku.
‘Kami tidak mempunyai istri,’ katanya,’ tapi kami masing-masing mempunyai
seorang putra. Kami masing-masing juga mempunyai sebuah pemintal, dan kami
telah menunjuk putra-putra kami untuk mengawasi pemintal itu. Kami tidak pernah
melihat pemintal-pemintal itu sejak kami membuatnya, tetapi putra-putra kami
menjaganya agar alat-alat tersebut bekerja dengan baik, dengan jalan
mengarahkan satu mata untuk menjaga pemintal itu, dan satu mata yang lainnya
memperhatikan bapak-bapak mereka. Pemintalku terdiri atas empat tingkatan,dan
putra-putraku terlalu banyak untuk dihitung, bahkan oleh orang yang paling
pandai sekalipun. Setiap kali aku mendapatkan beberapa anak lagi, aku kirimkan
mereka ke pemintalku, dan memberi mereka tugas di situ untuk jangka waktu
tertentu. Ketika waktunya telah habis, mereka datang kepadaku dan tidak pernah
berpisah dariku lagi. Anak-anak alain ku dapatkan sejak aku pergi ke sana, dan
seterusnya. Karena pemintalku berada di tempat yang menyedihkan, penuh bahaya
serta lubang jebakan, tak seorangpun anakku yang telah menghabiskan waktunya di
tempat itu mau kembali. Orang-orang tua yang lain masing-masing hanya mempunyai
seorang putra, dan dia bertanggung jawab terhadap pemintal itu, dan terus
menerus disibukkan oleh pekerjaannya. Masing-masing putra mereka lebih kuat
dibanding semua anakku. Pemintalku serta putra-putraku dibantu oleh
pemintal-pemintal mereka serta putra-putra mereka.’
10
‘Bagaimana berlangsungnya regenerasi Bapak?’ tanyaku.
‘Keadaanku tidak pernah berubah,’ katanya, ‘dan aku tidak mempunyai istri,
tetapi aku memang mempunyai seorang gadis budak Habasyah (Etiopia). Aku tidak
pernah melihat padanya ata membuat gerakan apa pun, tetapi dia ditempatkan di
tengah-tengah pemintal-pemintal, dan pandangannya terpusat pada pemintal serta
gerakan alat tersbut. Ketika batu-batu itu berputar, gerakannya tampak pada bola
matanya. Setiap kali, selama terjadinya gerakan berputar itu, pandangan matanya
tertuju ke arahku dari tempat yang berseberangan, seorang anak dariku tumbuh di
rahimnya, tanpa ada gerakan atau perubahan terjadi padaku.’
‘Bagaimana bentuk pertukaran pandangan antara Bapak dengan gadis itu?’
tanyaku.
‘Yang aku maksudkan dengan kata-kata ini adalah tidak lebih dari
kompatibilitas (keseuaian) dan reseptivitas (penerimaan),’ katanya.
‘Bagaimana Bapak turun ke khanaqah ini,’ aku bertanya pada orang tua itu,’
Sedangkan Bapak mengatakan tidak pernah bergerak atau berbah?
‘Anak bodoh,’ katanya,’ matahari selalu berada pada garis edarnya.
Sekalipun demikian, jika seorang buta tidak dapat merasakan atau melihat sikap
matahari itu, tidak dimilikinya olehnya sensasi itu bukan lantas berarti bahwa
matahari itu tidak ada atau tidak berada di tempatnya. Jika cacat orang itu
sembuh, dia tidak berhak mencaci matahari karena sebelumnya tidak terbit di
dunia atau tidak menyinari dirinya sebelumnya, sebab gerakan matahari selalu
tetap. Perubahan yang terjadi adalah pada orang itu, bukan pada mataharinya.
Demikian pula, kami selalu berada di atas bangku ini : kenyataan bahwa kamu
tidak melihat kami, bukan berarti bahwa kami tidak berada di sini, bukan pula
berarti bahwa kami telah berubah atau bergerak. Perubahan yang terjadi adalah
pada dirimu.
11
‘Apakah Bapak menyembah Tuhan?’ aku bertanya.
‘Tidak,’ katanya,’ Kesibukan kami sepenuhnya dalam penyaksian akan
eksistensi (syuhud) membuat kami tidak mempunyai waktu luang untuk menyembah.
Jika kami ingin menyembah, maka itu kami lakukan bukan dengan mulut, melainkan
dengan anggota badan yang tidak mengenal gerakan.’
12
‘Ajarilah aku menjahit,’ kataku.
Dia tersenyum dan berkata, ‘Astaga! Ini tidak dapat dilakukan oleh
orang-orang sepertimu. Pengetahuan ini tidak mungkin dikuasai oleh makhluk
sejenismu, sebab pekerjaan kami menjahit tidak dapat diterjemahkan ke dalam
tindakan. Sekalipun begitu, kamu dapat diajari agar cukup mengenal ilmu
menjahit, sehingga jika baju atau jubahmu perlu ditambal, maka kamu akan dapat
melakukannya.’ Dan diajarilah aku ilmu itu.
13
‘Ajarkanlah padaku Kalimat Tuhan,’ kataku.
‘Tampaknya mustahil kamu dapat memperlajari banyak Kalimat Tuhan sementara
kamu masih tinggal di kota ini, tetapi aku akan memberikan pengarahan padamu
sebanyak mungkin.’ Dengan cepat dia mengambil bukuku dan mengajarkan padaku
suatu abjad yang aneh yang dengan itu aku akan mampu mempelajari bab mana pun
yang aku inginkan. ‘Tanpa pemahaman akan abjad ini,’ katanya,’ tak seorangpun
dapat memecahkan misteri-misteri dari Kalimat Tuhan sebagaimana seharusnya.
Barangsiapa mengenal cara kerja abjad ini, akan memperoleh keunggulan dan daya
tahan.’
Setelah itu aku mempelajari ilmu numerologi alfabetis. Setelah menguasainya
aku mengisi bukuku dengan sebanyak mungkin Kalimat Tuhan yang dapat ku tangkap
dan ku pahami. Lebih banyak hal-hal ajaib yang kulihat, daripada yang dapat
diucapkan dengan kata-kata. Setiap kali suatu masalah yang tak terduga timbul,
maka aku mengemukakannya kepada orang tua itu, dan melalui penjelasannya
masalah itu dapat terpecahkan. Sekali waktu kami membahas tentang ‘tiupan ruh’
(nafkh-i ruh). Orang tua itu mengatakan bahwa hal tersebut dapat dicapai
melalui Ruh Kudus.
14
Muncul sebuah pertanyaan mengenai aspek keterkaitan (wajh-i munasabat).
Ketika menjawab, dia menunjukan bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam empat
sudut dari dunia yang lebih rendah, berasal dari Sayap Jibril. Aku minta
padanya untuk menerangkan hal ini. Dia berkata, ‘Tuhan mempunyai beberapa
kalimat Agung, yang bersinar dari Keindahan Wajah Agung-Nya, dan sebagian lebih
tinggi dibanding yang lain. Cahaya pertama adalah Kalimat Tertinggi, yang
ketinggiannya tidak ada yang melebihi. Hubungannya dengan kalimat-kalimat
lainnya dalam hal kecerahannya adalah seperti matahari dengan bintang-bintang.
Inilah yang dimaksudkan oleh Nabi saw. Ketika bersabda, “Bahkan jika selubung
matahari di buka, ia tidak dapat melebihi (kecemerlangan) Tuhan.” Dari cahaya
kalimat ini muncul kalimat lainnya, dan begitu seterusnya, sampai tercapai
jumlah yang sempurna. Kalimat-kalimat inilah yang disebut Inkoheren.
15
‘Yang terakhir dari kalimat-kalimat ini dalah Jibril dan Ruh dari semua
manusia berasal dari kalimat ini, sebagaimana yang dikatakan Nabi saw. Dalam
sebuah kisah panjang tentang hakikat manusia, “Tuhan mengirimkan seorang
malaikat yang meniupkan ruh ke
dalamnya.” Dalam Kalimat Ilahi dikatakan :
Yang menciptakan segala
sesuatu dengan indahnya dan Dia memulia penciptaan manusia dari unsur tanah.
Seterusnya Dia jadikan keturunannya dari cairan yang sangat pelik. Lalu
disempurnakan-Nya kejadiannya, ditiupkan-Nya ruh ciptaan-Nya kepada tubuhnya.
(QS.32:7-9).
Mengenai Maryam dikatakan : Kami
tiupkan ruh ke dalam tubuhnya, (QS.19:17), dan inilah kalimat Jibril. Nabi
Isa dinamakan “ruh Tuhan” dan juga :kalimat” :”
Sesungguhnya Al-masih putra
Maryam itu adalah rasul Allah, dan terjadinya adalah dengan Kalimat-Nya yang
disampaikan kepada Maryam dengan perantaraan ruh sesuai dengan perintah-Nya
(QS.4:171).
Karena dia dinamakan “kalimat” dan juga “ruh” dan karena umat manusia semua
berasal dari satu jenis, maka siapapun yang mempunyai nyawa, mempunyai kalimat,
meskipun kedua nama itu adalah untuk satu realitas, karena saling berkaitan
dengan begitu eratnya.’
16
‘Dari Kalimat Agung terakhir timbullah kalimat-kalimat yang lebih kecil
yang tidak lagi dapat dihitung, sebagaimana yang disinggung-singgung dalam
Kitab Ilahi :
Seandainya semua pohon di
bumi ini dijadikan pena, dan lautan menjadi tintanya, sesudah kering ditambah
lagi dengan tujuh lautan, semuanya akan kering, namun tak akan habis-habisnya
Kalam Allah dituliskan. (QS.31:27).
Dan. ...
Sekiranya air laut itu
dijadikan tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya ia akan
kering lebih dulu, sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku dituliskan
(QS.18:109).
Semua ini diciptakan dari cahaya Kaimat Agung, yaitu yag pertama di antara
yang besar, sebagaimana dikatakan dalam Taurat : Aku ciptakan dari cahaya Ku ruh-ruh mereka yang merindu. Cahaya ini
adalah Ruh Kudus. Apa yang dikatakan tentang Sulaiman Tamimi sama saja : ketika
seseorang menuduhnya sebagai ahli sihir, dia berkata : Aku bukan seorang ahli
sihir, tetapi lebih tepat adalah salah satu kalimat Tuhan.”
17
‘Tuhan memiliki kalimat-kalimat menengah juga. Kalimat Agung adalah kalimat
yang dinamakan “Mereka yang mendahului,
dan mereka yang mengatur urusan alam (QS.79:4-5) Dalam Kitab Ilahi. “Mereka yang mendahului” adalah Kalimat Agung,
dan “mereka yang mengatur urusan alam” adalah
para Malaikat yang menggerakan sfera-sfera, yaitu kalimat-kalimat menengah. “Kami sesungguhnya berbaris-baris dalam
menunaikan perintah Allah; (QS.37:165) adalah suatu ibarat untuk Kalimat
Agung : “dan kami bertasbih memuji Tuhan”
(QS.37:166) adalah suatu ibarat untuk kalimat menegah. Karena alasan ini, dalam
Al Quran yang mulia mereka yang “berbaris-baris
dalam menunaikan perintah Allah” selalu berada di depan, sebagaimana ‘rombongan
malaikat yang berbaris teratur megah, yang menentang kemungkaran dengan
gigih dan gagah” (QS.37-1-2). Ini terlalu luas untuk dibahas di sini. “Kalimat” dalam Al Quran mempunyai makna
lain yang terselubung, seperti dalam “ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat” (QS.1-124), yang akan dijelaskan di tempat lain.
18
‘Ceritakan padaku tentang sayap Jibril,’ kataku.
“Jibril mempunyai dua sayap,’ jawabnya. ‘Sayap kanan adalah cahaya murni,
yang keseluruhannya merupakan abstraksi (pemisahan) hubungan antara wujudnya
dengan Tuhan. Sayap kiri mempunyai ciri-ciri kegelapan, seperti titik-titik
hitam pada permukaan bulan yang menyerupai kaki ayam merak. Itulah suatu tanda
bahwa wujudnya mempunyai satu sisi ke arah bukan wujud. Jika kamu melihat
hubungan antara wujudnya dengan wujud Tuhan, ia mempunyai sifat dari wujud-Nya.
Jika kamu melihat realisasi esensinya (istih qaq-i dzat), ia merupakan
realisasi dari non-eksisten dan menyertai eksistensi yang mungkin (lazim-i
syayad-bud). Kedua makna hakiki ini berada pada tingkat kedua sayap itu :
hubungan dengan Tuhan di sebelah kanan, dan kedudukan mental dari realisasi itu
( (i’tibar-i istihqaq) di dalam jiwa di sebelah kiri., sebagaimana difirmankan
oleh Tuhan : “Allah menjadikan Malaikat
sebagai pesuruh bersayap dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat” (QS.35:1). Angka
dua disebut pertama-tama, karena 2 adalah yang paling dekat dengan 1, lalu 3,
lalu 4. Dengan demikian, mempunyai dua sayap itu lebih mulia daripada mempunyai
tiga atau empat. Yang serasi dari hal ini dalam ilmu-ilmu mengenai realitas dan
wahyu tidak dapat dipahami oleh sebagian besar manusia.’
19
‘Ketika suatu cahaya jatuh dari Ruh Kudus, itu merupakan jenis kalimat yang
dinamakan kalimat yang lebih kecil. Tidakkah kamu tahu bahwa Tuhan telah
berfirman : “Allah merendahkan kalimat
orang-orang kafir dan meninggikan kalimat-kalimat-Nya”? (QS.9:40). Bahkan
orang-orang kafir pun mempunyai kalimat, sebab mereka mempunyai jiwa, tetapi
kalimat mereka tercampur dengan suara.
‘Dari sayap kirinya, yang mengandung sedikit kegelapan, jatuh sebuah
bayangan. Dunia keangkuhan berasal dari sana, sebagaimana dikatakan oleh Nabi,
“Tuhan menciptakan makhluk dalam
kegelapan, dan kemudian memancarkan seberkas Cahaya-Nya pada mereka.” Kata-kata
“menciptakan makhluk dalam kegelapan” mengacu pada seberkas Caha-Nya pada
mereka” mengacu pada sinar dari sayap kanan. Dalam Kitab yang Mulia, Tuhan
berfirman : “Dia telah mengadakan gelap
dan terang” (QS.6:1). Kegelapan yang dikaitkan dengan kata-kata
“mengadakan”, adalah dunia keangkuhan, dan “terang” yang datang setelah
kegelapan, adalah sinar dari sayap kanan, sebab setiap sinar yang jatuh ke
dalam keangkuhan berasal dari Cahaya-Nya.
“Kemudian Dia memercikan sebagian
dari cahaya-Nya pada mereka,” dan “Kepadanya tertuju kata-kata yang baik”
(QS.35:10). Cahaya ini pun berasal dari sinar itu. Kata-kata “suatu
perumpamaan yang melukiskan kata-kata yang baik” (QS.14:24) mengandung arti
bahwa kalimat yang lebih kecil itu bercahaya. Jika kalimat yang lebih kecil itu
tidak ada, bagaimana mungkin seseorang bisa naik ke hadirat Tuhan? Suat
indikasi mengenai fatwa bahwa “kalimat” dan “jiwa” dua-duanya mempunyai makna
yang sama, terdapat dalam ayat : “Kepada Dia-lah menjulang setiap ucapan yang
baik” (QS.35:10) dan “malaikat-malaikat naik menghadap tuhannya, dan juga ruh”
(QS.70:4), Keduanya kembali “kepada-Nya,” yaitu kepada Tuhan.
Jiwa yang tenang” mengandung arti yang sama, seperti dalam ayat :
“kembalilah kepada Tuhan-mu, wahai jiwa-jiwa yang tenang, dengan senang dan
disenangi” (QS.89:28).
‘Karena dunia keangkuhan yang mempunyai suara dan bayangan adalah Sayap
Jibril, yaitu sayap kirinya, sementara jiwa-jiwa yang diterangi berasal dari
sayap kanannya. Dri sayap kanannya muncul realitas-realitas yang dimasukan ke
dalam jiwa yang sadar (khawathir), seperti dalam ayat : “keimanan telah
ditetapkan Tuhan dalam hatinya, serta diperkokoh pula dengan kemantapan
jiwa”(QS.58:22), penetapan suci, seperti dalam ayat “sesungguhnya telah engkau
penuhi tuntutan mimpi (visi) itu; begitulah Kami berikan balasan kepada
orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS.37:105), dan hal-hal lainnya.
Kemurkaan, Jeritan Yang Menyayat dan kejadian-kejadian (pada Hari Kiamat)
berasal dari sayap kiri.
20
Aku bertanya pada orang itu, ‘Bagaimana bentuk Sayap Jibril itu?
‘Anakku yang bodoh,’ katanya, ‘tidakkah kamu tahu bahwa semua ini hanyalah
perlambang? Jika diambil arti harfiahnya, semua inkoheren ini tidak
menghasilkan apa-apa.’
‘Tidak adakah kata-kata yang mempunyai persamaan dengan malam dan siang?
Tanyaku.
‘Anakku yang kurang pengetahuan,’ katanya, ‘tidakkah kamu tahu bahwa
kata-kata yang beik menjulang ke hadirat Tuhan, seperti yang Dia firmankan
:kepada Dia-lah menjulang setiap ucapan yang baik”? “ Di hadapan Tuhan tidak
ada siang ataupun malam.” Di hadapan Ilahi tidak ada (rangkaian) waktu.’
‘Apakah yang dimaksud dengan kota yang telah dikatakan oleh Tuhan dalam
Kitab-Nya, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari kota yang zalim
penduduknya ini”? (QS.4:75).
‘Itulah dunia keangkuhan, yang merupakan kekuasaan dari kalimat yang lebih
kecil. Kalimat yang lebih kecil itu pun merupakan kota tersendiri, sebab Tuhan
telah berfirman : “Itulah beberapa kisah tentang kota-kota yang Kami sampaikan
kepadamu. Di antaranya ada yang masih terdapat bekas-bekasnya, dan ada pula
yang sudah musnah. (QS.11:100).
‘Yang masih ada bekas-bekasnya adalah Kalimat itu, dan yang telah musnah
adalah kuil dari Kalimat itu, yang dapat dihancurkan. Segala sesuatu yang teka
tersentuh oleh waktu, tak akan tersentuh pula oleh tempat, dan apa yang ada di
luar keduanya adalah Kalimat-kalimat Tuhan yang Lebih Besar dan Lebih Kecil.’
21
Lalu, ketika fajar menyingsing di
khanaqah ayahku, pintu yang luar ditutup, dan pintu yang menuju kota dibuka.
Pada saat para pedagang mulai lewat, kelompok orang tua itu lenyap dari
pandangan ku. Dalam kebingungan dan penyesalan karena kehilangan mereka, aku
mendesah dan mengeluh. Tetapi semua itu tidak ada gunanya.
HIKAYAT : 03 Hikayat INI diberi judul “akal merah”
Bismillahirrahmanirrahim
1
Puji syukur hanya tertuju pada sang Raja yang menguasai dua dunia.
Eksistensi dari segala yang telah ada, yang kini ada dan yang akan ada,
semuanya berasal dari-Nya. ‘Dia adalah yang Pertama dan Terakhir, dan yang
Lahir serta yang Batin. Dia Maha Mengetahui segala-galanya’ (QS.57:3). Dana
Shalawat serta Salam hanya untuk para Rasul-Nya, terutama Muhammad yang Terpilih,
Nabi terakhir, dan untuk para Sahabat serta kaum ulama, semoga Allah memberkati
mereka semua.
2
Salah seorang kawan dekatku bertanya kepada ku apakah burung-burung dapat
memahami bahasa satu sama lainnya.
‘Ya, mereka dapat,’ jawabku.
,Bagaimana kamu tahu?’ dia bertanya.
‘Pada mulanya,’ kataku, ‘ketika Yang Awal ingin membawaku pada dunia nyata,
Dia menciptakan dalam bentuk seekor burung elang. Di lingkungan tempatku berada
itu telah banyak burung elang lainnya, dan kami berbicara bersama dan memahami
kata-kata satu sama lainnya.’
‘Bagaimana kamu sampai jadi begini sekarang?’ dia bertanya.
Aku menjawab bahwa suatu hari para pemburu, Nasib dan Takdir, memasang
perangkap dan mengisinya dengan benih Kehendak, dan dengan cara ini mereka
berhasil menangkapku. Kemudian mereka membawaku dari lingkungan tempat sarangku
berada menuju ke lingkungan lain, di mana mereka menjahit mataku agar tertutup,
memasang empat ikatan yang berbeda-beda atas tubuhku dan menunjuk sepuluh
penjaga untuk mengawasiku. Lima di antara mereka menghadapiku dengan punggung
mereka mengarah ke luar, sementara lima lainnya berdiri menghadap keluar dengan
punggung mereka mengarah padaku. Kelima penjaga yang menghadapiku membuatku
terkungkung dalam dunia kebingungan sehingga aku melupakan sarangku,
lingkunganku dan segala hal yang telah ku kenal. Aku mengira bahwa aku memang
selalu dalam keadaan seperti sebelumnya.
3
Setelah sesaat berlalu dalam keadaan begini, mataku terbuka sedikit. Aku
memandang dengan mata yang sedikit terbuka itu dan melihat hal-hal yang tidak
pernah kulihat sebelumnya. Aku kaget. Setiap hari mataku lambat laun terbuka
lebih lebar, dan aku melihat hal-hal yang membuatku heran. Akhirnya mataku
terbuka sepenuhnya, dan aku melihat dunia sebagaimana adanya. Aku memandang
pada ikatan dan belenggu yang telah mereka pasangkan di tubuhku, dan pada para
penjaga. ‘Apakah keempat belenggu yng tidak menyenangkan ini akan dilepaskan
dariku? Aku bertanya pada diriku sendiri. ‘Apakah para penjaga ini akan
dijauhkan dariku? Apakah sayap-sayapku akan dibebaskan sehingga aku dapat
terbang sejenak di udara dan terbebas dari ikatanku?
4
Setelah sesaat, aku melihat pada suatu hari bahwa para penjaga tidak
menaruh perhatian padaku. Aku berkata pada diriku sendiri, maka aku merangkak
ke sebuah sudut dan, meskipun masih terbelenggu, melarikan diri dalam keadaan
lemah menuju belantara.
Di sana aku melihat seorang datang mendekat. Aku melangkah ke depan dan
menyalaminya. Dia menyahutku dengan sangat sopan. Ketika aku memandang pada
orang itu, aku menyadari bahwa air muka dan kulitnya berwana merah. Karena
mengira dia masih muda, aku menyapa, ‘Orang muda, darimana asalmu?’
‘Anakku,’ sahutnya, ‘kamu telah keliru menyapaku. Aku adalah putra ciptaan
yang pertama. Kamu panggil aku muda?!.
‘Mengapa air mukamu tidak putih?’ aku bertanya.
‘Air muka putih, ‘katanya, Aku adalah seorang tua yang mendapat cahaya.
Tetapi orang yang menangkapmu dalam perangkap dan memasang belenggu yang tidak
menyenangkan pada tubuhnmu dan menunjuk penjaga-penjaga untuk mengawasimu itu
dulu mendorongku jatuh ke dalam sebuah lubang hitam. Warna kulitku ini, yang
tampak merah di matamu, adalah akibat itu. Jika tidak, maka kulitku berwarna
putih dan bercahaya. Setiap benda putih yang dihubungkan dengan sinar akan
tampak merah jika dicampur dengan hitam, seperti tenggelamnya matahari pada
sore hari atau pada akhir fajar, yang berwarna putih jika dihubungkan dengan
cahaya matahari. Satu sisi dirinya menuju siang, yang berwarna putih, sedangkan
sisi satunya menuju malam, yang berwarna hitam. Oleh sebab itu ia tampak merah.
Ketika bulan sabitterbit, meskipun sinarnya berasal dari sumber lain, ia tetap
disebut cahaya. Karena satu sisinya menuju ke arah siang dan sisi lainnya
menuju malam, ia tampak merah. Nyala api mempunyai sifat yang sama. Di bawahnya
adalah putih dan di atasnya asap hitam. Di antara api dan asap, yang tampak
adalah merah. Ada banyak lagi contoh-contoh semacam itu.’
5
Lalu aku berkata, ‘ dari mana Bapak berasal?’
Dia menjawab, ‘Dari balik Gunung Qaf, tempat tinggalku. (Gunung Qaf, gunung
legendaris yang mengelilingi bumi; bagi Surahwardi ia menandai akhir eksistensi
inderawi duniawi dan alam raya material) Sarangmu pun ada di sana, tapi kamu
telah melupakannya.’
‘Apa yang Bapak lakukan di sini? Aku bertanya.
‘Aku seorang pengelana,’ katanya. ‘Aku terus menerus berkelana di seluruh
dunia, dan melihat hal-hal yang menakjubkan.’
‘Keajaiban-keajaiban apa yang telah Bapak lihat di dunia?’ tanyaku.
“Tujuh hal,’ jawwabnya, ‘Pertama, Gunung Qaf, yaitu lingkungan kita; kedua,
Mutiara yang bersinar di malam hari; ketiga, pohon Tuba; keempat, Dua belas
Bengkel; kelima, surat berantai Dawud; keenam, Pedang Balarak; ketujuh, Mata
Iar Kehidupan.’
‘Ceritakan tentang semua itu,’ kataku.
‘Pertama-tama,’ dia mulai, ‘Gunung Qaf mengelilingi dunia, dan terdiri atas
sebelas pegunungan. Jika kamu telah terbebas dari ikatanmu, kamu akan pergi ke
sana, sebab kamu telah dibawa dari sana, dan pada akhirnya segala sesuatu yang
ada akan kembali pada bentuknya yang semula.’
Aku bertanya, bagaimana caranya agar bisa ke sana?
‘Jalannya sulit,’ katanya. ‘Mula-mula ada dua pegunungan yang menghalangi,
yang satu panas dan satu lagi dingin. Panas dan dinginnya kedua gunung tersebut
tak ada taranya.’
‘Itu mudah,’ kataku. ‘Aku akan mengarungi gunung yang panas pada musim
dingin, dan melintasi gunung yang dingin pada musim panas.’
‘Kamu salah,’ katanya, ‘sebab iklim di temepat itu tidak pernah berubah.’
‘Seberapa jauh jarak gunung itu?’ tanyaku.
‘Dengan cara apa pun kamu pergi,’ jawabnya, ‘kamu hanya akan bisa mencapai tahap
pertama --- seperti sebuah kompas, yang satu jarumnya berada pada pusat
lingkaran dan jarum satunya pada garis lingkarannya. Berapa kalipun ia
berputar, ia akan tetap kembali pada tempat asalnya.’
6
‘Bisakah seseorang membuat sebuah lubang menembus pegunungan ini, dan
kemudian berjalan melalui lubang itu?’ tanyaku.
‘Tidak mungkin membuat sebuah lubang,’ katanya. ‘Tetapi, orang yang
mempunyai kecerdasan dapat, tanpa membuat sebuah lubang, lewat dengan cepat
seperti minyak balsem, yang akan mengalir dari telapak tangan ke punggung
tangan jika ia dihadapkan ke arah matahari sampai ia menjadi hangat. Ini dapat
dilakukannya karena adanya kualitas tertentu yang dimilikinya. Jika kamu
memiliki kemampuan untuk melintasi pegunungan, kamu dapat melewati kedua gunung
itu dalam sekejap.’
‘Bagaimana aku bisa memperoleh kualitas ini?’ aku bertanya.
‘Aku akan memberitahumu sementara aku bercerita – jika kamu dapat
memahami.’
‘Jika aku telah melewati kedua gunung itu,’ tanyaku, ‘apakah selanjutnya
akan mudah atau tidak?’
‘Akan mudah, tetapi hanya biila kamu tahu caranya. Sebagian orang tetap
menjadi tawanan abadi di kedua gunung ini; yang lain-lainnya berhasil mencapai
gunung ketiga dan terpaku di sna. Yang lain-lainnya sampai ke gunung ke empat,
kelima, dan seterusnya, sampai ke sebelas. Semakin pandai burung itu, semakin
jauh terbangnya.’
7
‘Kini setelah menceritakan tentang Gunung Qaf, kisahkanlah tentang Mutiara
yang bersinar di malam hari,’ kataku.
‘Mutiara yang bersianr di malam hari juga ada di Gunung Qaf,’ katanya,
‘tetapi ia berada di gunung yang ke tiga. Dengan adanya mutiara itu, malam yang
paling gelap pun menjadi terang, tetapi ia tidak selalu dalam keadaan yang
sama. Kecemerlangannya berasal dari pohon Tuba. Jika ia ada di seberang pohon
Tuba, sisi tempatmu berada tampak cemerlang bagaikan belerang yang menyala.
Jika ia berada sedikit mengarah ke pohon Tuba, sebagian kecil dari cakramnya
tampak hitam, meskipun selebihnya tetap cemerlang. Semakin dekat ia pada pohon
Tuba, semakin jelas kecemerlangannya tampak hitam pada sisi tempatmu berada.
Sekalipun demikian, setengah lingkaran yang menghadap ke pohon Tuba selalu
cemerlang. Jia ia tepat berada di depan pohon Tuba, seluruh sisi menghadap
kepadamu tampak hitam, meskipun sisi yang mengarah ke pohon itu tetap cemerlang.
Lagi-lagi, ketika ia menjauh dari pohon, sebagian kecilnya tampak cemerlang;
dan semakin jauh ia dari pohon, semakin cemerlang sisi yang menghadap padamu.
Bukan karena cahanya bertambah, melainkan karen badannya menerima lebih banyak
cahaya, dan warna hitam itu pun mengecil. Dan begitu seterusnya hingga ia
berada tepat berseberangan dengannya, ketika sluruh badannya menerima cahaya.
‘Inilah contoh cara kerjanya. Buatlah sebuah lubang di tengah-tengah bola,
dan lewatkanlah sesuatu melalui lubang itu. Kemudian isilah sebuah baskom
dengan air, dan taruhlah bola itu di dalam baskom, sehingga separuh darinya
berada di dalam air. Nah, dalam sekejap seluruh permukaan bola akan tersentuh
sepuluh kali oleh air, tetapi orang yang melihatnya dari bawah air akan selalu
melihat separuh dari bola itu di dalam air. Jika orang yang melihatnya secara
langsung dari bawah pertengahan baskom itu melihat sedikit ke satu sisi dari
pertengahan itu, dia tidak akan dapat melihat separuh bola yang berada di dala
air, sebab ketika ddia bergerak dari pusat baskom ke arah tepiannya, bagian
bola yang tidak berada tepat di depan mata yang melihatnya tidak akan dapat
dilihat. Sebagai gantinya, dia akan dapat melihat sedikit bagian bola yang ada
di luar air. Semakin jauh ke tepi baskom asal pandangan orang itu, semakin
sedikit bagian bola di dalam air yang bisa dilihatnya, dan semakin banyak ddia
melihatnya di luar air. Jika ia melihatnya secara langsung dari tepi baskom,
dia akan melihat separuh bola di dalam air dan separuhnya lagi di luar air.
Jika ia melihat dari atas tepian baskom, dia akan melihat lebih sedikit bola
yang ada di dalam air dan lebih banyak di luar air, dan begitu seterusnya
sampai akhirnya dia melihat bola yang ada di luar air. ‘Nah, jika ada orang
mengatakan bahwa kita tidak dapat melihat air maupun bola dari bawah baskom,
kami akan menjawab bahwa kita tentu saja dapat melihatnya jika baskom itu
terbuat dari krisstal atau sesuatu yang tembus pandang.
‘Nah, kita biarkan orang itu melihat berkeliling di mana bola dan baskom
itu berada, sehingga dia dapat melihat mereka dengancara ini.
Mutiara yang bersinar di malam hari dan pohon Tuba berputar dengan
carabegini mengelilingi orang yang melihatnya.’
8
‘Apakah pohon Tuba itu, dan di mana adanya?’ (Nama Tuba berasal dari Al-quran,
13:29 : “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, untuk mereka kebahagiaan
dan tempt kembali yang terbaik di akhirat (Thuba).’ Kata Thuba ditafsirkan
mengandung arti sebuah pohon di Surga)
‘Pohon Tuba adalah sebuah pohon yang besar, ‘katanya. ‘Setiap orang akan
dapat melihatnya jika ia masuk ke surga. Di tengah ke sebelas gunung yang aku
ceritakan tadi ada satu gunung, dan di gunung itulah pohon Tuba tumbuh.’
‘Apakah ia berbuah?’ tanyaku.
‘Setiap jenis buah yang kamu lihat di dunia ini, ada di pohon itu.
Buah-buahan ini, yang kamu peroleh di sini, berasal darinya. Jika bukan karena
pohonitu, maka kamu tidak akan mengenal buah-buahan, pohon-pohonan, tanaman
obat-obatan maupun tumbuh-tumbuhan lain.’
‘Apakah hubungan pohon itu dengan buah, pohon dengan tanaman obat-obatan?’
tanyaku.
‘Simurgh membangun sarangnya di puncak pohon Tuba. Di waktu fajar, Simurgh
meninggalkan sarangnya mengembangkan sayapnya di atas bumi. Dari pengaruh
sayapnya, maka buah-buahan muncul di pepohonan, dan tumbuh-tumbuhan hidup di
atas bumi.’
9
Aku berkata pada orang tua itu, ‘Aku pernah mendengar bahwa Zal dibesarkan
oleh Simurgh, dan bahwa Rustam mampu membunuh Isfandiar dengan bantuan
Simurgh.’
‘Ya, ‘orang tua itu berkata, “itu benar.’
‘Bagaimana kejadiannya?’ aku bertanya.
‘Ketika Zal dilahirkan, rambut dan wajahnya putih. Ayahnya, Sam,
memerintahkannya untuk masuk ke hutan belantara, dan ibunya, yang menderita
kesakitan ketika melahirkannya, setuju ketika melihat putranya sangat
mengerikan untuk dipandang. Maka Zal masuk ke dalam hutan belantara. Saat itu
musim dingin dan udara menusuk tulang, dan tak seorangpun berharap dia dapat
hidup lama, tetapi setelah beberpa hari, ibunya sembuh dari sakit, dan mulai
merasa kasih sasyang terhadap putranya. Dia berkata, ‘Biarkan aku pergi segera
ke hutan belantara, dilihatnya putranya hidup di bawah sayap Simurgh. Ketika
melihat ibunya, dia tersenyum, dan ibunya merangkaulnya ke dalam gendongannya,
dan menyusuinya. Ketika hendak membawa putranya pulang, sang ibu berkata, “Aku
tidak dapat pulang ke rumah hari ini.” Dia mengembalikan putranya lagi ke
tempatnya semula di bawah sayap Simurgh, dan kemudian menyembunyikan diri di
dekat situ. Ketika malam tiba dan Simurgh meninggalkan hutan belantara, seekor
rusa betina mendatangi Zal, dan menyusuinya. Setelah anak itu kenyang, binatang
tersebut melindunginya dengan tubuhnya sendiri, agar Zal terbebas dari bahaya.
Ibunya bangkit, mengambil putranya dari binatang itu, dan membawwanya pulang,’
‘Rahasia apa yang ada di balik kisah itu?’ aku bertanya.
‘Aku mengajukan pertanyaan yang sama pada Simurgh,’ kata orang tua itu. ‘Ia
berkata, “Zal dilahirkan di bawah tatapan mata Tuba. Kami tidak dapat
membiarkannya musnah. Kami berikan anak rusa pada si pemburu, dan menanamkan
kasih sayang di dalam hati binatang itu, sehingga binatang itu akan merawatnya
pada malam hari, sementara di siang harinya aku menempatkannya di bawah
sayapku.”
10
‘Bagaimana dengan Rustam dan Isfandiar?’ tanyaku.
‘Rustam tidak mampu mengalahkan Isfandiar, ‘jawabnya, ‘Ketika di kembali ke
rumah dalam keadaan terluka, ayahnya, Zal, merendahkan dirinya di hadapan
Simurgh. Nah, Simurgh mempunyai sifat seperti ini : Bila sebuah kaca atau
sesuatu yang semacam itu dihadapkan padanya, setiap mata yang memandang ke arah
kaca itu akan menjadi silau. Maka Zal membuat sebuah rompi yang terbuat dari
besi yang digosok mengkilat. Benda itu dipakaikan kepda Rustam, dan dikepalanya
dikenakan helm yang mengkilat pula. Dia pun menyelubungi kudanya dengan
kaca-kaca. Kemudian dikirmnya Rustam ke medan perang di tempat yang
berseberangan dengan Simurgh. Isfandiar terpaksa datang berhadapan muka dengan
Rustam, dan ketika dia mendekat, cahaya daari Simurgh jatuh ke atas rompi dan
kaca-kaca itu, yang pantulannya kemudian menusuk mata Isfandiar dan menyilaukannya.
Dia tidak dapat melihat apa-apa. Karena tidak pernah mengalami hal yang semacam
itu sebelumnya, dia membayangkan bahwa dirinya telah mengalami luka-luka di
kedua matanya, jatuh dari kudanya dan mati di tangan Rustam.
“Dua tangkai berbulu” yang mereka bicarakan itu, pasti adalah kedua sayap
Simurgh.’
11
Aku bertnya pada orang tua itu apakah dia beranggapan bahwa hanya ada satu
Simurgh di dunia.
‘Orang yang tidak mengetahuinya akan menganggapnya demikian,’ katanya.
‘Jika tidak, maka setiap kali ada satu Simurgh yang muncul dari pohon Tuba ke
atas bumi, maka yang telah ada di bumi pasti segera lenyap. Maksudnya, setiap
kali satu Simurgh muncul, maka yang ada di sini menghilang : seperti jika yang
satu datang ke bumi, maka yang lain pergi dari Tuba menuju Dua belas Bengkel.’
12
‘Orang tua,’ kataku, ‘apakah Dua belas Bengkel itu?’
‘Mula-mula ketahuilah,’ katanya, ‘bahwa ketika raja kita ingin membuat
kerajaannya makmur, maka dia membuat leingkungan kita makmur lebih dulu. Lalu
dia menyuruh kita untuk bekerja, dan memerintahkan supaya dibuat fondasi bagi
Dua belas Bengkel. Dalam setiap bengkel, dia menyediakan beberapa cantrik. Lalu
dia membuat cantrik-cantrik itu bekerja untuk menciptakan bengkel lain di bawah
yang duabelas tersebut, dan dalam bengkel ini dia menunjuk seorang pemimpin.
Pemimpin itu disuruhnya untuk bekerja membuat bengkel lain di bawah yang
pertama. Lalu dia menyuruh pemimpin yang kedua untuk bekerja membuat bengkel
lain, dan pemimpin yang lain ditunjuk di bawah bengkel kedua, dan begitu seterusnya
sampai ada tujuh bengkel dengan masing-masing seorang pemimpin.
‘Lalu dia memberikan selembar jubah kehormatan untuk masing-masing cantrik
di dalam Duabelas Bengkel. Pada pemimpin yang pertama dia juga memberikan
selembar jubah kehormatan, dan dua dari dua belas Bengkel di atas diserahkannya
di bawah penanganannya. Pemimpin yang kedua juga diberi jubah kehormatan, dan
ddua dari dua belas Bengkel dipercayakan padanya. Begitu pula, pemimpin
yang ke tiga dan keempat diberi jubah
kehormatan, tetapi pemimpin yang keempat diberi sebuah jubah yang terbuat dari
kain brokat yang lebih indah daripada yang lain-lainnya, dan hanya satu dari
Dua belas Bengkel yang dipercayakan kepadanya, dan dia diperintahkan untuk
mengawasi kedua belas bengkel tersebut. Pemimpin yang ke lima dan ke enam
diberi seperti apa yang diberikan pada pemimpin yang pertama, kedua dan ketiga.
Ketika sampai giliran yang ke tujuh, hanya tinggal satu bengkel. Bengkel itu
diberikan padanya, tetpai dia tidak diberi jubah kehormatan. (Tujuh benda palanet,
tujuh ahli kias, berkaitan dengan tanda-tanda zodiak sebagai berikut : Saturnus
: Capricornus, dan Aquarius, Yupiter : Sagitarius dan Pisces; Mars : scorpio
dan Aries; Venus: Libra dan Taurus; Merkurius : Virgo dan Gemini; Matahari :
Leo; bulan : Cancer. Kiasan jubah kehirmatan adalah kilau cahaya, yang tidak
dimiliki oleh benda ke tujuh, yaitu bulan). Pemimpin yang ke tujuh berteriak
keras, “Setiap pemimpin diberi du bengkel, dan aku hanya satu. Mereka semua
mendapatkan jubah kehormatan, sedangkan aku tidak” (Sang Raja) mememrintahkan
agar didirikan dua bengkel tambahan di bawah satu bengkelnya, dan dia diberi
kepercayaan untuk menanganinya.
‘Di bawah semua bengkel dibuat sebuah ladang, ‘dan penanganan ladang itu
dipercayakan pada pemimpin yang ke tujuh. Juga diputuskan bahwa dari kain
brokat pakaian pemimpin yang keempat, separuhnya harus diberikan pada pemimpin
yang ke tujuh sebagai penghasilan tambahan, dan bahwa yang lain-lainnya harus
mendapatkan pakaian baru setiap saat, seperti Simurgh yang kita bicarakan
tadi.’
‘Orang tua.’ Kataku,’ apa yang mereke tenun di bengkel-bengkel ini?’
“Terutama kain brokat,’katanya, ‘ dan juga segala sesuatu yang tidak dapat
dipahami oleh siapapun. Mereka juga menenun baju baja Dawud di bengkel-bengkel
ini.
13
‘Apakah baju baja Dawud itu?’ aku bertanya. (Dawud sang Nabi, dikenal dalam
dongeng Islam sebagia pembuat baju baja).
‘Berbagai belenggu yang dipasangkan ke tubuhmu ini adalah baju baja
Dawud,’katanya.
‘Bagaimana ia dibuat? Tanyaku.
‘Dalam setiap tiga dari Dua belas Bengkel di atas mereka membuat satu
cincin. Maka dalam dua belas bengkel itu dapat dibuat empat cincin, tapi belum
sempurna. Setelah mereka masing-masing membuat itu, hasilnya ditunjukan pada
pemimpin yang ke tujuh. Ketika sampai di tangannya, cincin-cincin itu
dikirimkan ke ladang, dan dibiarkan tidak sempurna selama beberap waktu. Lalu
keempat cincin itu dilebur menjadi satu cincin, dan semua cincin itu ditusuk.
Kemudian mereka menangkap seekor burung elang sepertimu, dan memasangkan baju
baja itu pada lehernya dengan maksud untuk menyempurnakannya.’
‘Berapa banyak cincin yang ada pada setirp baju baja itu?’tanyaku.
‘Jika kamu bisa memberitahuku berapa tetes air yang ada di lautan, maka aku
akan dapat mengatakan padamu berapa banyak cincin yang ada dalam sebuah baju
baja.’
‘Bagaimana kita bisa melepaskan baju baja itu?’ aku bertanya.
‘Dengan pedang Balarak,’katanya.
‘Di mana kita dapat menemukan pedang Balarak?’ tanyaku.
‘Di lingkungan kita ada seorang algojo,’ katanya. ‘Pedang itu ada di
tangannya. Jika setiap Baju Baja itu sudah sampai waktunya, maka si algojo akan
menebasnya dengan pedang, sehingga semua cincin yang membentuk baju baja itu
akan berjatuhan.’
‘Apakah hal itu akan mempengaruhi orang yang mengenakan baju baja itu jika
baju itu ditebas pedang?’aku bertanya.
‘Memang,’ katanya, ‘sebagian orang terluka begitu parahnya, sehingga jika
ada orang yang hidup selama seratus tahun dan selama hidupnya itu dia tidak
berbuat lain kecuali memikirkan tentang luka paling menyakitkan yang pernah
dirasainya, maka dia tidak akan dapat membayangkan rasa sakit yang diakibatkan
oleh pedang Balarak. Untuk orang-orang lainnya bisa lebih ringan.’
14
‘Apa yang harus aku lakukan agar rasa sakit itu terasa ringan bagi ku?’ aku
bertanya.
‘Temukanlah Mata Air Kehidupan,’ jawabnya. ‘Dan kucurkan air dari mata air
itu ke seluruh kepalamu, sehingga baju baja itu dapat lolos dari tubuhmu, dan
kamu terhindar dari tebasan pedang, sebab air itu dapat membuat baju bajamu
lepas. Jika sudah lepas, maka tebasan pedang akan terasa ringan.’
Di manakah Mata Air Kehiduna itu? Tanyaku.
‘Dalam kegelapan,’ katanya. ‘Jika kamu mencarinya, talikanlah sepatumu
sebagaimana Khidhr, dan ambillah jalan kepercayaan agar kamu dapat sampai ke
Kegelapan.’
‘Ke arah manakah jalannya?,’ tanyaku.
‘Ke arah mana pun kamu pergi,’ katanya. ‘Kalaukamu pergi, kamu akan
ssampai.’
‘Apakah tandanya kegelapan itu?’ tanyaku.
‘Kehitaman,’ katanya. ‘Dan kamu sendiri berada dalam Kegelapan, tetapi kamu
tidak mengetahuinya. Orang yang perrgi, ketika menyadari dirinya berada dalam
Kegelapan, mengetahui bahwa dia berada dalam Kegelapan sebelum itu, dan bahwa
dia tidak pernah melihat cahaya. Maka langkah pertama bagi mereka yang hendak
pergi adalah ini, dan dari sini dia dapat melangkah maju. Nah, jika orang itu
telah mencapai tahap ini, dia akan dapat melanjutkannya dari situ. Seorang
pencari Mata Iar Kehidupan harus banyak berkelana dulu di ddalam Kegelapan.
Jika dia pantas mendapatkan mata air itu, pada akhirnya dia akan melihat cahaya
setelah kegelapan. Maka dia tidak perlu mengikuti cahaya itu, sebab asalnya
dari surga, dan ia berada di atas Mata Air kehidupan. Jika dia bepergian dan
mandi di dalam mata air itu, maka dia akan selamat dari tebassan pedang
Balarak.
“Matilah karena tebasan
pedang cinta, agar kamu dapat mencapai kehidupan abadi, sebab, tidak ada jejak
kehidupan yang tampak dalam pedang Bu-Yahya.
Barang siapa mandi di mata air itu, tidak akan ternoda. Barangsiapa
menemukan makna realitas, akan dpat mencapai mata air. Barangsiapa kaluar dari
mata air itu akan memperoleh kemampuan seperti minyak balsem, yang, jika kamu
hadapkan tanganmu ke matahari dan meletakkan setetes minyak itu di telapak
tanganmu, maka minyak itu akan muncul di punggung tanganmu. Jika kamu menjadi
Khdhr, maka kamu akan dapat melintas Gunung Waf dengan mudah.’
15
Ketika aku ceritakan petualangan ini pada kawan akrabku, dia berkata,
‘Kamukah burung elang yang tertangkap, dan kini berburu? Sini, iktkan aku pada
pelanamu, sebab aku bukan mangsa yang buruk.’
Aku adalah burung elang yang
setiap saat dicari para pemburu di dunia.
Mangsaku adalah rusa betina
bermata hitam yang mengalirkan kearifan dari mata mereka bagaikan air mata.
Jika kami hadir, mereka
tidak dapat mengucapkan kata-kata seperti ini; Jika dekat kami, mereka meraut
makna-makna seperti ini.
HIKAYAT : 04 SUATU HARI BERSAMA SEKELOMPOK SUFI
Bismillahirrahmanirrahim
1
Suatu hari aku duduk bersama sekelompok sufi, dalam sebuah khaqah. Setiap
orang di antara kami sedang membaca kuliah dari guru. Ketika tiba giliranku,
aku berkata bahwa sewaktu aku didepan guru, aku berkata padanya, ‘Hari ini aku
lewat di jalan desa para pemahat, dan melihat seorang pemahat dengan sebuah
roda di depannya dan sebuah permata di tangannya. Dari permata itu dia membaut
sebuah manik-manik dalam bentuk bola yang bulat. Aku berpikir, “jika roda ini,
yang berputar secara vertika, diubah agar perputar secara horizontal ke tanah
seperti batu gerinda, dan si pemahat menempatkan sebuah manik-manik di atas
roda itu, lalu menjauhkan tangannya, apakah manik-manik itu akan bergerak
akibat gerakan roda, atau tidak?” Aku tidak mampu memahami rahasia ini.’
Guruku berkata, ‘Manik-manik di atas roda itu akan berputar melawan putaran
roda, sehingga jika roda itu berputar dari kiri ke kanan, aka manik-manik itu
akan berputar dari kanan ke kiri. Itu seperti ketika kamu mengambil sebilah
papan dan menempatkan sebuah bola di atasnya, dan kemudian merenggutkan papan
itu ke arah dirimu. Papan itu akan jatuh mendekatimu, tetapi bolanya bergerak
menjauh dan menggelinding ke ujung yang lebih jauh dari papan itu.’
2
‘Jika ada sepuluh atau lebih manik-manik di atas roda, apakah gerakan
mereka akan sama atau tidak?’ aku bertanya.
Dia menjawab, ‘Jika kamu menarik sepuluh garis di atas roda, sehingga garis
itu menjadi jalur bagi perputarnya manik-manik tersebut, dan jika manik-manik
itu tidak mau keluar dari jalur-jalurnya, lalu jika kamu menempatkan sebuah
manik-manik pada setiap jalur dan memutar roda, maka manik-manik yang berada
paling dengan dengan pusatnya akan kembali paling cepat ke titik dari mana ia
beranjak. Semakin jauh manik-manik itu dari pusat, semakin lambat kembalinya.
Hal ini terjadi asalkan manik-manik itu ukurannya sama, sebab manik-manik yang
lebih kecil akan lebih lambat kembalinya dibanding yang besar, sebab manik-manik
yang, katakanlah, sepuluh kali lebih kecil dibanding yang besar akan berputar
sepuluh kali untuk sekali putaran manik-manik yang besar.’
Aku berkata pada guruku, ‘Ketrampilan pemahat itu menakjubkan,’
‘Ada suatu kisah termasyhur mengenai ketrampilan mereka,’ guruku berkata,
‘tetapi tak seorangpun mengisahkannya sampai selesai, dan tak seorangpun
mengetahui maknanya.’
‘Bagaimana kisah itu> tanyaku.’
3
‘Konon ada seorang pemahat yang mempunyai sbutir permata. Dia ingin
menunjukan ketrampilannya pada permata itu. Maka benda itu dibuatnya sebuah
tempurung bulat seperti sebuah bola. Lalu, dari sisa yang tertinggal di tengah
tempurung itu dibuatnya tempurung lain di dalam yang pertama. Lagi-lagi, dari
sisa yang kedua dibuatnya yang ketiga, dan begitu seterusnya, hingga dia
membuat sembilan tempurung. Setelah itu, daris sisa tempurung-tempurung ini dia
membuat sebuah permata, yang dibungkusnya dengan sepotong kain, yang satu tidak
berwarna, dan yang lain berwarna keputih-putihan. Semua ini ditempatkannya di
tengah tempurung-tempurung itu. Kemudian dia mengecat tempurung yang pertama,
dan memahat beberap medali pada tempurung yang kedua, dan menyepuhnya. Pada
tempurung ke tiga, keempat, dan seterusnya hingga tempurung yang kesembilan ,
dia memahatkan masing-masing satu medali, dan dia menyepuh semuanya kecuali
medali tempurung yang kesembilan. Kemudian dia menaruh tempurung-tempurung yang
telah di cat ke atas sebuah peralatan yang berputar. Peralatan itu berputar
dari kiri ke kanan, dan medali-medali pada tempurung-tempurung itu gergerak
dari kanan ke kiri. Dan gerakan itu sedemikian rupa sehingga jika seseorang
memandang dari luar tempurung yang ke sembilan, dia akan melihatnya langsung
pada yang pertama, dan beranggapan bahwa yang ada hanya satu tempurung, dan
bahwa semua medali itu dipahat pada satu tempurung saja. Akibat gerakan sangat
kuat tempurung-tempurung itu, maka permata yang ada di dalam potongan kain di
tengah tempurung-tempurung itu dapat tetap berada di tempatnya, karena
ditunjang sedemikian rupa sehingga jaraknya dari semua arah di dalam tempurung
itu sama.’
4
‘Ketika aku mendengar ini dari guruku, aku berkata, ‘Tampaknya aku juga
berada di dalam tempurung itu. Sekalipun demikian, aku tidak mengerti apa yang
ingin Guru sampaikan padaku. Katakanlah dengan jelas agar aku dapat sepenuhnya
mengambil manfaat dari situ.’
Guruku berkata, “Ketika Sang Pencipta menciptakan sfera-sfera ini, Dia
mengirimkan suatu cahaya pada sfera yang pertama, sebagai hiasan. Sfera pertama
terlalu halus untuk menerimanya, sebab sebuah sfera merupakan penengah di
antara wujud dan bukan wujud. Di satu pihak, ia menjadi batas eksistensi,
sementara di lain pihak ia berdampingan dengan non eksistensi. Karena itu,
antara eksisntensi dan non-eksistensi ada sesuatu yang, jika melihat bentuknya,
hampir tidak ada apa-apanya, tetapi jika melihat pada atributnya, ial lebih
“sesuatu” dibanding yang manapun juga. Itu agaknya seperti udara, yang tidak
memiliki kekuatan untuk mengangkat sepotong atom pun.
‘Sfera yang pertama, karena sangat dekat pada ketiadaan, uaitu dunia lain,
dan lebih halus dari apapun juga, tidak mampu menerima cahaya dikarenakan oleh
kehalusannya itu, dan karenanya cahaya itu mencapai sfera yang kedua, yang
mampu menerimanya. Cahay itu terpecah ketika menerjang sfera kedua, dan setiap
bagiannya menjadi sebuah bintang. Yang tersisa dari bintang-bintang ini sampai
pada sfera ketiga, dan dari sisa itu muncullah Saturnus. Lagi-lagi, yang
tersisa dari Saturnus sampai pada sfera keempat, dan muncullah Yupiter. Dan
bagitu seterusnya, Mars dari sisa Yupiter, Matahari dari sisa Mars, Venus dari
sisa Matahari, Mekurius dari sisa Venus, dan dari sisa Merkurius adalah bulan.’
5
‘Mengapa Matahari lebih besar dan lebih bercahaya daripada bintang-bintang
lainnya?’ aku bertanya.
‘Karena ia berada di tengah-tengah,’ katanya. ‘Jika kamu menghitung ketujuh
planet, maka Matahari berada di tengah-tengah. Dan sebagaimana ada dua sfera di
atas yang tujuh itu, ada dua sfera lagi di bawah mereka, ether dan zamharir.
(Eter (atsir) berasal dari pemikiran Yunani; Zamhariri (sangat dingin) berasal
dari QS.76:13)). Karena itu, dengan perhitungan apapun, Matahari berada di
tengah-tengah. Jika air yang mengalir di atas suatu dataran tidak dapat
bergerak ke suatu arah tertentu, akibat adanya sebuah batu atau tanah yang
keras, jika kedua sisi air itu didesak, maka kedalaman air itu akan bertambah,
sebab ada tekanan. Dan dimana ada tekanan, maka disitulah ada kekuatan. Karena
alasan inilah maka Matahari itu lebih besar dan lebih bercaha.’
6
‘Mengapa bintang-bintanf di sfera kedua tidak begitu bercahaya,’ aku
bertanya, ‘sedangkan ada banyak bintang di sana? Di sanalah tempat yang
(pertama-tama) dicapai oleh cahaya, dan semua bintang lain berasal dari
sisa-sia bintangbintang itu.’
‘Sfera yang kedua itu dekat dengan sfera yang pertama,’ katanya. ‘Ia pun
tidak memiliki banyak kekuatan. Suatu contoh dari sfera-sfera itu adalah
sebagai berikut : Katakanlah seseorang inging menggambar setengah lingkaran
dalam bentuk sfera-sfera langit. Pertama-tama dia membuat sebuah titik. Entah
itu biru, merah, hijau atau warna apapun yang diinginkannya. Kita anggap saja
warna biru. Setelah membuat titik, dia mencampurkan sedikit warna putih ke
dalam warna biru, dan menggambar garis di atas yang pertama, dan setiap kali ia
menggambar garis, dia menambahkan warna putih sampai warna birunya hilang sams
sekali. Dengan demikian sedikit demi sedikit warna itu berubah dari biru
menjadi putih. Nah, misalkan bumi itu adalah (titik) biru, dan setiap sfera
dalam urutan ke atas menjadi semakin putih, sampai akhirnya sfera yang pertama
menjadi sedikit sekali warna birunya, sehingga garis di atasnya akan sepenuhnya
berwarna putih.
‘Yang kami maksudkan dengan “putih” adalah kehalusan, bukan warna. Sfera
kedua, karena dekat dengan yang pertama, masih halus; dan bintang-bintangnya
juga halus seperti air, yang mengambil warna dari setiap wadah tempat ia
dituangkan. Karena sfera kedua hanya mempunyai kekuatan sanhat kecil, maka
bintang-bintangnya juga tidak begitu kuat.’
7
Aku bertanya pada guruku, ‘Mengapa ada banyak bintang pada sfera kedua, dan
hanya satu pada setiap sfera lainnya?’
Dia menjawab, Jika kamu mengambil sebuah piring besar dan meletakkan
beberapa genggam air raksa di atasnya, kemudian temukan pusat piring itu dan
letakkan sesuatu di bawahnya sehingga ia dapat diputar, maka air raksa itu akan
terpecah menjadi potongan-potongan kecil. Jika kemudian kamu meletakkan
potongan-potongan kecil itu di atas sebuah piring kecil dan memutarnya, maka
potongan-potongan itu akan menyatu melalui gerakan piring kecil itu. Begitu
pula halnya dengan (sfera-sfera). Sfera kedua menerima cahaya dari sfera
pertama, dan karena tempatnya luas, maka cahaya itu dengan sendirinya terpecah.
Luas masing-masing sfera semakin ke bawah semakin berkurang, dan cahayanya pun
berkurang, maka dengan sendirinya ia menyatu.’
8
‘Mengapa Bulan tidak mempunyai cahaya? Aku bertanya pada guruku.
‘Setiap bintang yang ada, posisinya adalah di antara dua sfera.’ Katanya,
‘dan cahay bintang-bintang itu diperkuat oleh sfera-sfera tersebut. Sebuah bintang
pada suatu sfera adalah seperti kekuatan vital yang ada dalam tubuh manusia,
yaitu kekuatan vital itu ditunjang oleh kekuatan tubuh, dan begitu sebaliknya.
Tetapi, sisi Bulan yang mengarah ke bumi, tidak sfera. Dua sfera yang ada
hubungan dengan dunia elemental. Sebagaimana kehalusan menonjol di sfera
pertama dan kedua, gaya beratlah yang menonjol pada yang dua ini, mengikuti
contoh dari setengah lingkaran langit yang baru saja kita bicarakan : dalam
urutan ke bawah, kedua sfera ini mempunyai hubungan yang lebih besar dengan
biru daripada dengan putih, sementara sfera pertama dan kedua mempunyai
hubungan yang lebih besar dengan putih daripada dengan bitu. Yang kita
maksudkan dengan putih dan biru adalah kehalusan dan gaya berat. Karena sfera
Matahari berada di tengah, yang merupakan posisi yang seimbang antara kehalusan
dan gaya berat, maka Matahari menerima sepenuhnya cahaya itu, dan bulan sama
sekali tidak menerimanya.’
‘Jika Bulan bukan merupakan psuat (locus) cahaya,’ kataku, ‘lalu mengapa
cahaya Matahari dapat dilihat didalamnya?’
‘Jika sinar Matahari menimpa sebuah kaca, bola kristal atau semacamnya,’
katanya,’ cahayanya tampak jelas dan dipancarkan seperti Bola Matahari. Nah,
semua ini merupakan locus dan wadah bagai cahaya Matahari; begitu pula Bulan,
hanya lebih lagi.’
9
Setelah tanya jawab seperti itu di antara kami, guruku berkata, ‘Semua
pertanyaan ini melenceng dari masalah utamanya. Tidaklah penting bagi seseorang
untuk menanyakan mengapa sebuah bintang memberikan sinar, dan yang lain tidak, atau
mengapa ada banyak cahaya di satu tempat, dan hanya sedikit di tempat lain.
Barangsiapa telah melangkah sejauh ini, akan menanyakan mengapa sfera=sfera itu
jumlahnya bukan lima belas atau sebelas, atau mengapa mereka berputar, atau
mengapa mereka tidak musnah. Dia akan diberitahu bahwa memang demikianlah
keadannya, yaitu tidak perlulah rahasia itu disingkapkan. Dia yang
mengetahuinya, akan tahu dengan sendirinya.’’
10
‘Bagaimana kita bisa tahu?’ aku bertanya.
‘Orang-orang yang memandang langit dan bintang, dapat dibagi menjadi tiga
kelompok,’ katanya. ‘Kelompok pertama memandang dengan mata fisik, dan melihat
suatu bidang biru dengan beberap titik putih. Mereka ini adalah orang-orang
jelata, dan binatang pun mempunyai kemampuan untuk memandang seperti itu.
‘Kelompok kedua memandang langit melalui mata langit. Mereka adalah para
ahli astrolosi. Mata langit adalah bintang-bintang, dan melalui bintang-bintang
itu mereka memperhatikan langit. Mereka mengatakan bahwa hari ini bintang anu
akan berada pada kedudukan anu; dan bahwa pengaruhnya akan begini dan begitu.
Pada kedudukan anu; terjadi rangkaian anu. Kedudukan itu merupakan tanda udara,
atau tanda bumi, atau tanda api; itu merupakan rangkaian pertama; udara yang
dominan atau air yang kuat. Pada tahun anu Matahari memasuki Aries; tanda anu
tampak yang kuasa pada tahun itu adalah anu. Ketika si Anu dilahirkan, suatu
konstelasi anu timbul, dan itu merupakan kekuasaannya. Dia dikuasai oleh planet
anu, yang bekerja untuk memberinya kehidupan yang baik. Pada waktu anu ujung
ekor naga berdiri di depan Matahari atau di depan Bulan. Matahari atau Bulan
berubah menjadi hitam. Mereka menghitung bintang-bintang, mereka melihat langit
melalui mata langit.
‘Akhirnya, orang0orang yang melihat rahasia langit dan bintang-bintang
bukan dengan mata fisik atau melalui mata langit, melainkan melalui mata
logika, mereka adalah orang-orang yang mengenal realitas.’
11
‘Aku belum sampai ke tempat yang menguntungkan itu,’ kataku. ‘Apa yang
harus ku lakukan?’
‘Kamu terlalu kenyang,’ katanya. ‘Mulailah berpuasa selama empat puluh
hari. Setelah itu ambil obat pencahar untuk mengosongkan dirimu. Barangkali
matamu akan terbuka.’
‘Bagaimana resep obat pencahar itu? Aku bertanya.
‘Bahan-bahan berasal dari dirimu sendiri; jawabnya.
‘Apakah bahan-bahan itu? Tanyaku.
‘Apapun yang kamu sukai,’ katanya, ‘ harta, kekayaan, benda-benda materi,
kesenangan-kesenangan psikologis dan duniawi – semua itu merupakan bahan-bahan
bagi obat pencahar ini. Mulailah memuaskan dirimu selama empat puluh hari dengan
sedikit makanan yang sesuai untukmu yang tidak meragukan (karena mengandung
kotoran) dan yang bukan milik orang lain. Lalu letakkan bahan-bahan ini di atas
lumpang kepasrahan, dan gilaslah dengan alu nafsu. Jadikanlah itu obat
pencahar, dan telanlah dengan sekali teguk. Jika kamu merasa ingin segera ke
kamar mandi, itu berarti obat tersebut manjur, dan matamu akan segera terbuka.
Jika kamu tidak merasa ingin pergi, artinya obat itu tidak berpengaruh.
Mulailah berpuasa selama empat puluh hari lagi, dan ambil obat pencahar yang
sama lagi. Mudah-mudahan kali ini hasilnya baik. Jika tidak, teruslah makan
obat itu lagi, dan lagi sampai khasiatnya kamu rasakan. Tetapi, jika ada orang
yang bertindak seperti seekor anjing, memakan kembali kotorannya sendiri dan mengambil
lagi bahan-bahan yang sama yang dibuat untuk obat pencahar itu dan yang, karena
khasiatnya, berubah menjadi kotoran, maka orang itu akan kambuh lagi, dan rasa
sakitnya akan muncul lagi. Dan untuk ini tidak ada dokter yang sanggup
menyembuhkan.
12
Aku bertanya pada guruku, ‘Jika mata sudah terbuka, apa yang akan dilihat?’
‘Jika mata batin sudah terbuka, mata jasmaniah harus ditutup dari
segalanya, bibir harus ditutup untuk segalanya; dan kelima indera jasmaniah
harus tidak digunakan lagi, dan indera-indera batin digunakan untuk
menggantikannya, sedemikian rupa sehingga jika orang itu ingin memegang
sesuatu, dia harus memegangnya dengan tangan batinnya, jika dia ingin melihat
sesuatu, dia harus melihatnya dengan mata batinnya, jika dia ingin mendengar
sesuatu, dia harus mendengarnya dengan telinga batiinnya, jika ingin mencium
sesuatu, dia harus menciumnya dengan hidung batinnya, dan indera perasanya
harus berasal dari perasa batinnya. Begitu hal ini dapat dilakukannya, dia
dapat terus memahami rahasia langit, dan setiap saat mendapatkan pengetahuan
dari dunia gaib. Kamu tadi menanyakan apa yang akan dilihat. Dia akan melihat
apa yang dilihatnya dan yang seharusnya dilihat. Dia tidak akan mampu
melukiskan apa-apa yang terpampang di depan penglihatnnya, tetapi dia akan
mampu memahami hal-hal tersebut melalui pengalaman intuisinya sendiri. Hanya
sedikit orang yang berhasil mencapai tingkatan ini, sebab memang sulit bagi
orang yang tidak bernilai untuk meninggalkan dunia ini, sedangkan yang bernilai
hanya ada sedikit. Seorang pemabuk terbangun setiap hari dari dunia
kemabukannya, karena ia memerlukan minuman. Kuatnya pengaruh anggur melemahkan
otaknya, dan orang yang otaknya lemah akan terlalu takut untuk melakukan
sesuatu. Dia mungkin menyangkal apa yang telah dilakukannya, dan mengatakan
pada dirinya sendiri, “Aku harus meninggalkan kebobrokan ini dan kembali ke
jalan Tuhan, sebab di sanalah (adanya keberuntungan) baik di dunia maupun di
dunia nanti.” Nah, gagasannya memang benar, tetapi ketika malam tiba dia akan
tergoda tanpa sadar menuju kedai minuman, dan jatuh mabuk lagi. Dalam
kemabukannya dia berkata, “Apa yang aku pikirkan pagi ini omong kosong belaka.
Dunia ini adalah tempat mabuk. “untuk meninggalkan dunia, memang seperti itu.
Kecerobohan akan menjegal dan tidak akan membiarkan seseorang mengambil jalan
yang benar; ia akan terus mendorong orang-orang yang cinta dunia agar mabuk
dengan anggur kepuasan-diri.
“Tetapi jika orang menyadari kenikmatan penarikan diri menuju pengasingan
dan menukar bukan wujud dengan wujud, maka dia akan dapat memiliki kuda
perenungan dan menunganginnya menuju ladang pengetahuan tentang yang gaib. Dia
akan menjadi begitu suka akan hal-hal yang gaib, sehingga dia tidak akan mampu
melukiskan keadaannya dan akan meninggalkan keadaan menusiawinya. Orang yang
gila menganggap orang seperti gila. (Jika dia datang mendekatimu, maka) kamupun
akan menganggap (seperti anggapannya). Tetapi dia tidak akan terganggu oleh
pendapatmu, sebab di mana pun dia berada, dia tidak menaruh parhatian padamu.’
13
Setelah aku mengucapkan kata-kata guruku ini kepada kelompok itu, kemudian
mereka berkata, ‘Kamu mempunyai guru yang hebat. Begitu sayang dia kepadamu,
sehingga dia tidak menutup satu rahasia pun terhadapmu.’
‘Dia tidak menutup apa-apa terhadapku, ‘kataku, ‘tetapi apa yang
dikatakannya, tidak dapat kuulangi.’
Jika aku berbicara, itu
berarti pedang atau tiang gantungan.
Jika aku tidak berbicara,
aku tertinggal di celah keputusasaan.
HIKAYAT : 5 MASA
KANAK-KANAK
1
Suatu kali, ketika masih kanak-kanak, ketika sedang bermain di jalan,
seperti yang dilakukan anak-anak lain, aku melihat beberapa anak berkelompok,
dan terpukau oleh mereka. Aku menghampiri mereka, dan bertanya ke mana mereka
akan pergi. Mereka akan pergi ke sekolah, kata mereka, untuk mendapatkan
pengetahuan. Aku bertanya, apakah pengetahuan itu.
‘Kami tidak mengetahui jawabnya,’ kata mereka. ‘Kamu harus menanyakannya
kepada guru kami.’ Setelah mengatakan ini, mereka meninggalkan aku.
2
Setelah sesaat aku berkata pada diriku sendiri, ‘Apakah pengetahuan itu
gerangan? Mengapa aku tidak pergi bersama mereka dan mempelajari pengetahuan?’
Aku berusaha mencari naka-anak itu, tetapi tidak dapat menemukan mereka. Ketika
melihat seorang tua berdiri di tengah belantara, aku mendekat dan menyapanya.
Dia menyahut, dan dengan ramah sekali memanggilku untuk mendekat.
‘Aku melihat sekelompok anak yang pergi ke sekolah,’kataku. ‘Aku bertanya
pada mereka apakah tujuannya pergi ke sekolah. Mereka menyuruhku menanyakan hal
itu pada guru mereka. Pada waktu itu aku tidak begitu memperhatikannya, dan
mereka pergi meninggalkan ku. Tapi kemudian timbul hasrat dalm diriku, dan
karenanya aku mencari mereka. Aku belum berhasil menemukan mereka, dan masih
mencari mereka sampai sekarang. Jika Bapak tahu tentang mereka, ceritakan
kepadaku mengenai guru mereka.’
‘Aku guru mereka,’ kata orang tua itu.
‘Bapak harus mengajarkan pengetahuan kepadaku,’ kataku.
Dia mengambil sebuah buku, menuliskan ABC di atasnya, dan mengajarkannya
kepadaku.
‘Kita cukupkan ini untuk hari ini,’katanya. ‘Besok aku mengajar mu sesuatu
yang lain. Aku akan mengajrmu sedikit demi sedikit setiap hari, sasmpai kamu
menjadi seorang cendekiawan.’
Aku pulang, dan mengulang pelajaran ABC itu sepanjang hari berikutnya. Pada
hari selanjutnya aku menemuinya untuk mendapatkan pelajaran lain. Aku berhasil
menguasai yang itu juga.Lalu aku mulai menemuinya sepuluh kali sehari, dan
setiap kali aku mempelajari sesuatu. Akhirnya seluruh waktuku ku habiskan
bersama orang tua itu, dan aku mendapatkan banyak pengetahuan.
3
Pada suatu hari, ketika aku pergi untuk menemui guruku, seorang teman yang
nakal ikut bersamaku, dan tidak ada yang dapat kulakukan agar aku terbebas
darinya. Sewaktu aku bertemu guruku, dia mengangkat buku itu dari jauh agar
dapat ku lihat. Aku memandangnya, dan melihat sesuatu tertulis di atas buku itu
yang membuatku begitu penasaran untuk mengetahui rahasia apa yang ada padanya
sehingga kepalaku mulai pusing. Aku kehilangan kendali diri, dan mulai membaca
keras-keras kepda kawanku apa yang aku lihat pada buku itu. Kawan itu memang
nakal, dia menertawaknku, dan mengolok-olokku. Dia mulai bersikap sangat
menjengkelkan, menarik tangannya ke belakang, dan menamparku.
‘Apakah kamu sudah gila?’ katanya, “Tidak ada orang waras yang mengatakan
hal-hal semacam itu! Rasa sakit mulai menyejukan hasratku. Aku menyuruh kawanku
supaya tetap berada di tempatnya sementara aku maju ke depan, tetapi guruku
tidak lagi berada di tempatnya yang biasa. Kekhawatiranku meningkat sedemikian
rupa, sampai aku tidak bisa berkata apa-apa. Beberapa lama aku menjelajahi
dunia, tetapi aku tidak dapat menemukan guruku di manapun.
4
Suatu hari ketika aku memasuki sebuah khaqah, aku melihat di ujung ruangan
itu seorang tua sedang duduk, mengenakan pakaian yang separuhnya berwarna hitam
dan separuhnya lagi putih. Aku menyapany, dia menyahut. Aku ceritakan padanya
tentang keadaanku.
‘Gurumu benar,’ katanya, ‘Jika kamu mengatakan pada seseorang yang tidak
mengetahui perbedaan siang dan malam, suatu rahasia yang membuat ruh-ruh mereka
yang telah meninggal menari sampai mencapai ekstase di surga, maka kamu akan
ditampar, dan gurumu tidak akan mau menemuimu lagi.’
‘Aku sedang tidak sadar waktu itu,’ kataku. ‘Yang aku katakan adalah di
luar kendaliku. Bapak harus bersuaha membelaku, dan lewat kebaikan Bapak
mudah-mudahan aku dapat menemukan guruku.’
Orang tua itu menuntunku menemui guruku, yang ketika melihatku berkata,
‘Belum pernahkah kamu mendengar cerita tentang salamander (sejenis kadal) yang
pergi bertamu ke rumah seekor bebek? Saat itu musim gugur, dan udara terlalu
dingin bagi salamander, tetapi si bebek tidak mengetahui apa-apa tentang
keadannya, dan terus menerus mengatakan padanya betapa menyenangkannya air yang
dingin itu, dan betapa indah air di kolam pada musim dingin. Salamder itu
menjadi marah, dan menantang si bebek dengan berkata, “Jika bukan karena aku
menjadi tamu di rumahmu, dan jika aku tidak memikirkan anak-anakmu, aku pasti
sudah membunuhmu!” Dan seraya berkata demikian, dia pergi.
‘Tidakkah kamu tahu ketika kamu berbicara dengan anak nakal itu kammu akan
ditampar? Mereka akan menganggap kata-kata yang tidak mereka pahami sebagai
perkataan orang kafir – di antaranya. Seribu hal lain yang lebih buruk dari itu
juga akan timbul.’
Aku berkata pada guruku, ‘Jika iman dan kepercayaanku murni, mengapa aku
mesti memikirkan si anak nakal itu?
‘Adalah suatu kesalahan untuk mengucapkan hal-hal tertentu di tempat-tempat
tertentu,’ katanya. ‘Juga merupakan suatu kesalahan untuk menanyakan hal-hal
tertentu pada orang –orang tertentu. Kata-kata memang tidak perlu ditahan bagi
orang-orang yang baik, tetpai orang-orang yang rendah akan merasa jengkel
mendengar kata-kata manusia sejati. Hati orang-orang yang rendah dan mereka
yang terasing dari realitas adalah seperti sumbu yang telah dicelupkan ke dalam
air dan bukan minyak. Seberapa besarpun api yang kamu sulutkan pada sumbu itu,
ia tidak akan terbakar.
‘Hati orang yang bersimpati adalah seperti lilin yang menarik api ke
arahnya dan terbakar. Nah, kata-kata seseorang yang mempunyai sesuatu untuk
diucapkan itu, bukannya tanpa cahaya; dan cahaya itu akan menyulut lilin, bukan
sumbu yang basah. Ketika hati dari lilin itu terbakar, badannya melepuh, dan
ketika lilinnya habis, maka habis pula apinya. Orang-orang yang mengenal Makna
Hakiki, juga mengorbankan tubuh mereka di lautan api hati mereka; tetapi,
ketika tubuh mereka sudah tak tersisa lagi, kecemerlangan itu meningkat dan
berubah menjadi simpati.
5
‘Adakah kemungkinan bagi hati seseorang yang terasing untuk berubah menjadi
penuh perhatian?’ aku bertanya.
Dia menjawab, ‘Orang yang terasing akan dapat melihat, jika dia menyadari
bahwa hatinya buta. Dia itu seperti orang sakit yang suka mengigau. Selama
masih menjadi tawanan penyakitnya, maka dia tidak mengetahui apa-apa mengenai
dirinya atau penyakitnya, maka ddia tidak mengetahui apa-apa mengenai dirinya
atau penyakitnya, sebab keadaannya yang kegila-gilaan mempengaruhi otaknya dan
melemahkannya.
Karena fakultas pemahaman itu hampir seluruhnya terletak di dalam otak,
sedangkan otak berada dalam keadaan tidak normal, maka si penderita menjadi
tidak sadar. Jika kemudian dia terbangun dan sadar bahwa dia sedang sakit, itu
berarti dia sudah mulai sembuh, sebab otaknya sudah bisa bekerja. Kalau tidak,
maka dia tidak akan menyadari apa-apa. Orang yang hatinya terasing, adalah
seperti itu. Ketika dia menyadari bahwa hatinya buta, itu berarti dia telah
dapat sedikit melihat.
‘Nah baik orang yang sakit tubuhnya maupun yang sakit hatinya, harus pergi
ke dokter. (Bagi orang yang sakit tubuhnya) dokter akan meresepkan obat yang
sesuai dengan keadaan dirinya, sedangkan dokter yang menangani orang yang
ssakit hatinya, akan meresepkan obat yang mengandung makna hakiki sampai pasien
itu kembali sehat lagi. Jika sudah sembuh, dia harus memperhatikan sendiri
fakultas-fakultasnya. Kedua jenis pasien itu dapat menyehatkan kembali
fakultas-fakultasnya melalui tiga tahap.’
6
‘Orang yangsaskit tubuhnya akan disuruh oleh dokter, pertama-tama, agar
minum jelai; pada tahap kedua dia disuruh makan bubur susu; pada tahap ketiga
dia disuruh makan daging. Pada tahap ini semua masih tergantung pada dokternya,
sedangkan sesudah itu si pasien sendiri harus mengetahui apa yang paling cocok
untuk makanannya.
‘Untuk orang yang sakit hatinya, dokter akan menyuruhnya pergi ke hutan
belantara dan mencari sejenis cacing tertentu yang tidak pernah keluar dari
liangnya pada siang hari. Ia mempunyai keistimewaan, yaitu jika ia bernafas
pada malah hari maka suatu cahaya dapat dilihat pada nafasnya itu, seperti
secercah pai di antara besi dan geretan. Dengan cahaya itu cacing tersebut
mencari makan di hutan. Cacing ini pernah ditanya mengapa ia tidak pernah pergi
ke ladang pada siang hari. Ia berkata, “Cahayaku berasal dari nafasku sendiri.
Mengapa aku harus minta tolong pada Matahari dan cahayanya untuk melihat
dunia?” Binatang itu terlalu piicik untuk menyadari bahwa cahaya dari nafasnya
berasal dari matahari juga.
Jika orang yang sakit hatinya itu telah menangkap cacing ini, hendaklah dia
melihat dengan bantuan cahaya cacing itu makanan apa yang dimakannya, dan
hendaklah dia makan makanan yang ssama selama jangka wantu tertentu, sampai dia
pun memperoleh keistimewaan yang sama, dan cahay timbul pada nafasnya. Ini
adalah tahap pertama.
Selanjutnya, hendaklah dia pergi ke Samudera Besar dan duduk dengan sabar
di pantai. Di laut ada seekor sapi yang datang ke pantai pada malam hari, dan
merumput di nawah cahaya Mutiara –Yang Bersinar di Malam hari. Sapi ini
memendam dendam yang hebat kepada matahari, sebab ia menelan Mutiara itu pada siang
hari, dan membuat cahayanya redup. Binatang malam itu tidak tahu bahwa segala
sesuatu yang bercahaya itu dibantu oleh matahari.
Pasien itu hendaknya mencari, dengan bantuan cahaya Mutiara tersebut,
tanaman yang dimakan sapi itu. Hendaklah dia makan makanan yang sama, sampai
kecintaan akan Mutiara itu timbul dalam hatinya. Ini adalah tahap kedua.
Dari sana dia harus pergi ke Gunung Qaf, dimana terdapat sebuah pohon yang
di atasnya Simurgh membangun ssarangnya. Hendaklah dia memegang pohon itu, dan
makan buahnya. Inilah tahap ke tiga.
Setelah itu dia tidak akan membutuhkan dokter lagi, sebab dia sendiri sudah
menjadi dokter.
7
Aku bertanya pada guruku, ‘Apakah Matahari itu memiliki kekuatan sedemikian
rupa sehingga cahaya di dalam Mutiara Yang Berssinar di Malam hari dapat muncul
darinya?’
‘Ia dmempunyai kekuatan semacam itu, ‘katanya. ‘Seluruh dunia tergantung
padanya, tetapi tak seorang pun mau mengakui ketergantungannya. Jika seseorang
mempunyai sebuah kebun dan memberi seorang pengemis segenggam anggur dari kebun
itu, sepanjang hidupnya pengemis itu akan terus merasa berutang padanya. Setiap
tahun matahari mengisi kebunnya dengan anggur dan buah-buahan lain, tetapi
penggarap kebun itu tidak pernah merasa dirinya berutang pada matahari. Adakah
sesuatu dimana matahari tidak ikut berperan? Jika seorang anak dibesarkan dalam
sebuah rumah yang gelap sehingga dia tumbuh tanpa pernah melihat matahari, dan
jika matahari ditunjukan padanya ketika dia sudah mampu membeda-bedakan
sesuatu, maka anak seperti itu mungkin akan dapat menghargai jassanya.’
8
‘Baiklah ketika bulan sabit maupun ketika matahari dan bulan berada pada
kedudukan yang berseberangan, jelaslah bahwa bumi berada di antara keduanya,’
kataku. ‘Mengapa bumi tidak menutupi cahaya yang ada di antara matahari dan
bulan, seperti yang dilakukan ekor naga ketika ia berada di depan matahari atau
bulan?
‘Pemikiranmu salah,’ katanya. ‘Jika kamu ingin tahu bentuknya, gambarlah
sebuah lingkaran sebegitu rupa sehingga dari pusat ke tepi jaraknya adalah 50½
inci. Lalu, dari pusat lingkaran besar gambarlah lingkaran lain ½ inci
radiusnya. Kini tariklah sebuah garis melalui pusat itu sehingga kedua
lingkaran tersebut terbagi dua. Kamu akan mendapatkan empat titik, dua pada
lingkaran besar dan dua pada lingkaran kecil, yaitu satu pada setiap ujung
garis dan dua pada tepian lingkaran kecil.
‘Kini gambarlah dua lingkaran lagi, satu di seputara masing-masing dari
kedua titik pada lingkaran luar, dan buatlah radius dari masing-masing ini 2
inci. Kini anggaplah lingkaran besar itu lingkaran langit, yang kecil bumi dan
dua yang lainnya adalah matahari dan bulan.
‘Kini tariklah sebuah garis dari pusat lingkaran bulan bersinggungan dengan
sisi kanan bumi. Tarik garis lain dengan cara yang sama ke sisi kiri bumi. Nah,
tempat berawalnya kedua garis ini adalah sebuah titik dan tidak ada jarak di
antara mereka, tetapi di antara ujung-ujung dari kedua garis ini ada 1 inci.
Jika kamu memanjangkan kedua garis itu, kamu berarti telah menarik dari bumi ke
lingkaran langit, jarak antara keduanya akan jadi 2 inci di tempat kedudukan
matahari. Kita tentukan bahwa matahari berdiameter 4 inci. Karena itu, 2 inci
dari tubuh matahariberada di luar garis-garis itu, 1 inci pada masing-masing
sisi. Jika dalam jarak 1 inci ada cahaya matahari jatuh ke titik pertama di
atas bulan, cahaya itu akan bertemu dalam bayang-bayang pada kedua sisi dari
tempat di mana bumi berada, yaitu pada malam hari. Yang ada di antara
garis-garis ini dari bumi sampai titi-titik selebihnya (di atas bulan) itu
terkena cahaya.
‘Jangan beranggapan, berdasarkan analogi dari apa yang telah kami uraikan,
bahwa proporsi bumi terhadap langit, matahari dan bulan, adalah seperti itu,
sebab hubungan antara langit dan bintang-bintang dengan bumi itu lebih dari
seratus ribu kali contoh yang telah kami berikan.’
9
‘Bulatan bumi itu ada 96.000 parasang, dan bagian yang didiami adalah
24.000 parasang, sedangkan satu parasang adalah 1.000 cubit. (Cubit adalah
ukuran alam untuk panjang 1 cubit = 18 hingga 22 inci, atau 45 hingga 56 cm).
Luas bumi itu tidak lebih dari ini. Kini pikirkanlah berapa banyak raja yang
hidup di atas bagian bumi yang berpenghuni itu. Sebagian dari mereka memerintah
seluruh daerah beriklim; mereka menyatakan bahwa dirinya menguasai satu
kerajaan. Kalau saja mereka mengetahui kesejatian segala sesuatu, maka mereka
pasti akan merasa malu dengan pernyataan seperti itu. Abu Yazid mendapatkan
keberuntungan (untuk menyadari hal ini), dan dia meninggalkan segala sesuatu
yang dimilikinya, dan sebagai konsekuensinya, seketika itu juga dia berhasil
mencapai semua itu.
‘Kemewahan, kedudukan dan harta kekayaan merupakan penghalang perjalanan
manusia. Selama hati manusia masih disibukkan dengan hal-hal semacam ini, maka
ia tidak akan sampai ke mana-mana. Barang siapa dapat menjadi seperti Darwisy
kelana, dan melepaskan dirinya dari ikatan hiasan-hiasan dan kesombongan
duniawi, akan bisa mencapai dunia kesucian.’
10
‘Adakah seseorang yang dapat melepaskan dirinya dari ikatan harta kekayaan
yang dimilikinya?’ aku bertanya.
‘Orang seperti itulah yang disebut manusia sejati,’ jawabnya,
Kau bertanya, ‘Kalau dia tidak memiliki sesuatu, bagaimana dia bisa hidup?’
‘Barangsiapa yang mengkhawatirkan hal ini, tidak akan mau melepaskan apa
pun, katanya. Sebaliknya, barang siapa yang mau melepaskan segala sesuatu,
tidak akan mengkhawatirkan hal itu. Dunia kepasrahan merupakan dunia yang
sangat menyenangkan, tetapi tidak semua orang menghasratkannya,’
11
‘Konon ada seorang hartawan yang memiliki kekayaan melimpah. Dia berhasrat
membangun istana seindah-indahnya. Dia memanggil para pengrajin termsyhur dari
seluruh penjuru bumi. Mereka bekerja sesuai dengan bayaran yang mereka terima,
dan mulai membaut fondasi serta kerangka bangunan. Ketika bangunan itu separuh
selessai, orang-orang datang dari berbagai tempat untuk melihatnya.
Tembok-tembok menjulang tinggi, dengan lukissan-lukisan indah digantungkan
padanya, atapnya menyaingi karya Mani, dan serambinya membuat Arch of Chosroes
tampak buruk. Istana belum selesai dibuat ketika pemiliknya terserrang penyakit
yang tak tersembuhkan. Ketika dia berada di ambang kematian, Malaikat Maut
datang ke pembaringannya. Dia mengerti apa artinya ini. “Tidak adakah
kemungkinan untuk memberiku penundaan agar aku dapat menyelesaikan istanaku?”
dia bertanya. “Hanya satu keinginan inilah yang aku miliki.” Malaikat Maut
menjawab, “Bila batas waktu yang dijanjikan untuk mereka itu telah datang,
mereka tidak dapat mengundurkannya sesasat pun, dan tidak juga dapat
mempercepatnya.” (QS.16:61).
‘Hal mustahil, tetu saja. Tetapi, misalnya kamu diberi kesempatan untuk
menyelesaikan istana itu sebelum menyerahkan nyawamu, takkan kamu akan lebih
berat meninggalkan istana itu, sebab kamu telah berusaha payah membangunnya dan
ia akan dapat memberi kehidupan bagi banyak orang lain? Sekalipun demikian;
karena istana itu belum selessai, ia tidak akan pernah terselesaikan, sebab,
karena tidak ada kemungkinan untuk menunda kematian, dia menyerahkan jiwanya.
Pada saat itu pembangunan istana dihentikan, meskipun menurut niatan pemiliknya
pembanguna itu belum selesai, ddan tidak
akan pernah selesai seperti yang diinginkannya.
12
‘Apakah kerangka pikiran yang baik, yang paling dekat dengan ketakwaan,
yang patut kita miliki?’ aku bertanya.
‘Sebagaimana dikisahkan dalam dongeng, katanya, ada seorang pedagang yang
kaya raya. Dia ingin pergi naik kapal dari kota tempat tinggalnya ke kota lain
untuk berdagang. Ketika tiba di laut, dia memasukan seluruh kekayaannya ke atas
sebuah kapal, dan pergi berlayar. Para pelaut mengemudikan kapal itu hingga
berjalan lancar, tetapi ketika sampai di tengah laut datang angin badai yang
menyerte kapal itu ku pusaran ait. Para pelaut membuang seluruh permata (para
pedagang) ke laut, dan para pedagang itu lumpuh ketakutan. Sementara itu si
pedagang kaya berdiri di dekat mereka tanpa daya, mengkhawatirkan sesuatu yang
lain setiap saat, dan tidak dapat memahami kemarahan. Mula-mula dia
mengkhawatirkan harta kekayaannya, kemudian mengkhawatirkan nyawa dan
anggota-anggota badannya. Karena tidak mampu mengatasi keadaan, dan juga tidak
dapat melepaskan dirinya, akhirnya dia menjadi benar-benar putus asa. Hidup
menjadi begitu pahit dirasaknnya setelah dia kehilangan segala kesenangannya
memiliki harta kekayaan yang melimpah.
‘Akhirnya angin mereda, kapal itu berjalan lancar kembali dan selamat tiba
di pantai. Ketika pedagang itu menyadari dirinya telah berada di pantai, di
merogoh (saku-sakunya) dan membuang segala sesuatunya ke dalam air. Orang-orang
berkata padanya, “Apakah kamu gila? Sungguh luar biasa yang kamu lakukan ini!
Ketika tercekam rasa takut tenggelam dan mati kamu tidak melakukan hal semacam
itu. Kini setelah kamu selamat, mengapa kamu lakukan itu?’’’
‘Si pedagang berkata, “Pada saat itu tidak akan ada bedanya apakah aku
meleparkan kekayaanku ke laut atau tidak, sebab kalau memang kapal itu akan
selamat, baik hartaku maupun nyawaku akan tetap selamat. Kalau kapal itu
tenggelam, baik harta maupun nyawa tidak akan bisa diselamatkan. Karenanya, hal
itu tidak akan menimbulkan perbedaan.
“Kini setelah tiba dengan selamat di pantai, aku menyadari bahwa kau tidak
menderita luka atau megalami kehilangan harta. Setelah tiba dengan selamat, aku
bayangkan bahwa aku memang selamat selama ini. Aku bayangkan bahwa jika aku
dapat melupakan rasa sakit begitu cepatnya, jika aku dapat melupakan segala hal
yang menyiksa dengan demikian mudahnya, maka pada saat yang lain kessakitan
yang jauh lebih hebat tidak akan mengganggu piikiranku pula, dan aku akan
menyadari adanya keuntungan duniawi yang besar sekali melalui hartaku. Jika,
mudah-mudahan Tuhan menjauhkan hal ini, sekali lagi aku menyeberang laut dan
mengalami bencana itu lagi, kali ini mungkin akan merupakan kehancuran bagiku.
Nyawa lebih berharga daripada harta. Aku meninggalkan semua kekayaanku
sehingga, karena tidak memiliki apa-apa, aku tidak perlu naik kapal atau
berdagang, yang semua itu ku lakukan demi harta. Aku akan bekerja dengan cara
yang lain untuk mendapatkan makanan sehari-hari, sebab makan sepotong roti
dalam keadaan sehat itu lebih nikmat daripada mempunyai kekayaan yang melimpah
atau menjadi raja sekalipun.”
13
‘Dia berjalan dalam realitas,’ guruku berkata. ‘Barangsiapa berpegang kuat
pada kepastian ini, sesungguhnya akan sampai ke suatu tempat. Barang siapa
mampu mencapai sesuatu di dunia nanti, di dunia ini ia akan terbebas dari
ikatan sesuatu. Jika seseorng memimpikan bahwa sesuatu yang dimilikinya akan
bertambah, maka si penafsir mimpi akan mengatakan bahwa sesuatu itu akan
berkurang. Jika dia bermimpi bahwa sesuatu itu berkurang, maka si penafsir
mimpi akan mengatakan bahwa sesuatu itu bertambah. Banyak hal yang terjadi
begini. ‘Ini adalah suatu prinsip yang abadi, sebab jiwa itulah yang bermimpi,
dan dia melihat ke dalam dunia lain, yang dari situ segala sesuatu menjadi
berkuranng jika di dunia ini bertambah. Begitu pula, jika seseorang bermimpi
bahwa seorang anak dilahirkan, itu berarti bahwa seseorang akan mati,
sebagaimana impian bahwa seseorang telah mati mengandung arti bahwa seoranganak
akan lahir. Jika seseorang bermimpi bahwa seseorang telah mati, penafsirannya
adalah bahwa sebagian besar kehidupan orang itu ditinggalkan untuk tetap hidup,
sebab ia masih datang dari sana ke sni. Ini jelas.
‘Nah, barang siapa benar-benar meninggalkan sesuatu di dunia ini demi
kehidupan mendatang, akan mendapatkan sesuatu di dunia nanti. Ini dapat dilihat
pada diri seseorang yang membuang segala sesuatu yang dia miliki. Karena
keadannya adalah dia diberi sesuatu dari dunia lain, dia terus membuang sesuatu
dari dunia ini ssampai lambat laun dia tidak menaggung beban lagi. Dengan jalan
sedikit demi sedikit membuang segala sesuatunya di sini, memperolehnya di
sana.’
14
Aku meminta guruku agar menceritakan padaku sebuah kisah tentang seorang
manusia sejati.
‘Itu tidak dapat diceritakan,’ aktanya.
‘Dulu,’ kataku, ‘katika aku melihat pada buku yang Bapak angkat untuk
diperlihatkan pdaku, aku belum mempunyai banyak pengalaman tentang segala
sesuatu, tetapi kini jika aku mengingatnya, aku menjadi begitu terpengaruh
sehingga aku hampir tidak tahu lagi apa yang sedang aku lakukan.’
‘Kamu masih belum matang pada waktu itu,’katanya. ‘Sedangkan sekarang kamu
sudah matang. Dulu kamu seperti seorang manusia yang belum dewasa, yang belum
bisa menikmati hubungan intim. Jika dia sudah dewasa, dan sedang mengakan
hubungan intim, dia begitu menikmatinya, sehingga jika ada orang, sekalipun itu
kawan karibnya sendiri, mengganggunya pada saat ejakulasi, dia akan
menganggapnya sebagai bukti permusuhan, sehingga kenikmatanyya berkurang. Nah,
jika kenikmatan itu diceritakan pada seorang pria impoten, hal itu tidak akan
berarti apa-apa, sbab suatu pengalaman hanya dapat diketahui melalui
pengalaman, dan pengalaman dalam hal itu tidak dimiliki seorang pria impoten,
‘Yang sedang aku bicarakan bukanlah kenikmatan itu. Kenikmatan sejati
menyentuh jiwa pria sejati. Dulu kamu masih mentah di dunia lain; kamu belum
mengalami kenikmatan itu; kamu bahkan belum tahu makna pengalaman itu. Kini
kamu telah matang. Seorang pria yang telah matang dapat menjangkau spesiesnya
sendiri jika dia menginginkan, dan orang yang mempunyai jangkauan tak terbatas
dapat memasuki dunia gaib. Dan dapa t bercengkerama dengan yang gaib dari dunia
itu dari balik selubung rahasia. Lihat betapa bedanya antara kenikmatan itu dan
pengalaman ini!’
15
‘Pada waktu sama.’(sama (audisi)
adalah suatu sidang hafalan(rectation), musik dan/atau nyanyian, yang selama
sidang itu keadaan spiritual digugah melalui indera pendengaran) seorang
sufi sampa pada suatu keadaan.’ Kataku. ‘ Darimana datangnya itu?’
‘Nada-nada pertama yang sedih dimainkan pada instrumen-instrumen musik yang
indah seperti drum, suling dan semacamnya. Sesudah itu seorang penyanyi
menyanyikan sebuah lagu yang indah, dimana kata-kata dilagukan agar sesuai
dengan perasaan di pendengar. (‘Keadaan
jiwa” untuk waqi’ah secara klasik suatu istilah teknis bagi suatu pemikiran
yang stabil atau kejadian apda otak, lawan dari khatir, yang fana suatu gerakan
di hati nurani yang tidak mantap) Jika seorang pria yang mampu mendengar
nada yang pilu, dia melihat bentuk dari perasannya sendiri. Seperti India yang
masuk ke dalam pikiran seekor gajah (Ingatan
gajah akan India, merupakan suatu ungkapan peribahasa bagi pengingatan akan
asal-usul. Ingatan jiwa akan asal-usulnya dibahas secara perlambang dalam
Hikayat 1 dan 2, Premis bahwa segala sesuatu pada ahirnya kembali kepada
asal-usulnya diberikan dalam 7, babI) Jiwa diingatkan pada keadannya
sendiri tetapi ia mendengarkan di dunia lain, dimana bukan merupakan tugas
telinga.’
16
‘Apa yang membautnya menari?’aku bertanya.
‘Jiwa mulai naik, ‘jawab guruku,’ seperti burung yang ingin melarikan
dirinya dari sangkar. Sangkar tubuh adalah halangan, maka burung dari jiwa
mengeluarkan tenaganya dan mengangkat sangkar dari tubuh itu ke atas. Jika
burung itu mempunyai cukup kekuatan, maka ia akan dapat merusakan sangkar dan
merikan diri; jika tidak, dalam kemarahannya ia akan membuat sangkar itu
bergerak bersamanya.
‘Maka pula (berkenaan dengan para sufi) makna yang hakiki menang, dan jiwa
burung itu berusaha naik. Jika tidak dapat keluar dari sangkar, ia akan
menggerakan sangkar itu bersamanya. Namun, seberapa kuat pun ia berusaha, ia
tidak dapat mengangkat sangkar itu lebih dari sejengkal sebelum sangkar itu
jatuh kembali ke bumi.’
17
‘Mengapa mereka melambai-lambaikan tangan?’ aku bertanya.
‘Sebagaian orang mengatakan bahwa itu berarti menepiskan segala sesuatu
yang dimiliki, seolah-olah dia berkata, “Kami telah memperoleh sesuatu dari
dunia lain; aku melepaskan segala sesuatu yang kami miliki di sini dan menarik
diri.” Itu berarti bahwa tubuh tidak dapat mengangkat kaki lebih dari
sejengkal, makanya ia berkata pada tangan, “Bergeraklah kamu satu cubit lebih
tinggi. Mungkin kami dapat maju setahap lebih jauh.”
‘Mengapa mereka melemparkan baju mereka?’
‘Itu seolah-oleh berkata, “kami menyadari adanya tampat lain, maka lemparkan
sesuatu dari tempat ini.” Tetapi orang yang melemparkan bajunya hanya untuk
mengenakannya lagi agar dapat melambai-lambaikan lengannya, itu berarti dia
hanya “menyimpan kembali” lengannya.’
18
‘Jika seorang sufi memasuki sebuah lingkaran di atas bumi, kelompok itu
“mendedanya” dan mengendalikannya sepenuhnya. Entah itu untuk menyanyi,
memohon, atau apapun yang mereka inginkan, mereka dapat membuatnya melakukan
apa yang mereka kehendaki,’ kataku. ‘Dalam hal ini apakah rahasianya?’
‘Begitu orang-orang sejati memasuki sebuah lingkaran di atas bumi, maka
mereka tidak akan pernah lagi meninggalkannya. Burung itu telah tumbuh kuat,
mendobrak sangkarnya, dan terbang tinggi. Nah, “mayat” itu berada di bawah
kekuasaan kelompoknya. Entah mereka memandikannya sekarang atau lain waktu,
entah mereka membungusnya dengan kain kafan putih atau biru, entah mereka
menguburnya di kuburan atau di tempat lain, hal itu ditentukan oleh
kelompoknya, yang berarti seseorang itu dikendalikan oleh yang lain.’
19
‘Seseorang dapat bangkit dan mencapai ekstase dalam tariannya, kataku.
‘Mengapa begini?’
‘Itu adalah cara untuk menunjukan perssahabatan dan keakraban.’
‘Setelah keadaan ekstase, orang yang berekstase itu bangkit, melipat
tangannya, dan tidak berkata apa-apa,’ kataku.
‘Karena dia tidak berkata apa-apa, maka seluruh badannya menjadi lidah
baginya. Karena keadaan itu tidak dapat diungkapkan dengan ucapan yang dapat
dimengerti, maka dia melukiskan keadannya dengan lidah ekstase. Sebaliknya,
orang yang hanya mengalami suatu perasaan, akan mengetahui apa yang
dikatakannya.’
20
‘Jika sama’ itu telah selesai, mereka minum air, kataku. ‘Apa artinya itu?’
‘Mereka mengatakan bahwa sisa-sisa pai cinta tertinggal di hati, dan tarian
itu membuat perut kosong. Jika mereka tidak mengucurkan air padanya, ia akan
terbakar. Mereka sendiri tidak merasakan lapar. Mereka yang sadar untuk tidak
menghentikan puasa, bukanlah sufi. Ada banyak penunggak keledai yng bangun
seperti para sufi, yang memasuki ladang untuk berlomba-lomba dengan manusia-manusia
sejati, tetapi hanya dengan tebasan pertama para prajurit Jalan Realisasi-lah,
hakikat eksistensimereka batal. Berjuang adalah tugas manusia-manusia sejati;
melambai-lambaikan lengan adalah pekerjaan sufi; tidak semua orang yang
mengenakan baju biru itu sufi, seperti telah dikatakan : Di antara para pemakai baju biru, yang banyak sekali jumlahnya,
sebagian ada yang memiliki ciri-ciri sufi : Yang pertama itu semata-mata badan,
tanpa jiwa; yang terakhir itu badan, hanya tampaknya saja, seluruhnya jiwa.
HIKAYAT : 6 REALITAS
CINTA ATAU PELIPUR LARA BAGI PARA KEKASIH
Bismillahirrahmanirrahim
1
Kami kisahkan kepadamu
sebuah sejarah yang paling indah, dengan mewahyukan Al-Quran ini, yang
sebelumnya kamu termasuk orang yang lalai. (QS. 12:3)
Jika bukan karena kamu, kami
tidak akan mengenal nafsu;
Jika bukan karena nafsu,
kami tidak akan mengenalmu.
Jika tiak ada cinta, dan
tidak ada kesedihan karena cinta,
Siapa yang akan mendengarkan
utaian kata-kata indah yang kamu ucapkan?
Jika tidak ada angin yang menerbangkan
rambut wanita...
Siapa yang akan menunjukan
pada kekasihnya kelembutan pipinya?
BAB 1
2
‘Ketahuilah bahwa benda pertama yang diciptakan Tuhan adalah mutiara yang
cemerlang yang dinamai-Nya “AKAL” (‘Aql).
Benda pertama yang
diciptakan Tuhan adalah akal
Mutiara ini diberinya tiga sifat, yaitu kemampuan untuk mengenal Tuhan,
kemampuan untuk mengenal diri sendiri, dan kemampuan untuk mengetahui apa yang
belum ada dan kemudian ada. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan, muncul Husn,
yang dinamakan KEINDAHAN; dan dari kemampuan untuk mengenal dirinya sendiri,
muncul ‘Isyq, yang dinamakan CINTA. Dari kemampuanuntuk mengetahui apa yang
belum ada kemudian ada, muncullah huzn, yang dinamakan KESEDIHAN. Dari
ketiganya ini, yang timbul dari ssatu sumber dan bersaudara satu sama lain,
Keindahan adalah yang paling dulu memandang dirinya dan mengetahui bahwa dia
benar-benar baik. Suatu cahaya muncul dalam dirinya dan dia tersenyum. Dari
senyum itu bermunculan beribu-ribu kerubim (Kerubim – Cherubim- adalah untuk menunjuk
malaikat yang peringkatnya setingkat di bawah peringkat malaikat tertinggi).
Cinta saudara tengah, begitu denkat dengan keindahan, sehingga dia tidak dapat
melepaskan pandangan darinya dan selalu berada di sampingnya. Jika keindahan
tersenyum, kelumpuhan menimpa Cinta, yang menjadi begitu gelisah sehingga dia
ingin bergerak. Kesedihan, yang paling muda, bergantung kepadanya, dan dari
kebergantungannya inilah langit dan bumi muncul.
BAB 2
3
Ketika Adam diciptakan dari tanah, bergema seruan di seluruh alam raya
bahwa seorang khalifah telah diciptakan dari empat bahan yang berbeda.
Tiba-tiba perancang nasib menempatkan pedoman pengaturan pada loh bumi : muncul
sebuah bentuk yang indah. Keempat Alam, yang berlawanan satu sama lainnya,
ditahan oleh Tujuh Kelana, yang mengepalai golongan tertinggi, dan dimasukan ke
dalam penjara dari enam arah.
Ketika Jamsyid Matahari telah mengelilingi pusatnya empat puluh kali,
ketika ‘empat puluh pagi (hari)’ telah berlalu, pakaian kemanusiaan itu
disampirkan ke pundak mereka, dan yang empat bagian itu menjadi satu.
Berita tentang Adam disiarkan di kerajaan surga, dan rakyat mengatakan pada
raja Keindahan bahwa mereka ingin melihatnya. Keindahan berkata, ‘Aku akan
pergi labih dulu tanpa dikawal. Jika itu menyenangkan aku, maka aku akan
tinggal di sana selama beberapa hari. Kalian boleh mengikutiku ke sana.’
Raja keindahan menaiki kuda kebesaran, dan berangkat menuju lingkungan
eksistensi Adam. Dia mendapati tempat itu sangat menarik dan meneyenangkan. Dia
turun dari kudanya. Dipeluknya Adam sehingga dia sepenuhnya menyelimutinya.
Ketika cinta mengetahui bahwa Keindahan telah pergi, dia merangkul bahu
Kesedihan, dan berangkat pergi untuk mencari Keindahan. Rakyat kerajaan surga
mengetahui hal ini, dan mereka semua segera lari mengejarnya.
Cinta sampai di lingkungan Adam, dan melihat Keindahan mengenakan mahkota
keagungan mutlak, dan duduk di atas tahta eksistensi Adam. Dia ingin mencari
temepat diri sendirinya, tetapi dahinya terantuk dinding kekagetan, dan dia
kehilangan keseimbangan. Kesedihan menangkap tangannya.
Ketika Cinta membuka matanya dan melihat rakyat kerajaan surga berkerumun,
dia berpaling pada mereka. Mereka membungkuk dan mengakui kekuasaannya atas
mereka. Mereka sumua kemudian berangkat menuju kerajaan Keindahan, dan
memerintahkan semua orang untuk mencium tanah dari jauh, sebab mereka tidak
akan mampu menahankedekatan yang lebih rapat dengannya. Ketika mata rakyat
kerajaan surga menatap Keindahan, mereka semua membungkuk dan mencium tanah.
Maka bersujudlah para
malaikat itu semuanya (QS. 15:30).
4
Telah lama sejak Keindahan berkemas dan meninggalkan kota eksistensi Adam
dan kembali ke dunianya sendiri. Dia sedang menanti isyarat dari sebuah tempat
yang pantas baginya untuk menegakkan kekuasaannya. Ketika tiba giliran Yusuf,
Keindahan diberitahu. Dengan segera dia berangkat. Cinta menarik lengan
Kesedihan dan pergi mengejar Keindahan. Ketika mendekat, dai melihat Keindahan
telah begitu menyatu dengan Yusuf, sehingga tidak ada perbedaan lagi di antara
mereka berdua. Cinta memerintahkan kesedihan untuk menarik rantai kerendahan
hati. Dari istana keindahan, sebuah suara berseru, ‘Sapa itu? ‘Cinta menjawab
dengan lidah ekstase :
Abdimu kembali ke hadiratmu
dalam keadaan terluka. Insan yang tak berdaya ini berangkat dengan berjalan
kaki tetapi kembali dengan merangkak.
Keindahan menempatkan tangan
ketidakacuhan di atas dada permohonan. Dengan suara yang menyedihkan Cinta
membaca puisi ini :
Demi kenyataan bahwa aku
tidak memiliki siapa-siapa kecuali engkau, janganlah berlaku kejam.
Aku tak sanggup menahan
kekejamanmu.
Ketika Keindahan mendengar kata-kata ini, dia menjawab dengan penuh
penghinaan :
Wahai cinta, rasa senangku
padamu telah berakhir. Kini aku tidak ingat padamu.
Karena Cinta menjadi putus asa, dia menarik tangan Kesedihan dan berangkat
pergi menuju belantara kegundahan, dengan menggumamkan kata-kata ini :
Semoga tidak ada yang
berhasil menyatu denganmu; semoga tidak ada sesuatu pun di samping jiwaku yang
terbakar duka cita karena mu.
Kini setelah hari yang
kuharapkan tiba, aku berlalu. Semoga tidak ada seorang pun mengalami hari
seperti ini!.
BAB 3
5
Kini setelah Kesedihan terpisah dari Keindahan, dia berkata pada Cinta.
‘Dulu kita selalu bersama-sama mengabdi Keindahan. Kita telah menganggap diri kita
sebagai muridnya, dan dia guru kita. Sekarang setelah kita disingkirkan,
rencananya adalah bahwa kita masing-masing harus pergi kearah yang berbeda dan
melakukan perjalanan dengan penuh kedisiplinan. Marilah kita berdiri tegak
melawan pukulan-pukulan keras keberuntungan, mari kita menarik diri dalam
kepatuhan, dan mari kita bersujud di atas sajadah takdir dan nasib. Semoga,
dengan campur tangan kebaikan tujuh pertapa tua yag menjadi pembimbing dunia
kelahiran dan kerusakan, kita akan dapat kembali mengandi guru kita.’ Lalu
Kesedihan berangkat menuju tanah Kanaan, sedangkan Cinta mengambil jalan ke
Mesir.
BAB 4
6
Perjalanan Kesedihan tidak jauh, dan dalam satu kesempatan dia sampai di
Kanaan. Dia memasuki gerbang kota dan mencari seorang tua untuk melewatkan
beberapa hari bersamanya. Dia diberitahu tentang Ya’qub dari Kanaan, yang
secaraPakan. (nakuja-abad = Negeri Natah berantah; Pakan = yang suci).
Dengan tangan kerendahan hati, Ya’kub menebarkan sajadah kesabaran, dan
duduklah Kesedihan di atasnya. Dia sendiri duduk di sampingnya. Setelah
beberapa hari berlalu, Ya’kub menjadi begitu akrab dengan kesedihan, sehingga
dia tidak dapat berada jauh darinya sekejap pun. Kepada Kesedihan dia
memberikan segala miliknya : pertama-tama dia menyerahkan matanya :
Dan amtanya memutih karena mengidap duka cita. (QS. 12:84).
Dan kemudian dia menamakan selnya Rumah Kesedihan, dan menyerahkan
pengelolaanya kepadanya.
Ketakutan apa yang kumiliki terhadap musuh-musuh itu, jika engkau menjadi
sahabat atau pelipur ku dalam duka cita karena perpisahan?
Katakan apda musuhku agar memakan habis jantungnya, sebab sebagaimana yang
aku inginkan, engkau ada dalam pelukanku.
BAB 5
7
Sementara itu, Cinta yang putus asa berangkat ke Mesir, memakan waktu dua
kali lipat, sampai dia tiba di kota itu, dan memasuki pasar yang tertutup oleh
debu jalanan.
Cinta muncul di pasar zaman
itu. Gumaman akan keelokan keindahan itu menggema,
Kini apa alasannya cinta
berjalan masuk dengan pongahnya? Apakah kesabaran itu kini, ketika sang kekasih
muncul!?
Setelah bertahun-tahun
hilang, muncul nama hatiku dari lubang seikat rambut yang berbau wangi kesturi.
Muncul kegegeran besar di negeri Mesir. Rakyat terperangkap kekacauan.
Cinta, bagaikan seorang darwisy kelana, dengan wajah tanpa selubung, melintasi
setiap tempat terkemuka dan memandang setiap pemuda rupawan serta mencari
kekasihnya di setiap ssudut. Tak seorangpun cocok dengannya. Dia menanyakan
arah jalan menuju rumah si Kapten, dan kepalanya terantuk di kamar Zulaikha.
Keteika melihat ini, wanita itu bangkit, berpaling pada Cinta dan berkata,
‘Semoga seratus ribu jiwa yang mulia dikorbankan untuk Anda! Dari mana Andda
datang? Ke mana Anda akan pergi? Siapa
nama Anda?
Cinta menjawab, ‘Aku berasal dari Rumah Suci, dari wilayah Ruh-abad dari
jalan Husn. (Ruh-abad =negeri jiwa; Husn = keindahan). Rumahku berada di
sebelah rumah Kesedihan. Pekerjaanku adalah berkelana. Aku seorang pengemis
yang menarik diri (dari dunia). Setiap saat aku pergi ke arah yang berbeda.
Setiap hari aku berada di tempat yang berlainan. Setiap malam aku tidur di
penginapan yang tidak sama. Jika aku berada di antara bangsa Arab, mereka
memanggilku Isyq; di kalangan bangsa Persia, aku dikenal sebagai Mehr. Di surga
aku dinamakan si Penggerak; di ataas bumi aku dikenal sebagai si Pengatur Keseimbangan. Meskipun umurku
sudah banyak, aku masih muda. Meskipun aku tidak memiliki apa-apa, aku berasal
dari keluarga terhormat. Kisahku panjang!.
Ceritaku panjang dan kamu akan jemu mendengarkannya.
‘Kami tiga bersaudara, dibesarkan di tengah kemewahan, dan tidak pernah
mengenal keburukan. Jika aku caeritakan padamu tentang daerah ku, dan aku
gambarkan tentang keajaiban-keajaiban yang ada di sana, kamu tidak akan
mengerti atau memahaminya. Bagaimanapun juga, itu adalah daerah yang terakhir di
antara daerah-daerah kami. Seseorang yang tahu jalnnya, akan dapat mencapinya
melalui sembilan tahap dari duniamu. Aku akan menceritakan tentang daerah itu
dengan cara sedemikian rupa sehingga kamu dapat memahaminya.
BAB 6
Cerita Cinta
8
Ketahuilah bahwa di atas paviliun sembilan lantai ini ada sebuah kubah yang
dinamakan Kota Jiwa. Ia mempunyai benteng yang sangat kuat, dan parit yang
sangat besar. Di gerbang kota itu ditempatkan seorang pria tua yang msih muda
bernama Jawed Khirad (kearifan abadi). Dia terus menerus berkeliling dengan
cara sebegitu rupa sehingga dia tidak pernah berpindah dari tempatnya. Dia
adalah seorang penjaga yang baik. Dia tahu caranya membaca Kitab Ilahi, dan
sangat fasih, tetapi dia bisu. Melihat umurnya, dia sudah tua, tetapi dia tidak
pernah melihat berlalunya waktu. Dia sangat, sangat tua, tetapi sama sekali
tidak jompo.
Barangsiapa mau mencapai kota itu, harus memotong enam tali dari empat
gapura (arch), membuat pakain kuda dari cinta, menempatkan pelana pengalaman
intuitif di atas punggung kuda kerinduan, mengecat matanya dengan cat kesadaran
dan dengan kuas kelaparan, membawa
pedang pengetahuan di tangan, dan mencari jalan menuju mikrokosmos. Biarkan dia
datang dari arah utara dan mencari daerah yang berpenghuni. Jika telah sampai
di kota itu, dia akan melihat sebuah paviliun tiga lantai.
9
Tingkat pertama berisi dua kamar. Di dalam kamar yang pertama ada sebuah
dipan yan ditempatkan di atas air, dan di atasnya berbaringlah seseorang yang
sifatnya cenderung pada kelembaban. Dia sangat pandai, tetapi cirinya yang
menonjol adalah alpa. Dia dapat memecahkan setiap persoalan dalam sekejap mata,
tetapi dia tidak pernah ingat sesuatu pun.
Di sampingnya,di dalam kamar kedua, ada sebuah dipan yang ditempatkan di
atas api, yang diatasnya berbaring seseorang yang sifatnya cenderung pada
kekeringan. Dia sangat gesit dan cekatan, tetapi jorok. Dia membutuhkan waktu
lama untuk menemukan kiasan-kaisan, tetapi begitu memahaminya dia tidak akan
pernah melupakannya. Jika (si pencari) melihatnya, dia akan memulia berbicara
dengan lembut dan berusaha merayunya dengan berbagai hal. Setiap saat dia akan
menampakkan dirinya dalam samaran yang berbeda. Hendaklah (si pencari) tidak
memperhatikannya dan menjauh, dan memerintahkan pada kudanya untuk pergi ke
lantai kedua.
10
Di sana pun dia akan melihat dua kamar. Di dalam kamar yang pertama ada
sebuah dipan udara yang di atasnya terbaring seseorang yang sifatnya cenderung
pada kedinginan. Dia senang berbohong, membingungkan, berbicara pada yang tidak-tidak,
mencegat dan membunuh. Dia selalu memberikan penilaian-penilaian tentang
hal-hal yang tidak diketahuinya sama sekali.
Di sampingnya, di dalam kamar yang kedua, ada sebuah dipan uap air, yang di
atasnya terbaring seseorang yang sifatnya cenderung pada kepanasan. Dia telah
banyak melihat kebaikan dan kejahatan. Kadang-kadang dia tampak seperti
malaikat, dan kadang-kadang seperti setan. Hal-hal yang aneh dapat ditemukan
dalam kehadirannya. Dia menguasai ilmu sihir, dan telah mempelajari ilmu sulap.
Jika dia melihat (si pencari), dia akan mulai bersikap menjilat terhadapnya.
Dia akan menangkap tali-tali kekang, dan berusaha menghancurkannya, tetapi
biarkan dia mengacungkan pedang di hadapan mereka dan mengancam mereka sampai
mereka lari.
11
Ketika sampai di lantai ke tiga, dia akan melihat sebuah kamar yang
menyenangkan, di dalamnya terdapat sebuah dipan dari tanah murni, yang di
atasnya berbaring seseorang yang sifatnya cenderung pada keseimbangan di
sekelilingnya, dan dia tidak pernah menghianati kepercayaan setiap orang
kepadanya. Keuntungan apa pun yang dihasilkan dari barang-barang ini,
dipercayakan padanya, sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Ketika (si pencari)
meninggalkan tempat itu, dia akan berhadapan dengan lima pintu gerbang.
12
Pintu gerbang pertama mempunyai dua pintu untuk keluar masuk, yang di dalam
masing-masing terdapat sebuah tahta bujur yang berbentuk seperti buah badam
dengan dua gorden, yang satu hitam dan yang satu lagi putih, tergantung di
depannya. Ada banyak tali yang diikatkan pada gerbang itu. Di atas
masing-masing tahta itu duduk seseorang yang bertugas sebagai penjaga. Dia
dapat melihat apa yang terjadi dalam beberapa tahun yang lalu atau yang akan
datang, dan biasanya sedang melakukan perjalanan. Dengan bergerak dari tempatnya,
dalam sekejap mata dia dapat sampai ke tempat manapun yang ingin dikunjunginya,
tidak soal seberapa jauh pun jaraknya. Jika (si pencari) datang, hendaklah dia
memerintahkannya untuk tidak membiarkan seorang pun masuk melalui pintu gerbang
itu, dan jika ada celah muncul di mana pun juga, dia hendaknya diberitahu
dengan segera.
13
Melangkah ke pinu gerbang kedua, dia akan menemukan dua pintu untuk keluar
masuk, yang dibalik masing-masing pintu itu ada sebuah lorong yang panjang,
berliku-lku, dan ditutup dengan mantra-mantra. Di ujung setiap lorong itu ada
sebuah tahta yang bulat, dan di atas kedua tahta itu duduk seorang penguasa
berita informasi. Dia mempunyai kurir-kurir yang terus menerus bepergian untuk
menangkap setiap bunyi yang muncul yang kemudian menyampaikannya pada
penguasanya itu, yang dapat memahaminya. Hendaknya (sipencari) memerintahkannya
untuk mengembalikan segala sesuatu yang didengarnya dan tidak membiarkan
dirinya dipengaruhi setiap suara atau disesatkan setiap bunyi.
14
Dari situ dia akan sampai ke pintu gerbang ketiga. Di sini pun terdapat dua
pintu untuk keluar masuk. Dari setiap pintu itu dia akan melewati sebuah lorong
panjag sampai dia tiba di sebuah kamar dimana terdapat dua tempat duduk, yang
masing-masing diduduki seseorang. Dia mempunyai seorang pelayan bernama Udara,
yang pergi ke sekeliling dunia setiap hari dan membawa sepotong dari setiap
kebaikan dan keburukan yang dilihatnya. Semua ini diambilnya, lalu disebarkan.
Hendaklah (si pencari) melarangnya terlibat dalam banyak perdagangan dan
melarangnya berhubungan dengan orang-orang yang tidak berguna.
15
Dari sana dia akan sampai ke pintu gerbang ke empat. Yang ini lebih lebar
dibanding tiga yang lainnya. Di dalamnya ada sebuah mata air yang indah yang
dikelilingi sebidang tembok dari mutiara. Di tengah mata air itu ada sbuah
dipan yang bergerak, dan di atasnya duduk seseorang yang dinamakan si Pencicip.
Dia membedakan empat hal yang berbeda, yang dapat dibagi-bagi dan
digolong-golongkan. Siang dan malam disibukkan oleh pekerjaan itu. Hendaklah
(si pencari) memerintahkannya untuk meneruskan pekerjaannya hanya seperlunya
saja.
16
Lalu dia akan sampai pada pintu gerbang kelima, yang mengelilingi kota.
Segala sesuatu yang ada di dalam kota itu berada dalam lingkup pintu gerbang
ini, yang di seputarnya selembar permadani dditebarkan, dan di atas permadani
itu dipenuhi oleh tubuhnya. Dia menguasai delapan hal yang berlainan, dan
membeda-bedakan di antara yang delapan itu. Tak sekejap pun dia mengabaikan
pekerjaannya. Dia dinamakan Si Pembeda. Hendaklah (si pencari) memerintahkan
agar permadani itu digulung dan pintu gerbang ditutup.
17
Setelah melewati kelima pintu gerbang itu, dia akan tiba di kota. Hendaklah
dia menuju ke hutan kota. Setelah tiba di sana, dia akan melihat api yang menyala
dan seseorang duduk memasak sesuatu di atas api itu. Satu orang sedang
mengipasi apinnya, sementara yang lain menunggu dengan harap-harap cemas pada
saat makanan dimasak. Orang yang lain memisahkan bagian yang lebih sedikit yang
masih mendidih yang merupakan sisa-sisa di dasar panci, dan membagikannya
kepada seluruh penduduk kota. Bagian yang lebih sedikit diberikannya kepada
orang yang lembut, dan yang lebih banyak kepada orang-orang yang kasar. Orang
lain yang sangat tinggi berdiri di dekat situ dan menarik telinga mereka yang
telah selesai makan, dan mengangkatnya. Seekor singa dan seekor babi menunggu
di dalam hutan : yang pertama setiap siang dan malam sibuk membunuh dan
mencabik-cabik, sementara yang terakhir sibuk mencuri, makan dan minum. Hendaklah
(si pencari) melepaskan tali laso dari pelananya dan menjeratkannya ke leher
mereka, mengikat keduanya erat-erat, dan melemparkan mereka di tempat itu.
Hendaklah ia memasangkan kendali pada kudanya dan berteriak padanya, dan dengan
satu lompatan ia akan dapat melompati sembilan penghalang dan berdiri di depan
pintu gerbang Kota Jiwa. Dengan segera orang tua itu akan menyapanya,
memeluknya dan mengajaknya berjalan. Di situ ada sebuah mata air yang dinamakan
Air Kehidupan, dan dia akan diperintah untuk mandi di dalamnya. Setelah
mendapatkan imortalitas, dia akan diajari Kitab Ilahi.
18
Di atas kota ini ada beberapa kota lain. Dia akan ditunjukan jalannya ke
setiap kota itu, dan diberitahu bagaimana mengenalinya. Jika aku ceritakan
padamu tentang kota-kota itu, kamu tidak akan dapat memahaminya. Dalam
ketidakpercayaanmu terhadapku, kamu akan tenggelam ke dalam lautan ketakjubkan.
Cukuplah sedikit cerita ini saja untukmu, sebab jika kamu bisa memahami apa
yang telah aku katakan, hal itu sudah cukup bagimu untuk sampai di sana dengan
selamat.
BAB . 7
19
Ketika Cinta telah selesai dengan ceritanya, Zulaikha bertanya mengapa dia
datang ke negeri ini.
‘Kami tiga bersaudara.’ Katanya. ‘Yang tertua dinamakan Keindahan, dan
dialah yang membesarkan kami. Yang termuda yang bernama Kesedihan, dan dia
hampir sepenuhnya ku layani. Kami bertiga sebelumnya bahagia. Tiba-tiba sebuah
suara berseru di alam kami bahwa di atas bumi ada seseorng yang akan membawa
kami menuju eksisntensi, sesuatu yang sangat mencengangkan, baik di surga
maupun di dunia, baikm secara jasmaniah maupun ruhaniah. Bukan hanya sisi yang
lain itu diberikan padanya, melainkan sebagian dari alam kami juga. Semua orang
yang tinggal di lingkungan kami ingin melihatnya. Mereka semua datang padaku
untuk meminta nasihatku. Aku menjelaskan keadaan ini pada Keindahan, yang
menjadi pemimpin kami. Dia berkata, ‘Kalian harus bersabar sampai aku pergi dan
melihatnya. Jika itu menyenangkanku, aku akan memanggilmu.’ Kami semua berkata
baha kami akan patuh.
20
Keindahan tiba di kota Adam dalam sekejap. Dia mendapati tempat itu
menyenangkan, lalu tinggal di sana. Kami mengikutinya. Ketika kami mendekat,
kami tidak mampu menyatu dengannya, maka kami semua kehilangan pijakan, dan
masing-masing jatuh ke sebuah sudut. (Maka demikianlah kami) sampai sekarang,
ketika giliran Yusuf tiba dan ketika suatu tanda Keindahan kami dapati dalam
diri Yusuf. Aku dan adikku, yang bernama Kesedihan, berangkat menuju ke arah
itu. Ketika kami tiba, Keindahan telah menjadi lebih besar daripada yang kami
kenal sebelumnya. Dia tidak membenarkan kami mendekat, dan semakin keras kami
meratap, semakin keras pula dia menolak kami.
Teruslah demikian, sebab
kekejaman menjadi dirimu. Taruslah membunuh, sebab kesalahan menjadi dirimu.
Kamu kini jauh lebih baik
dibanding dahulu : tidak menemui kami tidak akan mengganggumu.
Teruslah berjuang dengan air
mata dan keluhan putus asa, sebab air dan udara seperti itu tidak akan
mengganggummu.
21
Ketika kami menydari bahwa dia tidak memperdulikan kami lagi, kami masing-masing
berangkat ke arah yang berbeda. Kesedihan pergi menuju Kanaan, dan aku
mengambil jalan ke Mesir.
Setelah Zulaikha mendengar kata-kata itu, dia membuat sebuah rumah untuk
Cinta, dan lebih menghormatinya ketimbang menghormati hidupnya sendiri, sampai
tiba saatnya ketika Yusuf muncul di Mesir. Rakyat Mesir menjadi lumpuh, dan
berita ini ke telinga Zulaikha. Dia menceritakan hal ini pada Cinta. Dia
menarik kerah bajunya, dan pergilah mereka menemui Yusuf. Ketika Zulakha
memandangnya, dia ingin maju ke depan, tetapi kaki hatinya terantuk batu
ketakjuban, dan dia jatuh dari lingkaran kesabaran. Dia mengembangkan tangan
kesalahan dan melepas slubung kesucian dari dirinya, dan dalam sekejap mata
berubah murung. Rakyat Mesir menyerbu bajunya; dan dia, di samping dirinya
sendiri, mengutip baris-baris ini :
Sesuatu yang melukai
seseorang, sehingga dia membocorkan (semua) rahasia, bukanlah seperti apa yang
menjadi tujuan kerjaku; ia tiak dapat disembunyikan.
Mereka menyatakan bahwa aku
mencintaimu, tetapi hasratku yang amat besar melebihi apa yang mereka nyatakan.
BAB . 8
22
Ketika Yusuf menjadi maharaj di Mesir, beritanya sampai ke Kanaan. Ya’qub
dicekam kerinduan. Ini dikatakannya pada Kesedihan, yang beranggapan bahwa
sebaiknya Ya’qub membawa putra-putranya pergi ke Mesir. Ya’qub mewakili
Kesedihan dan berangkat ke Mesir bersama putra-putranya. Ketika sampai di
Mesir, dai masuk melalui pintu gerbang istana maharaja. Tiba-tia dia melihat
Yusuf duduk bersama Zulaikha di atas singgasana kerajaan. Dia memberi tanda
pada Kesedihan. Keetika Kesedihan melihat Cinta, dia berlutut sebagai tanda
pengabdian kepada Keindahan, dan menempatkan wajahnya di atas tanah. Ya’qub dan
putra-putranya menempatkan wajah mereka di atas tanah. Yusuf berpaling pada
Ya’qub dan berkata, ‘Ayah, inilah tasir impianku yang aku ceritakan kepadamu :
Aku melihat dalam mimpiku
sebelas bintang, Matahari dan bulan; aku lihat mereka bersujud padaku’
(QS.12:4).
BAB . 9
23
Ketahuilah bahwa dari semua nama Keindahan, yang satu adalah Jamal (keindahan),
dan ssatunya lagi Kamal (kesempurnaan). Ini diceritakan dalam hadis Nabi :
Tuhan itu Indah dan mencintai keindahan.
Segala sesuatu yang ada, baik jasmaniah amupun ruhaniah, mencari
kesempurnaan. Kamu tidak akan pernah melihat seseorang yang tidak cenderung
kepada keindahan. Dengan demikian, setiap orang adalah pencari keindahan, dan
berusaha mendapatkannya.
Tetapi, sulit mendapatkan Keindahan, yang merupakan sasaran keinginan semua
orang, sebab persatuan dengannya hanya mungkin melalui perantaraan Cinta. Dan
dia tidak membiarkan seorang pun untuk mendekatinya sendiri. Dia tidak tinggal
di sembarang tempat, dan tidak menunjukan wajahnya pada sembarang mata. Jika
secara kebetulan menemukan seseorang yang pantas memperoleh kebahagiaan itu,
dia mengirim Kesedihan si penjaga pintu gerbang untuk membersihkan rumahnya,
dan dia tidak mengizinkan seorang pun memasuki rumah itu.
Pada saat kedatangan Sulaiman Cinta
muncul seruan : Hai semut-semut! Masuklah ke sarangnmu supaya tidak terinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, tanpa disadari mereka (QS.27:18) Maksudnya,
hendaklah masing-masing “semut” dari indera eksternal dan internal berlindung
di dalam rumah masing-masing supaya terhindar dari bahaya yang ditimbulkan oleh
pasukan Cinta, agar kekacauan tidak dapat memasuki otak.
Maka cinta harus mengelilingi rumah itu, dan memeriksa segala sesuatunya
sebelum masuk ke dalam ruangan hati, yang sebagiannyadihancurkannya, dan
sebagian yang lain dibuatnya berkembang dengan jalan menetapkan kembali aturan
pokoknya. Diperlukan beberap hari untuk melakukan hal ini. Kemudian dia
berjalan menuju gerbang Keindahan.
Jika sudah diketahui bahwa Cintalah yang menyebabkan si pencari mendapatkan
apa yang dicarinya, dia harus berusaha mempersiapkan dirinya untuk mengenal
Cinta, untuk mengetahui tahap-tahap dan jenjang-jenjang para akekasih,
menyerahkan dirinya kepada Cinta, dan setelah itu melihat keajaiban-keajaiban.
Buanglah duka lara kehampaan
dari kepalamu.
Kurangilah kebanggaanmu dan
tambahlah kebutuhanmu.
Tuanmu adalah Cinta : Jika
kamu telah mendapatkannya, dia sendiri akan mengatakan padamu bagaimana
bertindak dengan lebih ekstase.
BAB . 10
24
Jika kasih sayang telah mencapai batasnya, maka ia dinamakan Cinta.
Cinta adalah kasih sayang
yang melimpah.
Cinta juga lebih istimewa dibanding kasih sayang, sebab setiap cinta sma
dengan kasih sayang, tetapi tidak semua kasih sayang sama dengan cinta. Kasih
sayang itu lebih istimewa dibanding pengetahuan kognitif, sebab semua kasih
sayang sama dengan pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah kasih
sayang. Dari pengetahuan, lahir dua hal yang bertentangan, yaiu kasih sayang
dan ketidak senangan, sebab kasih sayang berarti keinginan untuk bersama dengan
sesuatu yang sesuai dena cocok, baik jasmaniah maupun ruhaniah, yang dinamakan Kebaikan
murni dan Kesempurnaan Mutlak. Jiwa manusia beusaha dan ingin mendapatkan
kesempurnaan. Sebaliknya, ia tidak ingin bersama sesuatu yang tidak cocok atau
berharga, entah itu secara jasmaniah maupun ruhaniah, yang dinamakan Kejahatan
Murni dan Kekurangan Mutlak. Jiwa manusia selalu menjauhi ini, dan dengan
demikian menimbulkan suatu penolakan alamiah. Kasih sayang berasal dari situasi
pertama, dan ketidaksenangan dari yang kedua.
Oleh karena itu, pertama-tama adalah jenjang pengetahuan, kedua jenjang
kasih sayang, dan ketiga jenjang cinta. Kita tidak dapat mencapai dunia cinta,
yang berada di atas semua yang lain,
tanpa membuat tangga pengetahuan dan kasih sayang, yang merupakan makna jalinan
kata-kata ‘dua langkah dan kamu sampai di sana.’ Begitulah pula, dunia cinta
adalah ujung dari dunia pengetahuan dan kasih sayang : orang yang tiba di sana,
telah mencapai batasan sebagai alim yang teguh dan filosof yang saleh. Karena
itu dikatakan :
Cinta ada bukan untuk satu
makhluk pun : keadaan sebagai seorang kekasih timbul tak lain adalah untuk
mereka yang telah sampai di sana.
BAB . 11
25
Kata ‘isyq (cinta) berasal dari ‘asyiqa semacam tanaman anggur yang tumbuh
di dasar pepohonan. Pertama-tama ia menjaga akar-akarnya di tanah, lelu ia
merambat dan bergantung pada pohon itu. Ia terus tumbuh sampai dapat mengambil
alih seluruh pohon itu dan mengisapnya hingga tidak tersisa lagi kadar air pada
urat-urat pohon itu. Semua makanan yang mencapai pohon itu meelalui air dan
udara diserapnya hingga pohon itu layu.
Begitu pula di dunia manusia, yang merupakan mikrokosmos dari penciptaan,
ada sebatang pohon yang berdiri tegak dan dihubungkan dengan benih yang ada
dalam hati, yang tumbuh di tanah kerajaan surga. Segala sesuatu yang ada di
sana mempunyai jiwa, sebagaimana dikatakan:
Segala sesuatu yang berada
di tempat itu berdiri di atas bebatuan dan tanah jiwa.
26
Benih-benih adalah benih yang ditanam tukan kebun Pra- dan Pasca-Kekekalan
dari gudang ‘ruh-ruh yang dibariskan berjajar-jajar’ di dalam taman kerajaan
surganya “Jiwa yang menjadi urusan Tuhan” (QS.17:85) Dia melukiskannya sendiri.
Hati manusia itu berada di
antara dua jari Yang Maha Pengasih. Dia membalik-balikan mereka sekehendak-Nya.
Ketika air pengetahuan “segala sesuatu hidup melalui air” (QS.21:30),
bersama dengan angin “hembusan nafas Tuhan pada hari-hari sepanjang masa
hidupnya” yang berasal dari kebahagiaan tangan kanan Tuhan, mencapai benih hati
ini, beratus-ratus ribu cabang ruh menyebar darinya. Kesegaran dan kehijauan
itu terkandung dalam kata-kata, ‘aku merasakan nafas yang Yang Maha Pengasih
dari arah Yaman.’ Karena itu, benih hati, yang dinamakan “kalimat yang baik”
merupakan cerminan pohon ini di dunia kelahiran dan kerusakan, yang disebut
“bayangan” dan “badan” serta pohon yang berdiri tegak.’ Ketika pohon yang baik
ini mulai tumbuh tinggi dan dan mencapai kesempurnaan, cintaa megintip dari
sebuah sudut dan berglung mengelilingi hingga ia mencapai titik di mana tidak
ada tersisa lagi kelembaban manusia. Semakin ketat cinta membelit pohon ini,
cerminan itu yaitu pohon yang berdiri tegak, semakin lemah dan pucat, hingga
serta merta kaitan itu pun putus. Maka pohon itu menjadi jiwa yang mutlak dan
pantas mengambil tempatnya di taman Ilahi.
Masuklah dalam kalangan para hamba-Ku; dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS.
89:30f.)
Karena kepantasan ini akan diperoleh melalui cinta, maka itu berarti bahwa
cinta merupakan hasil kessalehan, karena ia menyebabkan seseorang mencapai
tingkat di mana :
Kepada Dia-lah menjulang setiap ucapan yang baik, sedang setiap perbuatan
kebajikan menunjangnya. (QS 35 : 10).
Kesalehan berarti kemampuan menerima tahap ini. Jika dikatakan bahwa si Anu
seorang yang “Saleh”, yang dimaksud adalah bahwa dia bisa menerima. Kemudian,
meskipun harus mengorbankan jiwa demi dunia kekekalan, cinta akan membawa badan
kembali ke dunia fana, sebab di dunia kelahiran dan kerusakan ini tidak ada
sesuatu pun yang dapat menahan beban cinta. Seorang guru besar pernah berkata
mengenai masalah ini :
Semoga musuh yang nafsunya
telah menyatu denganmu tidak akan memperoleh kesenangan barang sekejap pun.
Tidak, tidak, aku tidak
mengutuknya dengan ini : bahkan jika musuh itu terbuat dari besi, cinta bagimu
sudah cukup (untuk membinasakannya).
BAB. 11
27
Cinta adalah budak rumah tangga yang dibesarkan di kota kekekalan, dan
kepadanya sang Sultan dunia Pra-Kekekalan dan Pasca-Kekekalan telah memberikan
kedudukan sebagai Penguasa Kedua Dunia. Penguasa ini merondai arah yang berbeda
setiap saat, dan mengawasi daerah yang berbeda setiap waktu. Dalam aturan
kekuasaannya dituliskan bahwa setiap kota yang didatangi harus diberitahu
(tentang kehadirannya) dan seekor sapi dikorbankan untuknya.
Tuhan memerintahkan padamu untuk mengorbankan seekor sapi (QS. 2:67)
Kecuali sapi jiwa itu dibunuh. Dia tidak akan menginjakkan kakinya di kota
itu. Tubuh manusia adalah seperti sebuah kota : anggota-anggota tubuhnya adalah
jalan-jalannya, dan urat-uratnya adalah saluran-saluran airnya yang mengalir
melalui jalan-jalan itu; indera-inderanya adalah para pekerjanya, yang masing-masing
sibuk dengan pekerjaan yang berbeda-beda.
28
Jiwa Jasmaniah adalah seekor spi yang menimbulkan kekacauan di dalam kota.
Ia mempunyai dua tanduk, yang satu adalah ketamakan, dan satunya lagi nafsu. Ia
mempunyai warna yng bagus, kuning cerah dan menarik. Barangsiapa melihatnya,
akan merasa puas.
Sapi itu berwarna kuning tua, dan sedap dipandang mata. (QS. 2:69).
Ia belum terlalu tua, sehingga, sesuai dengan peribahasa ‘rahmat bersama
kakak-kakakmu.’ Ia bisa diminta rahmat, dan juga tidak terlalu muda sehingga,
sejalan dengan pepatah ‘kemudaan adalah cabang kegilaan,’ pena tanggung jawab
dapat dijauhkan darinya. Ia tidak merindukan surga, dan tidak takut neraka.
Sapi betina itu tidak tua dan tidak pula terlalu muda, tetapi pertengahan
(QS. 2:68).
Tidak berpengetahuan, tidak mau belajar, bukan realitas, bukan pula
kepastian: bagaimana seorang darwisy-kafir, tidak mempedulikan dunia ini maupun
agama.
Ia tidak membajak tanah badan dengan mata bajak disiplin asketik, sehingga
ia dapat bersiap-siap menerima benih tugas-tugas untuk ditaburkan, dan ia tidak
menimba air pengetahuan dengan ember perenungan dari sumur deduksi sehingga ia
dapat mencapai yang tidak diketahui melalui yang diketahuinya. Ia terus menerus
berkelana di ladang ketidak teraturan dengan tali kekang yang putus.
Sapi betina itu adalah sapi yang belum pernah dipekerjakan untuk membajak
tanah dan mengairi tanaman, mulus tidak ada cacatnya dan tidak ada belangnya
(QS. 2:71).
Tidak semua sapi patutu untuk pengorbanan ini ; tidak di semua kota sapi
seperti itu dapat ditemukan; tidak semua orang berani mengorbankan ssapi ini;
keberhasilan ini tidak setiap saat diberikan.
Dierlukan waktu
bertahun-tahun bagi sebuah batu biasa untuk diubah oleh matahari menjadi batu
mirah di Badakhsyan atau batu carnelia di Yaman. (Badakhsyan dalam peribahasa
adalah sumber batu mirah, sedangkan Yaman sumber batu karnelia. Permata
dianggap sebagi hasil pengaruh Sinar Matahari pada bebatuan biasa, yang
dieramkan (diinkubasikan) di dalam gunung.)
HIKAYAT : 7 BAHASA
SEMUT
Bismillahirrahmanirrahim
Ya Allah tambahilah pengetahuanku (QS. 20:114).
1
Puji syukur hanya untuk Sang Pemula, sebab sesungguhnya dengan jalan
menyaksikan eksistensi segala yang ada itu pantas diakui sebagai hal-hal yang
eksistensi. Dan shalawat tertuju pada Pimpinan Umat Manusia Muhammad saw. Yang
Terpilih, semoga Allah memberinya kedamaian, juga pada keluarganya dan arwah
mereka.
2
Salah seorang sahabtku yang sangat menyayangi aku yang hina ini telah
memintaku untuk menulis beberapa patah kata mengenai rahasia tarikat dengan
syarat dia mau menjauhkannya dari orang-orang yang tidak ikut mengetahuinya,
atas perkenan Allah. Aku menamakannya “Bahasa Semut”. Dan keberhasilan hanya
datang dari Allah.
BAB . 1
Semut-semut dan Embun
3
Beberapa semut, yang siap bekerja, bergegas-gegas dari kedalaman yang gelap
tempat persembunyian mereka, berangkat ke ladang untuk mencari makanan mereka.
Kebetulan beberapa tangkai tanaman tertangkap pandangan mereka; dan karena
masih sangat pagi, tetes-tetes embun tampak menutupi permukaan tangkai-tangkai
itu. ‘Apakah itu? Tanya salah seekor semut. Yang satu berkata bahwa tetes-tetes
itu berasal dari bumi; yang lain berkata tetes-tetes itu berasal dari laut. Dab
mereka pun mulai bertikai mengenai masalah itu.
Pemimpin mereka berkata, ‘Bersabarlah sebentar, kita lihat dulu ke arah
mana ia condong, karena segala sesuatu akan ditarik ke arah asal mulanya, yaitu
bahwa segala sesuatu akan selalu merindukan tempat asal mulanya. Segala sesuatu
akan tertarik ke akarnya sendiri. Tidakkah kalian lihat bahwa meskipun
segenggam tanah dapat dilemparkan ke udara, tetapi karena asalnya lebih rendah
dan pernyataan bahwa segala sesuatu kembali pada asal-mulanya itu mempunyai
dasar yang kuat, pada akhirnya tanah itu akan jatuh? Asal-mula segala sesuatu
yang kembali ke kegelapan murni adalah kegelapan itu sendiri. Dalam kaitannya
dengan Cahaya Ilahi, masalahnya bukan lebih jelas lagi bagi esensi yang mulia.
Tuhan melarang persangkaan akann penyatuan (substansial), tetapi apapun yang
mencari cahaya, berasal dari caha pula.
4
Semut-semut itupun sibuk ketika matahari mulai menghangat dan embun mulai
menghilang dari tangkai tanaman, dan mereka menyadari bahwa ia bukan berasal
dari tanah. Karena ia berasal dari udara, maka ia pun kembali ke udara.
Cahaya demi cahaya
berlapis-lapis
(QS.24:35).
BAB . 2
Kura-kura menilai
seekor burung
5
Beberapa kura-kura mempunyai sarang di pantai. Suatu kali, ketika sedang
menikmati pemandangan laut, mereka melihat seekor burung yang berwana-warni
sedang bermain di atas air sebagaimana yang sering dilakukan burung-burung.
Kadang-kadang ia menyelam ke bawah air, dan kadang-kadang terbang naik lagi.
‘Apakah bentuk yang indah ini hewan air atau hewan udara? Tanya salah
seekor kura-kura.
‘Kalau bukan hewan air, apa yang dilakukan di dalam air? Jawab kura-kura
yang lain.
‘Jika ia hewan air,’ kata yang ketiga, ‘maka ia tidak dapat hidup tanpa
air.’
Pada saat itu seorang hakimm yang jujur berkata, ‘Perhatikan dan
pikirkanlah keadaannya dengan saksama. Jika ia bisa hidup tanpa air, berarti ia
bukan hewan air atau tergantung pada air. Buktinya di sini adalah ikan, yang,
jika dipisahkan dari air, tidak dapat hidup.’
Tiba-tiba timbul hembusan angin yang kuat dan menggoyang air. Burung itu
terbang tinggi ke udara. Kepada sang hakim kura-kura itu berkata, ‘Penjelasan
Anda telah terbukti, dan telah menyelesaikan masalah kami,’
Hakim itu mengutip kata-kata Abu Thalib akki, ketika menulis mengenai Nabi
kita dalam bab tentang ekstase dan rasa takut :
Ketika Dida memberika
pakaian padanya, Dia menyebabkan tatanan akal terlepas darinya dan juga
menjauhkannya dari eksistensi ruang dan waktu.
Mkasudnya, dia mengatakan bahwa dalam keadaan ekstase, batasan ruang dan
waktu dilepaskan dari Nabi. Dan Makki mengatakan lebih jauh mengenai Hasan ibn
Shaaleh dalam tulisannya mengenai cinta dalam tahap persahabatan. Makki
mengatakan bahwa ‘bayangan itu muncul di hadapannya, ruag dan waktu “digulung”
baginya,’ Para guru yang pandai telah menganggap nasu, waktu, tempat serta
badan, sebagai benda-benda yang menghalangi akal, Husayn ibn Manshur berkata
mengenai Nabi bahwa ‘beliau menutup matanya terhadap “dimana.” Dia juga
mengatakan, ‘Sufi itu ada di luar segala eksistensi dan di atas semua dunia.’
Semuanya setuju bahwa, sampai selubung itu dibuka, pengamatan yang benar tidak
dapat dilakukan, dan ‘esensi’ (dzat) yang dapat diamati ini adalah ciptaan dan
bersifat temporal.
Semmua kura-kura itu berseru, ‘Bagaimana mungkin suatu esensi yang terikat
ruang bisa keluar dari ruang? Bagaimana mungkin ia ditarik dari segala arah?”
‘Karena alasan inilah maka aku menceritakan kisah ini secara panjang
lebar,’ kata hakim itu.
‘Kami mengusirmu keluar!’ seru para kura-kura itu. ‘Kamu diusir!’ Dan
mereka pun menendang pasir hingga menegenai matanya, lalu kembali ke sarang
mereka.
BAB. 3
Sulaiman dan Burung
Bul-bul
6
Semua burung hadir di istana Sulaiman, kecuali burung bul-bul. Sulaiman
menunjuk salah seekor burung itu untuk membawa pesan, ‘Penting bagimu dan aku
untuk bertemu satu sama lain.’
Ketika pesan Sulaiman telah disampaikan, burung bul-bul itu tidak juga
meninggalkan sarangnya. Berpaling pada kawan-kawannya, ia berkata, ‘Itulah
perintah Sulaiman, dan dia tidak bohong. Dia telah menjanjikan suatu pertemuan,
tetapi tidak mungkin akan terjadi pertemuan jika dia berada di luarsarang
sedangkan kita di dalam; dan dia tidak mungkin cocok berada di dalam sarang
kita. Tidak ada pilihan lain.’
Saat itu datang seorang tua di tengah-tengah mereka yang berseru, ‘Jika
janji yang terucap dalam kata-kata ‘Suatu hari mereka bertemu dengan-Nya” (QS.
9:77) itu benar, dan jika makna kata-kata “Mereka semua tanpa kecuali akan
dikumpulkan di hadapan kami.” (QS. 36:32) “Kepada kamilah mereka akan kembali.”
(QS. 88:25) dan “Di tempat yang mulia di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. 54:55)
itu benar, maka pemecahannya adalah begini : Karena Raja Sulaiman tidak akan
cocok berada di dalam sarang kita, maka kita harus meninggalkan saran ini dan
pergi menemuinya. Jika tidak, maka pertemua itu tidak mungkin berlangsung.’
Ketika ditanya apakah tasawuf itu? Junayd menjawab dengan puisi ini:
Dia bernyanyi untukku
melalui hatinya, dan aku bernyanyi selagi dia bernyanyi.
Dan kami berada di mana pun
mereka berada, dan mereka berada dimana pun kami berada.
BAB. 4
Piala Pembuka
Dunia Milik Kay-Khusraw
7
Kay-khusraw mempunyai sebuah piala yang menunjukan seluruh dunia; di
dalamnya dia dapat melihat apa pun yang diinginkannya, diberitahu tentang
segala sesuatu, dan mendapat pengetahuan tentang hal-hal yang gaib. Diceritakan
bahwa piala itu mempunyai sarung penutup dari kulit yang dibuat dalam bentuk
kerucut, dan ada sepuluh tali pengikat di seputarnya. Jika ingin meliaht salah
satu hal yang gaib, dia tinggal meletakkannya di atas peralatan yang berputar.
Jika semua tali pengikat dibuka, ia tidak akan terlepas, tetapi jika semuanya
ditutup, ia akan melepaskan instrumen pemutarnya. Lalu, jika matahari sedng
tinggi, dia akan memegang pila itu menghadap (matahari), dan ketika cahaya
matahari jatuh ke aatasnya, semua jalur dan bentuk dunia akan muncul di
dalamnya.
Dan bila bumi sudah
diratakan, dilemparkan semua isinya sampai licin tanda, karena patuh
melaksanakan Kodrat Tuhannya, sebab sudah semestinya begitu. Wahai manusia!
Sesungguhnya kamu telah bekerja keras untuk menuju kepada Tuhanmu, pastilah
kamu akan menemukan-Nya (QS. 84:3-6)
Tidak satupun dari keadaanmu
yang tesebunyi (QS. 69:18)
Barulah setiap orang
mengetahui perbuatan apa yang telah dikerrjakannya, dan perbuatan apa pula yang
dilalaikannya (QS. 82:5).
Ketika aku mendengar dari
sang guru tentang gambaran piala Jamsyid akulah sesungguhnya piala pembuka
dunia Jamsyid itu.
Maka menyebutkan tentang piala pembuka dunia.
Piala yang terkubur lama itu adalah baju wol kami.
Baris ini adalah ciptaan Junayd :
Kilasan-kilasan cahaya terbayang ketika mereka muncul, dan yang tersembunyi
jadi terbuka, dan mengissahkan tentang penyatuan.
BAB. 5
Orang yang Ingin Melihat Raja Jin
8
Seorang pria bersahabat dengan salah satu raja jin. Dia berkata kepada raja
jin,’ Bagaimana aku bisa melihatmu?’
‘Jika kamu ingin mendapat kesempatan untuk menemui kami.’ Dia menjawab,’
taburkanlah sedikit kemenyan di atas api, dan buanglah segala sesuatu di dalam
rumah yang terbuat dari besi, yang berasal dari tujuh benda itu atau yang
menimbulkan suara berisik.
Bersihkanlah pakaianmu (QS.74:4)
Kemudian buanglah segala sesuatu yang menimbullkan suara berisik, jiak
dalam keadaan tak bergerak.
Menyingkirlah dari mereka, dan katakan, ‘Salam sejahtera (QS. 43:89)
Kemudian duduklah di dalam sebuah lingkaran, dan setelah membakar kemenyan,
lihatlah keluar jendela, maka kamu akanmelihatku.
Sebab selain mereka adalah serupa dengan kejahatan.
Junayd ditanya apaka tasawuf itu. Dia berkata, ‘Mereka adalah orang-orang
dari sebuah rumah yang tak seorang pun dapat memasukinya bersama mereka.’
Khwaja Abu Sa’id Kharraza berkata :
Sifat-sifatku menghilang seluruhnya demi sang raja, dan sifat-sifat ku
menghilang ketika aku lenyap dari penjara.
Dan dia menghilang, yang demi dia aku menghilang.
Demikianlah alasanku lenyap; maka mengertilah, wahai putra-putra yang berrperasaan.
Sebagai jawwab untuk ini, seseorang berkata :
Aku bingung, terlalu bingung
untuk mengetahui siapa aku kecuali apa yang dikatakan orang-orang tentang
diriku dan sahabat-sahabat ku.
9
Salah seorang guru berkata : “putuskanlah hubunganmu dengan cinta, dan
jauhkanlah dirimu dari beban-beban, supaya kamu dapat menyaksikan Tuhan Sang
Pencipta.’ Dia menambahkan : ‘Jika kita melakukan ini dan memenuhi semua
persyaratan,
Bumi menjadi terang
benderang disinari cahaya Tuhan. Buku catatan amal diberikan kepada
masing-masing yang bersangkutan, para nabi dan saksi-saksi ditampilkan di muka
sidang, lalu dijatuhkanlah keputusan terhadap mereka dengan adil (QS. 39:69).
Juga dikatakan : ‘Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam raya.
Kedamaian bersama mereka yang menemukan tampat-tempat; mereka adalah jalan
pendekatan ke air dan ssaluran-saluran angin utaraku.’
BAB. 6
Bunglon dan
Kelelawar
10
Suatu kali pernah timbul pertentangan antara beberapa ekor kelelawar dan
seekor bunglon. Perkelahian antara mereka sudah sedemikian sengitnya, sehingga
pertentangan itu sudah melampaui batas. Para kelelawar setuju bahwa jika saat
petang menjelang malam telah menyebar melalui ceruk lingkaran langit, dan
matahari telah turun di hadapan bintang-bintang menuju lingkup terbenamnya
matahari, mereka akan bersama-sama menyerang si bunglon dan, setelah
menjadikannya tawanan mereka, menghukumnya sesuka hati dan melampiaskan dendam.
Ketika saat yang dinantikan tiba, mereka menyerang dengan tiba-tiba, dan
semuanya bersama-ssama menyeret bunglon yang malang dan tak berdaya itu ke
dalam sarang mereka. Dan malam itu mereka memenjarakannya.
Ketika ffajar tiba, mereka bertanya-tanya apakah sebaiknya bunglon itu
disiksa saja. Mereka semua setuju bahwa dia harus dibunuh, tetapi mereka masih
merencanakan bagaimana cara terbaik untuk melaksanakan pembunuhan itu. Akhirnya
mereka memutuskan bahwa siksaan yang paling menyakitkan adalah dihadapkan pada
matahari. Tentu saja, mereka sendiri tahu bahwa tidak ada siksaan yang lebih
menyakitkan, selain berada dekat dengan matahari; dan dengan membuat analogi
dengan keadaan mereka sendiri, mereka mengancam supaya dia memandang matahari.
Bunglon itu sudah pasti, tidak mengharapkan yang lebih baik lagi. ‘Penghukuman’
semacam itu persisi seperti yang
diinginkannya, sebagaimana dikatakan oleh Husayn Manshur,
Bunuhlah aku, kawan-kawanku,
sebab dengan terbunuhnya diriku, aku akan hidup. Hidupku ada dalam kematianku,
dan kematianku ada dalam hidupku.
Maka ketik matahari terbit, mereka membawanya akeluar dari rumah mereka
yang menyedihkan agar dia tersiksa oleh cahaya matahari, siksaan yang
sesungguhnya merupakan jalan keselamatan baginya.
Janganlah kamu mengira
orang-orang yang gugur dalam peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak! Bahkan
mereka hidup. Mereka mendapatkan rizki dari Tuhannya (QS. 3:169).
Kalau saja para kelelawar itu tahu betapa murah hati tindakan mereka
terhadap bunglon itu, dan betapa mereka telah berbuat keliru, karena mereka
justru memberinya kesenangan, mereka pasti akan mati sedih.
Bu-Sulayman Darani berkata, ‘Jika orang-orangyang lalai itu tahu betapa
mereka telah mengabaikan kesenangan orang-orang yang sadar, mereka pasti akan
mati karena kecewa.
BAB. 7
Burung Hoope dan Burung
Hantu
11
Suatu kali ketika sedang terbang, burung hoope tiba di lingkungan beberapa
burung hantu, lalu mampir di sarang mereka.
Nah, sebagaimana yang dikenal baik oleh masyarakat Arab, burung hoope
termasyhur karena ketajaman matanya, sementara burung-burung hantu itu pada
siang hari buta. Burung hoope melewatkan malam itu bersama burung-burung hantu
di dalam sarang mereka, dan mereka menanyainya tentang segala macam hal. Pada
waktu fajar, ketika burung hoope berkemas dan siap untuk pergi, burung-burung
hantu itu berkata, ‘Kawanku yang malang!
Sungguh aneh, apa yang akan kam?
‘Ini mengherankan,’ kata si hoope, ‘Semua pekerjaan berlangsung pada siang
hari.’
‘Apakah kamu gila? Burung-burung hantu itu bertanya. ‘Pada siang hari,
dengan ketidak jelasan yagn disebarkan matahari atas kegelapan malam, bagaimana
kita bisa melihat?
‘Justru sebaliknya,’ kata si hoope, ‘Semua cahaya di dunia ini tergantng
pada cahaya matahari, dan darinyalah segala sesuatu yang bersinar itu
mendapatkan cahayanya. Sesungguhnya ia dinamakan “mata dari hari”, sebab ia
merupakan sumber cahaya.
Tetapi burung-burung hantu itu mengira dapat megalahkan logika-nya dengan
menanyakan mengapa tak seorang pun dapat melihat pada siang hari.
‘Jangan beranggapan bahwa lewat analogi dengan diri kalian sendiri setiap
orang itu seperti kalian. Semua yang lain dapat melihat pada siang hari.
Lihatlah aku. Aku dapat melihat, aku berada di dunia yang dapat dilihat, dapat
diamati. Ketidakjelasan itu telah hilang, dan aku dapat mengenali permukaan
yang cemerlang dengan ajaln menyingkapkannya tanpa gangguan keragu-raguan.’
Ketika burung-burung hantu mendengar ini, mereka menjadi ribut
menjerit-jerit dan, sambil bertengkar ssatu sama lainnya, mereka berkata,
‘Burung ini berbicara tentang kemampuan melihat pada siang hari, ketika kita
terserang kebutaan.’ Dengan segera mereka menyerang si hoope dan melukainya
dengan paruh dan cakar mereka. Mereka mengutuknya dengan memanggilnya “si melek
siang hari”; sebab, kebutaan pada siang hari merupakan kewajaran di kalangan
mereka. ‘Jika kamu tidak menarik kembali perkataanmu,’ mereka berkata, ‘kamu
akan di bunuh!’.
‘Jika aku tidak membuat diriku buta,’ pikir si hoope, ‘mereka akan
membunuhku. Karena mereka merasakan kessakitan terutama pada mata mereka,
kebutaan dan kematian akan terjadi secara serentak.’
Dan kemudian, diilhami oleh pepatah, ‘Berbicaralah dengan orang-orang
sesuai dengan tingkar kecerdasan mereka,’ dia menutup matanya dan berkata,’
Lihat! Aku menjadi buta seperti kalian!.’
Melihat memang demikianlah halnya, mereka berhenti memukul dan melukai si
burung hoope, yang menyadari bahwa mengungkap rahasia Ilahi di kalangan
orang-orang yang tidak percaya, sama saja dengan menyebarkan rahasia kekafiran
mereka. Dan karenanya, sampai tiba waktu perpisahan, secara susah payah di
bertahan dengan berpura-pura buta dan berkata :
Berkali-kali aku mengatakan
bahwa aku akan menyingkapkan semua rahasia di dunia yang fana ini.
Tetapi, karena takut akan
pedang dan adanya hasrat untuk menyelamatkan diriku, (aku telah mengunci)
bibirku dengan seribu paku.
Dia mengeluh dalam-dalam dan berkat, ‘Dalam diriku ada banyak pengetahuan;
Jika aku melepaskannya, aku akan terbunuh.
Jika selubung itu di angkat, aku tidak akan menjadi lebih yakin.
‘Agar mereka menyembah Allah yang mengungkapkan segala yang terpendam di
langit dan di bumi serta mengetahui apa-apa yang disembunyikan dan dinyatakan
(QS.27:25).
‘Jelaslah, tidak sesuatu pun yang tidak dari kami perbendaharaannya. Dan
kami tidak mengaruniakan semua kebutuhan itu, kecuali dengan kadar yang serba
tertentu (QS. 15:21).
BAB. 8
Burung Merak
Raja di Bawah Keranjang
12
Seorang raja mempunyai sebuah taman, yang sepanjang empat musim selalu
ditumbuhi tanam-tanaman yang wangi, hijau subur dan menyenangkan. Air mengalir
berlimpah-limpah melaluinya, dan segala macam burung bernyanyi dari dahan-dahan
pohon. Setiap hal yang baik dan indah yang dapat kita bayangkan terdapat di
dalam taman itu. Dan di antara semuanya itu ada sekelompok burung merak yang
cantik.
Sekali waktu sang raja mengambil salah seekor burung merak, dan
memerintahkannya agar ia dimasukan ke dalam kantung kulit supaya bulu-bulunya
tidak dapat dilihat, sehingga ia tidak dapat mengagumi keindahannya sendiri
dengan cara apa pun. Dia juga memerintahkan agar burung merak itu ditempatkan di bawah sebuah
keranjang yang hanya mempunyai satu lubang, melalui lubang itu sedikit
biji-bijian dapat dituangkan ke dalamnya untuk makanannya.
Lama berlalu. Burung merak itu lupa pada dirinya sendiri, sang raja taman,
dan burung-burung merak lainnya. Ia melihat pada dirinya sendiri. Burung
tersebut tidak melihat apa-apa kecuali kantung kulit yang kotor itu. Ia mulai
menyukai tempat tinggalnya yang gelap dan jelek; ia percaya di dalam hatinya
bahwa tidak mungkin ada tempat yang lebih besar dari ruangan di dalam keranjang
itu, sedemikian rupa sehingga ia menganggap sebagai keyakinan bahwa jika ada
orang menyatakan tentang suatu kehidupan, tempat tinggal atau kesempurnaan di
luar yang ia ketahui, maka ia menganggapnya sebagai kekafiran mutlak, omong
kosong besar dan kebodohan yang murni.
Sekalipun demikian, setiap kali angin segar berhembus, dan harumnya
bunga-bunga dan pepohonan, violet, melati dan tumbuhan rempah-rempah sampai ke
hidung burung itu, ia merasakan kesenangan yang mengejutkan melalui lubang itu.
Timbul kekhawatiran di dalam hatinya. Ia merasakan adanya hasrat untuk pergi
dan kerinduan batin, tetapi ia tidak tau darimana kerinduan itu berasal, sebab,
kecuali kantung kulit itu, ia tidak mengetahui apa-apa; selain keranjang itu,
tidak ada dunia lain; selain biji-bijian itu, tidak ada makanan lain; Ia telah
melupakan semuanya. Ketika sekali-sekaliia mendengar suara burung-burung merak
bernyanyi; dan burung-burung lain berlagu, kerinduan dan hasratnya timbul;
tetapi ia tidak terbangunkan oleh suara-suara burug-burung itu atau hembusan
angin. Pernah ia bergairah memikirkan sarangnya,
Angin sepoi-sepoi bertiup
menyentuh ku dan hampir mengucapkan kata-kata, ‘Aku adalah kurir untuk mu dari
kekasih mu.’
13
Lama sekali ia memikirkan apa sesungguhnya angin yang harum itu, dan dari
manakah buni-bunyian yang indah itu datang.
Wahai kilat yang menyambar, dari perlindungan siapa engkau muncu!?
Tetapi ia tidak sadar-sadar juga, meskipun sepanjang masa itu kesenangan
tetap tinggal di hatinya.
Ah, Kalau saja Laila sekali saja mengirimkan salam karunianya, meskipun di
antara kami terbentang debu dan bebatuan besar.
Salam kegembiraan ku akan merupakan jawabnya, atau akan menjeritkan
kepadanya si burung hantu, burung ssakit yang memekik di tengah keremangan
kuburan.
Burung merak itu bodoh, karena ia telah lupa kepada dirinya dan juga tanah
airnya.
.... Janaganlah hendaknya kamu bertingkah seperti orang yang melupakan
Allah, yang mengakibatkan Allah membuat mereka lupa diri pula. (QS. 59:19).
Setiap kali hembusan angin atau suara-suara datang dari taman, timbul
hasrat dalam diri si burung merak tanpa mengetahui mengapa demikian.
Kedua baris ini adalah karya seorang penyair :
Kilat Ma’arra bergerak di
tengah malam, ia melewati malam di Rama yang melukiskan kebosanannya.
Ia benar-benar menyedihkan
para penunggang, kuda-kudanya, unta-unta, dan terus bertambah menyedihkan,
hingga ia hampir menyedihkan pelana-pelana.
14
Ia tetap kebingunan selama beberapa waktu, sampai suatu hari sang raja
memerintahkan agar burung itu dilepaskan dari keranjang dan kantung kulitnya
untuk dibawa menghadapnya.
Peristiwa kebangkitan itu
terjadi hanya dengan satu kali tiupan sangkakala saja. (QS. 37 : 19).
Apakah dia tidak mengetahui,
apa bila nanti sudah dibangkitkan segala isi kubur? Dan telah terungkap segala
isi kalbu? Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu maha mengetahui keadaannya.
(QS.100 : 9 -11).
Ketika burung keluar dari penutupnya, burung merak itu melihat dirinya
berada di tengah-tengah taman. Ketika memandang bulu-bulunya sendiri, dan
melihat taman beserta aneka ragam bunganya, atmosfir dunia, kesempatan untuk
berjalan ke sana ke mari dan terbang tinggi, serta semua suara, irama, bentuk
dan berbagai benda yang ada, ia berdiri mendesah seakan-akan tak sadarkan
diri.?
Wahai, sungguh aku menyesali
kelalaianku dalam memenuhi kewajiban kepada Allah (QS.39:56).
Lalu kami singkapkan tabir
yang menutupi matamu, maka pandangan mu menjadi lepas-jelas. (QS.50:22).
Mengapa ketika nyawa sampai
di kerongkongan, padahal ketika itu kamu melihat orang yang sedang melepaskan
nyawanya itu, sedangkan Kami lebih dekat lagi kepadanya daripada kamu, namun
kamu tidak melihat? (QS.56:83 – 85).
Jangan berbuat begitu, kelak
kamu akan tahu akibatnya. Sekali lagi jangan berbuat begitu, kelak kamu akan
tahu juga akibatnya. (QS.102 : 3-4).
BAB. 9
Idris dan Bulan
15
Semua bintang dan benda angkasa berbicara dengan Idris, yang bertanya pada
bulan, “Mengapa cahayamu kadang-kadang lebih banyak, dan kadang-kadang lebih
sedikit?.
‘Hendaklah kamu ketahui,’ jawab bulan, ‘bahwa badanku ini murni, terpoles,
dan hitam. Aku sendiri tidak mempunyai cahaya, tetapi jika aku berada di
seberang matahari, kesamaan cahayanya muncul pada cermin badanku yang
proporsinya sesuai dengan derajat oposisinya, sebagaimana bentuk-bentuk ragawi
lainnya muncul di dalam cermin. Ketika derajat opoisisnya bertambah, aku
beranjak dari nadir sebagai bulan sabit, ke zenit sebagai bulan purnama.’
Idris bertanya pada bulan sejauh mana persashabatannya dengan matahari.
Ia menjawab, ‘Sedemikian rupa sehingga setiap kali aku memandang diriku
sendiri, kaetika kami berhadapan satu sama lain, aku melihat matahari, karena
kesamaan cahaya matahari muncul dalam diriku, dikarenakan kehalusan permukaan
ku dan wajah ku yang terpoles, yang cocok untuk menerima cahayanya. Oleh karena
itu, setiap kali aku memandang diriku, aku melihat matahari secara keseluruhan.
Tidaklah kamu tahu bahwa jika sebuah cermin dipegang menghadap matahari, bentuk
matahari itu muncul di dalamnya? Jika seseorang dapat membayangkan bahwa cermin
itu mempunyai mata dan memandang pada dirinya sendiri saat ia berhadapan dengan
matahari, meskipun terbuat dari besi, ia akan dapat melihat matahari. Ia akan
berkata, “Akulah matahari,” sebab ia akan melihat dalam dirinya hanya ada
matahari. Jika seseorang berkata, “Akulah yang real,” atau “Mulialah diriku :
Betapa hebatnya kau!, maka dia patutu dimaklumi.
Begitu dekatnya aku padamu,
sehingga aku membayangkan dirimu itu aku.
BAB. 10
Rumah dan Pengurus Rumah
Tangga
16
Jika sebuah ruah terikat ruang, maka penghuni rumah itu pasti juga terikat
ruang. Dalam hal ini, akibat negatifnya yang wajar juga berlaku, (sebagaimana
dalam firman Tuhan), “Kosongkaln lah sebuah ruah untuk-Ku : Aku bersama dengan
mereka yang patah hatinya,’ (Yaitu
menghancurkan ikatan-ikatan ruang dan waktu yang membelenggu hati sehingga
Tuhan akan masuk ke dalamnya. Karena Tuhan tidak terikat ruang dan waktu, maka
hati yang terikat oleh ruang dan waktu tidak dapat dimasuki-Nya), Tuhan
Yang Maha Tinggi tidak terikat ruang dan arah. Dia bebas dari segala kesalahan.
‘Sesuai dengan kapasitas orang-orang yang yakin, timbul lah
keyakinan-keyakinan.’ (Sedangkan mungkin benar bahwa) di dalam suatu rumah
segala sesuatu menyamai pengurus rumah tanganya (tetapi) “tidak ada yang seperti Dia, dan Dia-lah yang mendengara dan melihat,”
(QS. 42:11). Betapapun juga, tak pernah ada rumah dan pengurus rumah tangganya
sama!. (Surahwardi memperkenalkan
paradoks yang abadi : Sementara ciptaan tidak mungkin samasekali lain dari
penciptanya, menurut Al Quran tidak ada yang menyerupai Tuhan. Untuk
menghindari noda paham inkarnasi, Surahwardi menyangkal setiap penyamaan antara
Pncipta dan ciptaan).
BAB. 11
17
Apapun yang menghalangi kebaikan, adalah kejahatan, dan apa pun yang
mengaburkan jalan, adalah kekafiran bagi manusia. Berpuas diri dengan apa yang
terjadi pada jiwa jasmaniah dan membekali diri untuk itu, berarti impoten, dan
merasa puas dengan diri sendiri – bahkan jika itu adalah demi Tuhan – berarti
menghadapi kehancuran. Memalingkan wajah sepenuhnya pada Tuhan, berarti
mendapatkan keselamatan.
BAB. 12
Orang Pandir, Lampu danMatahari
18
Seorang pandir memegang sebuah lampu ke arah matahari seraya berkata,’ Ibu,
matahari telah membuat cahaya kita tidak terlihat.’
‘Jika kamu membawanya keluar,’ kata ibunya,’ terutama jika kamu memegang
menghadap matahari, tidak akan ada yang akan tersisa.’
Bukan karena cahaya lampu itu tidak ada lagi, tetapi ketika mata melihat
sesuatu yang besar, maka sesuatu yang kecil tampak tidak berarti, jika
diperbandingkan. Jika seseorang memasuki sebuah rumah dari luar yang terkena sinar matahari, bahkan jika
rumah itu dipasangi lampu, dia tidak akan melihat apa-apa.
Segala yang ada di bimu akan
lenyap musnah. Yang akan tetap hanyalah Wajah Tuhan-mu yang mempunyai Keagungan
dan Kemuliaan saja. (QS. 55:26-27).
Dialah yang Awal dan yang Akhir,
yang Lahir dan yang Batin. Dia Maha Mengetahui segala-galanya. (QS. 57:3)
HIKAYAT : 8 JERITAN
SIMURGH
Bismillahirrahmanirrahim
Pada diri-Nya lah kebessaran dan kekuatan
1
Puji syukur tertuju hanya pada Pemberi Kehidupan dan Pemula dari semua yang
ada, dan terpujilah para rasul dan para nabi, terutama Junjungan dari Hukum
yang Agung dan Penuntun Jalan yang Paling Luhur Muhammad saw. Yang Terpilih,
semoga Tuhan memberinya rrahmat dan kedamian.
2
Beberapa patah kata ini ditulis untuk memenuhi syarat-syatar Ikhwan
At-Tajrid. Risalah ini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama menganai
asal-usul, dan yang kedua mengenai Tujuan; risalah ini dinamakan “Jeritan
Simurgh.
Tidak akan rugi bagi kita untuk mengingat, lewat sebuah kata pengatar,
sesuatu mengenai keadaan burung ini dan habitatnya. Orang-orang yang berilmu
telah mengetahui bahwa setiap hoope yang meninggalkan sarangnya pada musim semi
dan mencucuki bulu-bulunya dengan paruhnya dan berangkat menuju Gunung Qaf,
akan jatuh dibawah bayangan GunugnQaf dalam jangka waktu seribu tahun dari
(waktu yang diacu dalam ayat ini) :
.... satu hari bersama
Tuhan-mu, sama dengan seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS.22:47). Msa seribu tahun inni, dalam
penaggalan orang-orang sejati, tidak lebih dari satu kali fajar di timur dalam
Lingkungan Ilahi. Selama masa ini si orang yang sedang tidur.
Sarang Simurgh ada di Gunung Qaf. Jeritannya sampai ke telinga setiap
orang, tetapi pendengarnya hanya sedikit; setiap orang ada bersamanya, tetapi
sebagian besar tidak bersamanya.
Engkau bersama kami, dan
engkau tidak bersama kami.
Enggkaulah jiwa, sehingga
engakau tidak tampak.
Orang yang menderita penyakit gembur-gmebur dan paru-paru, dapat
disembuhkan dengan bayangannya, dan ia menyebabkan lenyapnya berbagai gejala.
Simurgh ini terbang tanpa bergerak, dan ia membumbung tinggi tanpa sayap. Ia
mendekat tanpa mengarungi ruang. Semua warna berasal darinya, tetapi ia sendiri
tidak berwarna. Sarangnya ada di timur, tetapi di barat pun ada ia pula.
Semuanya disibukkan oleh-nya, tetapi ia terbebas dari semuanya. Semuanya penuh
dengan dirinya, tetapi ia kosong dari semuanya. Semua pengetahuan berasal dari
jeritannya, dan instrumen-instrumen yang indah, seperti organ, diciptakan dari
suaranya yang bergetar.
Karen kamu beum pernah
bertemu Sulaiman,
Apa yang ketahui mengenai
bahasa burung?
Makanannya adalah api, dan barang siapa mengikatkan selembar bulunya pada
sisi kanannya dan berjalan di atas api, tidak akan terbakar. Angin sepoi-sepoi
itu berasal dari nafasnya, dan bersamanya para kekasih mencurahkan isi hati dan
pemikiran-pemikiran mereka yang paling dalam.
Kata-kata yang terucap di sini tidak lebih dari hembusan nafas yang berasal
darinya. Ssuatu penjelasan kurang sempurna mengenai pernyataannya.
3
Bagian pertama rissalah ini, mengenai hal-hal awal, akan dikemukakan dalam
tiga bagian : yang pertama, mengenai keunggulan pengetahuan ini; kedua, apa
yang tampak di mata orang-orang yang baru, dan ketiga, mengenai sakinah.
Bagian kedua adalah mengenai tujuan, dan dikemukakan dalam tiga bagian
pula. Yang pertama, mengenai penyirnaan, yang kedua, mengenai ketentuan tentang
mereka yang lebih mengetahui, yang lebih sempurna; dan yang ketiga, mengenai
bukti tentang (kemampuan) manusia untuk mencintai Tuhan.
BAGIAN PETAMA : MENGENAI
HAL-HAL AWAL
Bab pertama dari bagian pertama : Mengenai Keunggulan Pengetahuan Ini atas
Semua Pengetahuan Lainnya.
4
Sudah jelas bagi mereka yang berpengatahuan bahwa melebihkan salah satu
pengetahuan atas pengetahuan yang lain bisa disebabkan oleh beberapa alasan.
Pertama-tama, itu mungkin karena hal yang diketahui itu lebih mulia, seperti
misalnya keunggulan sorang pandai emas atas seorang pembuat pelana, sebab, yang
pertama itu berurusan dengan emas, sedangkan yang terakhir bekerja dengan kayu
dan kain wo. Alasan lainnya adalah nbahwa pengetahuan, itu mungkin mempunyai
bukti-bukti logis yang lebih menantang, dibanding jenid pengetahuan yang lain.
Alasan ketiga adalah bahwa kesibukan dengan (pengetahuan yang lebih ungul itu)
mungkin lebih penting dan lebih menguntungkan.
Nah, semua kriteria untuk mengunggulkan terdapat dalam pengetahuan ini,
bukan dalam pengetahuan lainnya. Dalam kaitannya dengan tujuan dan cita-cita,
sudah jelas bahwa dalam pengetahuan ini sasaran dan obyek yang harus diketahui
adalah Tuhan, dan Dia terlalu besar untuk diperbandingkan dengan hal-hal
lainnya yang ada. Dari sudut pandang argumentasi logis dan bukti-bukti yang
mendukung, sudah jelas bahwa empirisme lebih kuat daripada argumentasi; dan
para ahli ilmu dialektika menyatakan bahwa Tuhan dapat memberi manusia
pengetahuan ayng diperlukan (untuk mengenali) eksistensi-Nya dan
sifat-sifat-Nya, dan sebagainya. Nah, jika dikatakan bahwa pengetahuan semacam
itu dapat dimiliki oleh sebagian orang, tidak ada keraguan lagi bahwa
pengetahuan itu akan lebih disukai dibanding pengetahuan yang menimbulkan beban
pengamatan, usaha penalaran, peniadaan keraguan, dan penghancuran kecurigaan.
Salah seorang sufi ditanya,
‘Apakah bukti adanya Sang Pencipta?
Dia menjawab, ‘Pagi hari
lampu tidak dibutuhkan lagi.’
Salah seorang yang lain
berkata,’ Orang yang mencari Tuhan
Melalui bukti-bukti logis
adalah seperti
Orang yang mencari matahari
dengan cahaya lampu.
Para ahli metodologi epistomologi menganggap sebagai suatu kebenaran yang
apat diterima dan dengan suara bulat menyetujui bahwa di dunia mendatang Tuhan
akan menciptakan untuk hamba-hamba-Nya suatu kekuatan perpsepsi dalam indera
penglihatan mereka sehingga mereka akan dapat menlihat-Nya secara langsung.
Nalar, bukti dan petunjuk dianggap tidak penting di mata Orang-orang Sejati.
Atas dasar ini, adalah mungkin bagi Dia untuk menciptakan di dalam hati sesuatu
seperti persepsi ini sehingga orang dapat melihat-Nya secara langsung di dunia
ini. Karena alasan inilah maka ‘Umar berkata, ‘Hatiku dapat melihat Tuhanku.’ Dan
‘Ali berkata, ‘Seandainya selubung itu diangkat, aku tidak akan merasa lebih
yakin.’ Di sini terkandung rahasia-rahasia tersembunyi yang tidak sesuai untuk
wacana ini.
Mengenai kepentingannya, tak pelak lagi bahwa bagi manusia tidak ada yang
lebih penting daripada ‘kebahagiaan tertinggi – tidak, jika dibandingkan dengan
semua tujuan lain yang gagal, Dan sarana burung hoope menjadi Simurgh yang
jeritannya membangunkan semua terbaik untuk mendapatkannya adalah pengetahuan
kognitif, sebab dengan kriteria apa pun telah jelas bahwa kesadaran (cognition)
(adalah kesadaran yang melibatkan sensasi, tetapi di dalamnya tidak mengandung
emosi) lebih mulia daripada semua pengetahuan lainnya, Junayd berkata :
Seandainya aku tahu bahwa di kolong langit ini ada sejenis
Pengetahuan yang lebih mulia daripada pengetahuan ahli
Kognisi, aku akan menyibukkan diriku dengan itu saja, dan
Aku akan berusaha dengan cara apa pun untuk mendapatkannya
Sampai aku berhasil memilikinya.
Bab kedua dari Bagian Pertama : Mengenai Apa yang Tampak Jelas bagi
Orang-orang Baru
5
Kilatan-kilatan pertama dari cahaya yang datang dari kehadran Ilahi kepada
jiwa para pencari adalah nyala dan sorotnya (Nyala (thawali) dan ‘sorot (lawa’ih) dibahas oleh Surahwardi dalam
karyanya Talwihah 88, dimana hal-hal pertama yang dialami oleh calon sufi
adalah melihat cahaya menyilaukan yang sangat menyenangkan. Dalam Hikmah
Al-Isyraw .. Dia membedakan serangkaian lima belas cahaya apokaliptik yang
berbeda-beda yang berkisar dari cahaya pendek yang menyenangkan hingga cahaya
yang hampir merontokkan anggota badan ), yang merupakan benda-benda
pemancar cahaya (seperti matahari, bintang dan sebagainya).yang muncul seperti
fajar yang menyingsing atas jiwa si pencari. Penampakan mereka bagaikan kilatan halilintar yang datang secara tak
terduga dan menghilang dengan cepat. “Dialah yang menyebabkan halilintar tampak
di matamu, menimbulkan rasa takut, dan menimbulkan harapan” (QS. 13:12). Yaitu,
rasa takut kalau ia berlalu dan harapan bahwa ia akan tetap tinggal. Dalam pengertian
(hal) lain, ini merupakan secara tak langsung merujuk ke “waktu”-nya para ahli tajrid, sebagaimana
para sufi juga menamakan klitan ini “waktu” (“Waktu” (waqt) adalah suatu
istilah teknis bagi keadaan yang berlangsung singkat, di saat itu orang yang
sedang mengalami ekstase “terseret” oleh serangkaian waktu). Karena alasan
inilah maka orang mengatakan bahwa “Waktu itu lebih tajam daripada pedang.”
Juga dikatakan bahwa “Waktu adalah
pedang yang membelah.” Dalam Firman Allah ada banyak acuan untuk ini. Misalnya
:
Pancaran kilatnya, hampir-hampir membutakan mata (QS. 24:43)
Wasiti ditanya mengapa sebagian orang terganggu pada waktu ssama.’ Dia
berkata, ‘Itu adalah cahaya yang muncul dan kemudian terlipat.’ Dan dia
mengemukakan kalimat ini sebagai contoh :
Pemikiran tentang dia muncul
di dalam hati; pemikiran hati muncul dan kemudian berangsur-angsur sirna.
Di sana mereka memperoleh
makanan dan menuman menurut kebiasaan di dunia pagi dan sore (QS.19:62).
Kilatan ini tidak setiap saat muncul, karena ada waktu-waktu ketika kilatan
ini sama sekali lenyap. Tetapi semakin ditingkatkan latihan kezuhudan itu,
semakin sering kilatan itu muncul, sampai seseorang mencapai suatu tahap di
mana dia ingat akan sesuatu tentang keadaan dunia lain dalam segala yang dilihatnya.
Secara tiba-tiba kilatan cahaya ini menjadi berkesinambungan, dan sebagai
akibatnya anggota-anggota badan mulai bergetar. Rasul saw. Berkata ketika
mengharapkan keadaan ini, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi, “Tuahanmu
memberikan empat hembusan dari rahmat-Nya pada masa hidupmu: apakah engkau
tidak akan berpaling untuk menghadapinya?
6
Ketika orang yang menjalani kezuhudan itu terserang kelesuan, dia mencari
bantuan melalui perenungan yang halus dan zikir yang khusyuk untuk melawan
pemikiran-pemikiran yang kotor untuk mendapatkan kembali keadaannya yang
sebelumnya. Juga seseorang yang tidak menjalankan disiplin kezuhudan dapat
mengalami keadaan ini pada saat-saat tertentu tanpa disadarinya. Jika seseorang
menunggu pada hari-hari raya, ketika orang-orang pergi ke lapangan untuk
berdoa, dan seruan-seruan serta puji-pujian yang lantang dan keramian yang
riuh-rendah terdengar, dan gaduhnya suara genderang serta jeritan membahana,
Jika seseorang memiliki visi dan sifatnya yang baik dan ingat akan keadaan-keadaan
yang suci, maka dia akan mengalami sensasi (perasaan) yang sangat menyenangkan.
7
Lagi, dalam peperangan, yaitu ketika orang-orang saling beradu kekuatan,
para serdadu berteriak, kuda-kuda meringkik, gendang di pukul, dan pertempuran
mencapai puncaknya, dengan serbuan orang-orang serta senjata yang
diacung-acungkan, jika pikiran seseorang masih tetap jernih, meskipun secara
kezuhudan tidak berdisiplin, dia sedikit banyak akan mengalami keadaan ini ---
asalkan pada saat itu dia tetap ingat akan keadaan-keadaan yang suci dan ingat
pula akan jiwa-jiwa mereka yang telah berpulang, visi tentang kebesaran Ilahi
dan peringkat penunggu langit.
Demikian pula, jika seseorang naik kuda dan menyuruhnya untuk berjalan
lebih cepat dan membayangkan bahwa dirinya terlepas dari tubuhnya, meninggalkan
tempatnya, jika dia membayangkan bahwa kekuatan besar terbentuk dalam dirinya
dan bahwa dia secara psikis menarik diri untuk menghadap Ilahi dan bergabung
dengan para penghuni langit, dalam keadaan yang demikian itulah maka dalam
dirinya akan terasa adanya pengaruh, meskipun dia bukan ahli zuhud.
Di situlah terkandung kegaiban yang ada masa ini sudah dapat diketahui
sebagan kecil. Ketika kilatan cahaya itu mendatangi manusia, suatu pengaruh
masuk ke dalam otaknya, dan pengaruh itu bisa tampak seperti urat darah halus
di dalam otak, bahu atau punggungnya mulai bergetar hebat, namun sangat
menyenangkan. Sama’ bisa membantu, dan keseenangan pun akan lebih besar,
meskipun ini masih dalam tahap pertama.
Bab Ketiga dari Bagian Kedua : Mengenai Sakinah
8
Maka, ketika cahaya kegaiban itu mencapai batasnya, dan tidak berlalu
dengan cepat, melainkan seakan-akan tetap mau tinggal lebih lama, ia dinamakan
sakinah, (Sakinah adalah “lingkaran cahaya ketenangan yang mengelilingi Peti Perjanjian”
Surahwardi mengartikannya di sini dan dalam Tal Wihah 88 sebagai keadaan
ketenangan seperti itu), yang kesenanganya lebih sempurna lagi dibanding
kesenangan dari kilatan-kilatan cahaya yang lain. Ketika manusia kembali
keadaan menusiawinya yang normal di luar sakinah, mereka sangat menyesal karena
telah dipisahkan darinya, yang dalam hal itu ssalah seorang sasleh, berkata :
Wahai angin kedekatan,
betapa cantik engkau!!
Dia yang pernah merasakan
nyalamu, telah menikmati kekariban.
Kehidupan seperti apa, yang
dijalani oleh mereka yang telah datang
Mendekat? Mereka telah
diizinkan meneguk minuman kesucian dan tampat minummu.
Sakinah berkali-kali disebutkan dalam Al-Quran :
Lalu Allah menurunkan keselamatan-Nya (sakinah) (QS.9:40)
Dan di tempat lain Dia berfirman :
Dia lah yang telah
menurunakn ketentraman (sakinah) di dalam hati orang-orang yang beriman supaya
bertambah keimanannya di samping keimanan yang telah ada. (QS. 48:4).
Orang yang telah memiliki sakinah dapat membaca pikiran orang lain, dan juga
mengetahui hal-hal gaib, dan kecerdasannya disempurnakan. Manusia Terpilih
(Rasul saw.) pernah bersabda “Waspadalah terhadap pandangan tajam orang
beriman, sebab dia melihat dengan cahaya Tuhan.’ Mengenai ‘Umar, Rasul
bersabda, “Sakinah berbicara melalui lidah ‘Umar”. Dia juga bersabda, ‘Di
kalangan umatku ada orang-orang yang mengungkapkan hal-hal dan orang-orang yang
berbicara, dan ‘Umar adalah seorang di antaranya.’
Pemiliik sakinah mendengar panggilan-panggilan yang amat sangat halus dari
Surga Yang Suci, dan amanat keruhanian itu sampai padanya, dan dia bersikap
tenang, sebagaimana tersebut dalam Wahyu Allah :
Mereka ialah orang-orang
yang beriman, yang hatinya menjadi tenteram dengan mengingat Allah (QS. 13:28).
Dia mengamati bentuk-bentuk
yang amat segar dan halus melalui komunikasi langsung dengan kekuatan-kekuatan
langit. Inilah tahap pertengahan dari tahaptahap Ahli Cinta. Dalam keadaan
antara terjaga dan tidur, dia akan mendengar suara-suara mengerikan dan
jeritan-jeritan aneh, dan pada keadaan tak sadar dalam sakinah dia melihat
cahaya-cahaya yang terang benderang. Perasaan gembiranya begitu besar sehingga
dia menjadi lemah. Kejadian-kejadian semacam itu menimpa para ahli, bukan
mereka yang menutup mata dalam penyendirian dan membiarkan khayalan mereeka
terbang ke mana-mana. Jika orang-orang itu melihat sekejap mata cahaya sejati,
mereka akan menyesal mengapa begitu cepat dia melihatnya.
Di situlah orang-orang yang
salah pendirian merasa rugi (QS. 40:78).
BAGIAN KEDUA : MENGENAL TUJUAN
Bab Pertama: Mengenai Fana’
9
Sakinah yang telah disebut sebelum ini adalaj sedemikian rupa sehingga jika
seseorang ingin meninggalkan dirinya sendiri, maka orang itu tidak dapat
melakukannya dengan mudah. Tetapi, orang itu dapat berkembang sampai pada suatu
titi di mana dia dapat meninggalkan wujud fisiknya setiap kali dia ingingkan
dan pergi menuju dunia Keagungan Ilahi, dan di situ usahanya mencapai
cakrawala-cakrawala yang tertinggi. Dan yang ini dapat dia lakukan setiap kali
dia menginginkannya. Selanjutnya, setiap kali orang itu memandang pada
esensinya dia akan merasa senang sebab dia melihat cahaya Tuhan yang memancar
pada dirinya. Tetapi (tahap) ini masih belum sempurna.
Jika orang itu melangkah
lebih jauh, dia bahkan akan melampaui tahap ini, dan dia menjadi sedemikian
rupa sehingga dia tidak mengira bahwa esensinya sendiri dan kesadarannya akan
diri sendirinya terhapus. Inilah yang dinamakan Fana’ Besar (Fana’i – akbar).
Jika orang itu melupakan dirinya dan lupa akan kelupaan, itu dinamakan Fana’ dalam
Fana’. Selama orang itu senang dengan kemampuan kognitifnya, orang itu masih
kurang baik dan kekurangan itu dianggap sebagai bagian dari ‘crypto-politeisme.”
Orang itu dapat mencapai kesempurnaan, hanya ketika kesadaran
(cognition) itu lenyap dalam obyek kesadaran, sebab barangsiapa senang akan
tindak kesadaran dan juga senang akan obyek kesadaran, maka dia mempunyai dua
obyek. Orang itu “menarik diri” jika meninggalkan kesadaran demi obyek
kesadaran. Jika ciri-ciri terakhir dari kemanusiaan yang bersifat jasmaniah itu
dibuang, itulah yang didnamakan keadaan Penghapusan (thams). Tahap (kalimat)
itu :
“Segala yang ada di bumi akan lenyap musnah. Yang akan tetap hanyalah Wajah
Tuhanmu yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan saja (QS. 55:26-27).
10
Salah seorang guru berkata bahwa
(mengatakan) ‘tidak ada Tuhan kelcuali Allah’ itu adalah tawhid-nya
orang kebanyakan. (Tawhid secara harfiah berarti tindakan menyatu. Di sini dan
di tempat lain biasanya diartikan sebagai tindakan menyatakan dan meyakini
keesaan hakiki Tuhan), sedangkan (mengatakan) “tidak ada Dia kecuali Dia”
adalah tawhid-nya golongan terpilih. Tetapi dia telah bersikap ceroboh dalam
penggolongannya itu, sebab dalam tawhid ada lima tingkatan.
(1).
Pertama “Tidak ada Tuhan Kecuali Allah” Tawhid-nya orang kebanyakan,
menyangkal adanya Tuhan lain selain Allah. Orang semacam ini adalah yang paling
awam dari yang awam
(2)
Di luar golonga ini ada golongan lain yang jika diperbandingkan dengan yang
pertama menjadi golonngan terpilih, meskipun mereka masih awam jika
diperbandingkan dengan golonga lin lagi yang tingkatannya lebih tinggi daripada
golonga awam (yang kedua).Tawhid mereka adalah “Tidak ada Dia kecuali Dia” yang
lebih tinggi dibanding yang pertama. Tingkatan golongan ini lebih tinggi, sebab
golongan pertama menyangkal bahwa yang selain Allah itu bukan Tuhan, melainkan
menyangkal semua identitas obyektif dalam kaitannya dengan identitas Tuhan, dan
mengatakan bahwa “ke Dia an” itu milik-Nya semata; tidak da yang lain yang
boleh dipanggil “Dia” karena semua “ke Dia an” berasal dari Nya. Dengan
demikian “ke Dia an” yang mutlak hanyalah milik-Nya.
(3)
Di luar mereka ada golongan lain yang tawhid-nya adalah mengatakan bahwa
“Tidak ada engkau kecuali Engkau.” Ini lebih tinggi daripada mengatakan “dia”
untuk Tuhan. “Dia” mengacu kepada orang ketiga, dan orang-orang ini menyangkal
semua “ke engkau an” dengan jalan mengungkapkan orang kedua yang diyakininya
sebagai eksistensi jalan mengungkapkan orang kedua yang diyakininya sebagai
eksistensinya sendiri. Mereka mengacu, tentu saja, kepada kehadiran (Tuhan).
(4)
Toh masih ada lagi golongan yang lebih tinggi; mereka mengatakan bahwa jika
seseorang dipanggil sebagai “engkau”, maka orang itu telah dipisahkan dari
identitas dari si pembicara, dan dengan demikian telah ditetapkan kegandaan.
Nah, kegandaaan itu jelas jauh sekali dari dunia keesaan. Orang-orang ini telah
kehilangan diri mereka, atau menganggap diri mereka hilang, dalam fenomenom
Tuhan. Merek mengatakan “tidak ada aku kecuali AKU.”
(5)
Yang lapng tinggi dari semuanya mengatakan bahwa “ke engkau-an”, “ke
aku-an” dan “ke dia-an” semuanya merupakan istilah yang terlalu berlebihan bagi
Esensi yang “Menghidupi Dirinya” itu. Mereka telah meneggeelamkan ketiga cara
pembicaraan itu ke dalam sasmudera penghapusan. Mereka telah menghancurkan
ungkapan-ungkapan dan mencabut semua acuan.
Dan segala sesuatu akan musnah, kecuali Dia (QS. 28:88)
Tingkatan orang-orang ini adalah yang tertinggi. Selama manusia tetap
mempertahankan hubungan dengan lingkup kemanusiaannya, mereka tidak akan dapat
mencapai lingkup Ilahiah, yang tidak ada lagi tingkatan setelah lingkup Ilahiah
ini, sebab lingkup ini tidak ada akhirnya.
Seorang sufi besar ditanya, “Apakah tasawuf itu?” Dia menjawab, “Awal
mulanya adalah Tuhan, dan akhirnya adalah tak terbatas.
Bab Kedua : Mengenai Ketentuan Bahwa Semakin Sadar Seseorang, Semakin
Sempurna Dia
11
Hadis Nabi yang termasyur menyatakan, “Allah tidak pernah menerima orang
yang bodoh sebagai sahabatnya.” Pemangku Hukum Agung itu (Rasul saw.), meskipun
telah sempurna, tetap diperintahkan untuk menambah pengetahuan, sebagaimana
Allah memerintahkannya untuk mengatakan “Tuhan, tambahlah pengetahuanku.” (QS.
20:114). Salah satu sabdanya yang bijaksana adalah : “Semoga tidak ada hari
dimana pengetahuan tidak bertambah.” Jika keadaan Rasul saja sudah sedemikian,
maka bagaimana seharusnya keadaan orang lain? Pengetahuan semacam itu, yang
diterima oleh orang yang tahu itu melalui wahyu, tidak harus berkenaan dengan
perceraian, perdagangan, perpajakan atau trasanksi, sebab yang semacam itu
adalah pengetahuan eksoterik. Ia harus berkaitan dengan pengungkapan
kondisi-kondisi Yng Mahakaya, Kebesaran Ilahi dan Tuhan, dan orang harus
mengetahui tataanan eksistensial, dunia malaikat dan misteri-misteri langit dan
bumi, sebagaimana difirmankan :
Katakanlah : “Yang menurunkan Al Quran itu adalah Yang mengetahui rahasia
langit dan bumi.” (QS. 25 : 6).
Dan mengetahui rahasia takdir, yang mengumumkannya dilarang, sebagaimana
hadis Nabi yang menyatakan : “Takdir adalah rahasia Tuhan, maka janganlah
mengumumkannya”. Orang-orang Sejati semuanya setuju bahwa menyebarkan rahasia
takdir menunjukan kekafiran. Lebih jauh lagi, tidak semua yang diketahui para
sufi itu diungkapkan supaya setia orang dapat memulai dengan (gagasan) bahwa keindahan
dan kebesaran keesaan itu terlalu hebat
untuk dimasuki oleh setiap orang atau untuk menjadi tujuan setiap pencari.
Hanya sedikit dan
hamba-hamba Ku yang tahu bersyukur (QS. 34 : 13).
12
Mengenai sifat manusia, dengan anggota-anggota tubuh yang banyak jumlahnya,
tidak lebih dari satu tempat yang patut mendapatkan cakrawala Ilahi.
“Tetapi hanya satu rumah
saja yang Kami dapati warganya terdiri dari orang-orang yang patuh kepada Allah.” (QS. 51:36)
Jadi, karena masalahanya didasarkan hanya pada keadaan jasmani satu
individu saja, dalam arti fakultas, anggota badan dan senyawa-senyawa tubuh
manusia yang banyak jumlahnya itu, tidak lebih dari sastu saja yang siap untuk
maju, maka kita harus membuat analogi dengan kondisi satu bangunan. Karena itu,
kata-kata sebaiknya disimpan.
Beris-baris berikut ini adalah ciptaanku sendiri :
Di susut reruntuhan itu ada banyak orang yang membaca rahasia-rahasia
catatan eksistensi.
Di samping buah apel dan
jeruk dari Roda Keberuntungan, mereka mengetahui hal-hal yang menakjubkan dan
mengendarai keledai.
13
Seseorang yang berpengathuan harus terus menerus mencari hal-hal yang baru
dn realitas-realitas serta puas dengan jumlah yang sesuai dengan alam
pikirannya. Husayn ibn Manshur Hallaj mengatakan, “Kasih sayang di antara dua
orang menjadi mendalam jika tidak ada rahasia yang tersimpan di antara
keduanya.” Oleh karena itu, ketika kasih sayang mencapai kesempurnaan, rahasia
dari segala ciptaan yang tersembunyi dan samar-samar tidak lagi tersembunyi.
Karena kesempurnaan mutlak manusia itu baginya berarti menyamai Tuhan, dan
karena pengetahuan yang sempurna itu adalah salah satu sifat Tuhan, maka
kebodohan berarti kekurangan dalam diri manusia. Dengan demikian, semakin sadar
seseorang akan realitas-realitas, semakin mulia eksistensinya, sebab kebodohan
itu selamanya tercela.
Bab Ketiga : Mengenai Kesenangan dan Cinta Manusia kepada Tuhan
14
Para ahli teologi dan massa dari mereka yang ahli dalam prinsip-prinsip
yurisprudensi menganggap bahwa tidaklah layak bagi manusia untuk mencintai
Tuhan, sebab “cinta” adalah suatu ungkapan yang menunjukan kecenderungan jiwa
kepada jenisnya sendiri.’ Dan Tuhan sama sekali tidak serupa dengan makhluk
ciptaan. Tetapi, keridhaan mengandung arti kepatuhan manusia kepada Tuhan.
Ahli kognini (orang-orang yang sadar), sebaliknya, menyetujui baik
keindahan maupun kecintaan manusia (kepada Tuhan), yang dengannya menurut
pendapat mereka keserupaan (homogenitas) itu tidak relevan, sebab manusia dapat
mencintai warna atau bentuk tanpa menjadi sejenis dengan warna atau bentuk itu.
Cinta kepada Tuhan tidak ada hubungannya dengan fakultas hewani, melainkan
lebih tepat dengan locus Ilahi, yang merupakan pusat misteri-misteri Tuhandam
diri manusia. Cinta seperti ini berkaitan dengan pengalaman intuitif (dzawaq).
Cinta, bagi suatu esensi (zat), adalah senang membayangkan kehadiran esensi
lain, di mana kekhususan tidak berperan sama sekali.
15
:Cinta” adalah suatu kata untuk kasih sayang yang telah melampaui
batas-batasnya, tetapi cinta dan kerinduan akan pupus jika obyek yang
diinginkan telah berhasil diperoleh. Karena itu, orang yang merindu tentu
memeproleh sesuatu dan sekaligus tidak mendapatkan sesuatu, sebab jika dia
telah memperoleh segala keindahan milik kekasihnya, dia tidak lagi akan
berhasrat. Jika dia sama sekali belum memperoleh atau belum melihat sesuatu,
maka hasratnya tidak akan timbul. Karena itu, orang yang merindu itu pasti
memperoleh sesuatu dan sekaligus belum memperoleh sesuatu. Ada kekurangan dalam
kerinduan sebab ada belum dicapainya.
16
Sedangkan mengenai wacana yang menegaskan kesenangan: “Kesenangan adalah
suatu ungkapan yang menunjukan pencapaian yang sempurna akan sesuatu, dan juga
menunjukan pengetahuan bahwa seseorang telah mencapainya. Jika sesuatu berhasil
dicapai dicapai dan orang yang mencapainya tidak menyadarinya, maka itu tidak
sempurna. Jika mata mencapai sesuatu secara sempurna, yaitu melihat hal-hal
yang menyenangkan, ia akan memahaminya dan menjadi senang. Indera pendengaran
juga menjadi senang jika mendengar suara-suara yang menyenangkan; indera
pencium menerima bau-bauan yang menyenangkan, dan demikian juga semua indera
lainnya. Jiwa rasional mencapai kesempurnaan jika sadar akan Tuhan dan mengenai
realitas. Maka, jika jiwa telah mencapai itu, kesempurnaannya yang tertinggi
adalah (ketika melihat) terbitnya “Cahaya Tuhan”. Ia mengambil bentuk melalui
kesepurnaan kebesaran Ilahi sehingga kesenangannya bahkan lebih bedar lagi
sebab persepsinya lebih mulia. Semulia-mulia hal yang dapat mempersepsi adalah
jiwa manusia, dan Tuhan adalah yang terbesar dari semua yang dapat
diketahui;karenanya, kesenangan manusia adalah yang peling sempurna dan paling
luas. Tetapi, orang yang impoten tidak mengenal senangnya bersebadan meskipun
dia mungkin mendengar bahwa manusia sangat menikmatinya. Benarlah kata oarng
tua, “Orang yang belum pernah merasakan, tidak akan mengetahui.”
17
Kata-kata ini adalah untuk membuktikan kesenangan dan cinta. Pada masa
hidup Junayd Ghulam Khalil, sekelompok ahli teologi dan ahli hukum mengumpat
Ikhwan At-Tajrid, dan mengeluarkan ketentuan hukum yang menyatakan bahwa Ikhwan
Al-Tajrid adalah bid’ah dan kafir. Ini mereka tetapkan melalui sakdi dan
dokumen. Juanyd tidak ikut terlibat selama sidang tersebut. “Pangeran Hati”
Abul Husayn Nuri, Kattani, dan Zaqqaq, bersama sekelompok sufi termasyhur,
dikumpulkan untuk menerima hukuman. Diceritakan dalam riwayat yang dapat
dipercaya bahwa ketika algojo sudah siap melaksanakan hukuman mati, Abul Husayn
Nuri mengajukan diri menjadi orang pertama yang akan dihukum dengan dibunuh.
Ketika ditanya mengapa, dia menjawab, “Aku ingin memberikan kepada
saudara-ssaudaraku waktu yang masih ku miliki.” Kata-kata ini disampaikan
kepada Khalifah, dan itu cukup membuat mereka dibebaskan. Sebelum itu Dzun Nun Mishri juga pernah difitnah, dan
Tuhan telah menyelamatkannya.
Bab Kesimpulan
18
Sesuatu yang dapt dibagi tidak akan benar-benar mengetahui, melalui
kognisi, apa-apa yang tidak bisa dibagi, sebab tindak kognisi itu dapat dibagi
pula; dan jika (tindakan) itu dapat dibagi, maka hal yang diketahui itu juga
harus bisa dibagi. (Husayn ibn) Manshur Hallaj berkata, “Seorang sufi tidak aka
menerima sesuatu pun, dan tidak akan diterima oleh apa pun; dia tidak dapat
dipotong atau dibagi-bagi.” Tepat pada akan disalib, dia berkata, “Tujuan ahli
ekstase adalah memisahkan Yang Esa dalam sepenuh keesaan.”
Mereka yang ingin merobek jaring laba-laba harus melepaskan sembilan belas
penjepit dari diri mereka sendiri; dari semuanya ini, yang lima adalah
penerbang yang dapat dilihat,dan yang lima lagi tersembunyi, yang dua adalah
para pejalan cepat yang tampak jelas gerakan-gerakan mereka, dan yang tujuh
melangkah begitu lambat sehingga gerakan mereka tidak terlihat. Sulit mengusir
semua penerbang ini dari diri kita, sebab setiap kali ingin terbang, para
penerbang itu sudah melesat mendahului dan mencegah gerakan kita. Di antara
semua penerbang itu, yang tersembunyi adalah yang paling sulit untuk
dienyahkan. Juga ada sebuah pulau di tengah-tengahnya, di sana terdapat
orang-orang yang berkaki ramping : setiap bergerak, mereka tiba-tiba
mengeluarkan kai-kai mereka dan meliliti leher mereka untuk mencegah meraka
agar tidak bergerak sehingga mereka tidak dapat mencapai “Air Kehidupan”
Saya pernah mendengar bahwa jika orang dapat naik kapal Nabi Nuh dan
mengambil tongkat Musa, dia akan selamat.
HIKAYAT : 9 KISAH
TENTANG KETERASINGAN DI BARAT
Sebagaimana Ibn Thufayl, Syaikh Al-Isyraq “Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi”
pun membuat tulisan tanggapan tentang kisah Hayy Bin Yaqzan, karangan Ibn Sina
(980 -1037), yang termuat dalam Kitb Hikayat-Hikayat Mistis, nya yang telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, terbitan Mizan – Bandung, yang kisahnya, sebagai berikut :
MUKADIMAH
Puji syukur hanya untuk Allah, Penguasa alam raya, dan Shalawat serta Salam
atas hamba-hamba-Nya yang terpilih, terutama junjungan kami Muhammad saw. Yang
Terpilih dan seluruh keluarga serta sahabatnya.
Ketika aku membaca kisah Hayy ibn Yaqzan, aku dikejutkan oleh kenyataan,
bahwa meskipun mengandung keajaiban-keajaiban kata-kata spiritual dan
ibarat-ibarat bermakna dalam, ia tidak mempunyai kedalaman yang dapat
menunjukan tahap terbesar, yaitu “bencana besar” yang termaktub dalam
kitab-kitab Ilahim terendap dalam lambang-lambang para filosof, dan tersembunyi
dalam cerita Salaman dan Absal, yang digabungkan oleh pengarang Hayy ibn
Yaqzan, yaitu misteri yang menjadi dasar bagi tingkatan-tingkatan para penganut
tasawuf dan kaum apokaliptik. Terungkapkan secara tak langsung dalam Hayy ibn
aqzan pada bagian akhir buku, dimana dikatakan : Kadang-kadang kesendirian
tertentu yang terjadi pada orang berpindah kepada-Nya, dan sebagainya. (Kata-kata selanjutnya adalah : Begitu
banyak yang Dia berikan pada mereka untuk dijadikan pengalaman, sehingga mereka
menunduk karena limpahan karunia-Nya. Dia membuat mereka sadar akan keadaan
menyedihkan dari keuntungan-keuntungan iklim bumimu. Dan ketika mereka akembali
dari istana-Nya, mereka kembali dengan membawa banyak karunia mistik).
Karena itu aku ingin mengemukakan sebagian dari hal-hal ini dalam bentuk sebuah
cerita, untuk sebagian dari saudara-saudara kami yang tercinta, dan aku
menamakannya “Kisah tentang Keterasingan di Barat.” Dan hanya kepada Allah
jualah aku mempercayakan apa yang aku inginkan.
KISAH DIMULAI
Ketika aku berkelana dengan saudaraku Ashim (Ashim (penjaga) adalah fakultas spekulatif, yang hanya dimiliki oleh
jiwa, bukan raga. Ini didasarkan atas fakta bahwa ‘ashim adalah yang menjaga
agar tidak masuk ke tempat yang berbahaya dan agar tak terjatuh dalam
kesalahan) dari Wilayah Transoxania (Dunia
halus), ke negeri barat (dunia materi
(hayula) yang hubungannya dengan dunia halus adalah suatu penyelubungan
kegelapan), untuk memburu segerombolan burung di pantai Laut Hijau (Laut Hijau adalah hal alam kasat indera,
dimana kita pergi mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang kasat indera dan
memahami kesempurnaan kita sendiri, serta melangkah dari sana menuju akal
kebiasaan (‘aqli malakat) dan dari akal kebiasaan menuju akal yang bermanfaat
(‘aqli-mustafad), tiba-tiba kami sampai di sebuah kota “yang penduduknya
jahat” (QS.4:75), yaitu kota Kairouan (Kairouan
adalah dunia ini. Yang dimaksudkannya dengan si jahat adalah orang-orang dunia
ini, dunia pertentangan, karena pertentangan tidak akan timbul tanpa adanya
peperangan, dan peperangan tidak akan timbul tanpa adanya kejahatan).
Ketika oran tau kami tiba-tiba mendatangi mereka, kami sebagai putra-putra
dari orang yang dikenal sebagai Al-Hadi ibn Al-Khayr Al-Yamani (Al-Hadi (pemandu) adalah asal pertama,
dengan Al-khayr (yang baik) adalah akal universal, sebab keduanya ini
merupakan sarana bagi petunjuk dan kebaikan), mereka mengelilingi kami dan
menahan kami dengan belenggu besi
(Belenggu dan ikatan itu dalah tubuh) dan memenjarakan kami di dasar sebuah
lubang yang dalamnya tak terukur (lubang
adalah dunia yang gelap ini). Di atas ‘sumur yang tak digunakan’ini,(QS.22.45) yang dibangun karena
kedatangan kami, sebuah ‘istana yang tinggi’ (QS.22.45) yang memiliki banyak menara. (istana yang tinggi adalah jiwa-jiwa yang diciptakan sebelum
benda-benda (angkasa) dan orbit-orbit. Menara adalah sfera langit).
Selanjutnya kami diberitahu,
‘Kalian boleh naik ke istana itu pada malam hari, tetapi menjelang pagi kalian
harus masuk kembali ke “dasar lubang” itu. (pada malam hari kita dapat naik ke
dunia Halus melalui mimpi, dan melihat bentuk-bentuk dari hal-hal yang dapat
dimengerti. Karena indera-indera mati pada waktu tidur dan tiak ikut campur,
maka kita menjadi mudah menerima. Tetapi pada siang hari, ketika terjaga, kita
tidak mungkin berpikir akan melakukan hal semacam itu, dikarenakan campur
tanagan indera; maksudnya, dalam keadaan mati, kita dapat mencapai dunianya
hal-hal yang dapat dimengerti, sedangkan tidur adalah kematian yang kedua,
sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran : Allah mencabut jiwa setiap orang pada
sat kematiannya, dan membungkam jiwa orang yang belum mati pada waktu
tidurnya,” (QS. 39:42).
Di dasar lubang itu ada
“berlapis-lapis kegelapan. (QS.12:10 :lubang itu adalah tempat Yusuf dibuang
oleh abang-abangnya yang iri). Ketika kami menjulurkan tangan, kami hampir saja
tidak dapat melihatnya. (variasi QS.24:40), Tetapi, pada malam hari kami naik
ke istana itu dan melihat kekosongan, dengan jalan mengintip lewat sebuah
jendela kecil. Kadang-kadang burung-burung merpati mendatangi kami dari singgasana
Yaman yang indah untuk menceritakan kepada kami tentang keadaan tempat tinggal
Sang Tercinta. Kadang-kadang cahaya kilat Yaman mengunjungi kami, berkedip dari
timur, di sisi kanan, (QS.19:52, 20:80) dan memberitahukan tentang jalan-jalan
raya di Nejd; dan hembusan angin yang beraroma arak (Arak adalah sebuah pohon
yang akarnya pahit. Cabang-cabangnya yang wangi digunakan untuk pasta gigi)
membuat kami semakin ekstatis, (Dia mengemukakan semua ini dengan gaya Arab,
sebab mereka menyinggung-nyinggung sang tercita dengan jejak-jejak lokasi
tenda, angind dan harum bunga. Yang dimaksudkannya adalah bahwa pada wakttu
tidur kita dapat melihat hal-hal yang bersifat spiritual dan bentuk-bentuk yang
dapat dimengerti yang ada di dunia ruh, sebab indera telah mati). Maka kami
jadi merana merindukan tanah air kami. (Yaitu, kita pun berasal dari dunia
itu).
Demikianlah keadaan kami,
naik pada malam hari, dan turun pada pagi hari, ketika kami melihat burung
hoope (Burung hoope adalah fakultas inspirasi (ilham)), masuk melalui jendela
kecil dan menyampaikan salam pada malam hari di saat bulan purnama. (yang
dimaksud malam bulan purnama adalah bahwa kita terbebas dari kotoran alam
(nature) dn asap yang merusak). Di paruhnya ada sepucuk surat yang dikirmkan
dari ‘sisi’ kanan lembah ((Dunia halus disebutnya berada di sebelah kanan
lembah. Di manapun (kata-kata) “kanan” (yamin) dan “kebahagiaan” (Yumn)
dikemukakan, inilah yang mereka maksudka.
Dunia yang lebih rendah disebutnya yang “kiri”) di padang yang
diberkahi, dari pohon. (QS.28”30).
Dia berkata kepada kami,
“Aku akan membebaskan kalian”. Aku datang dari Syeba dengan membawa kabar,
(Dari syeba dengan membawa berita, yaitu dari keraguan ke pengetahuann yang
pasti), dan kabar itu dijelaskan dalam surat ini dari ayah kalian.
Kami membaca surat itu, yang
isinya : “Dari Al-Hadi ayah kalian, dan :Dengan nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Penyayang.” (QS.27:30, pembukaan surat Raja Sulaiman yang dikirmkan oleh
burung hoope kepada Ratu Syeba), kami telah (berusaha) membuat kaliam
merindukan (kami), tetapi kalian tidak merindu. Kami telah memanggil kalian,
tetapi kalian tidak datang. Kami telah menunjuk jalan pada kalian, tetapi
kalian tidak mengerti.’ Dan dia menunjukku dalam suratnya, ‘Jika kamu ingin
dibebaskan bersama saudaramu, (Saudaramu adalah akal spekulatif, pemandu
(‘ashim)), segeralah pergi. Berpeganglah pada tali kami, yaitu ekor naga (Ekor
naga, (jawzahr) adalah salah satu dari kedua titik bulan, pada waktu terjadi
gerhana) dari dunia suci yang menguasai wilayah-wilayah gerhana bulan. (Alam
gerhana adalah dunia praktik kezuhudan). Jika kamu sampai di lembah semut
(lembah semut adalah sifat irihati – Lembah semut berasal dari pertemuan
Sulaiman dengan ratu semut, liat QS. 27.186) goyangkan bajumu (yaitu sibakan rintangan
dari bajumu) dan katakan, “Terpujilah Tuhan yang telah memberikan kehidupan
padaku setelah membuatku mati!” dan “di tangan-Nyalah kebangkitan itu”.
(QS.67.15). Selanjutnya lenyapkanlah keluargamu dan bunuhlah istrimu (istri
adalah nafsu birahi), sebab “ “dia akan menjadi salah seorang yang tertinggal
di belakang” (kata-kata ini mengacu pada istri Luth QS.29:31) dan 15:60).
Pergilah ke mana pun kami diperintahkan, “sebab sisa terakhir dari orang-orang
itu akan ditinggalkan pada pagi hari” (Kata-kata itu mengacu pada umat Luth,
para penduduk Sodom dan Gomorrah QS 15:66). Naiklah ke kapal dan katakan
“Bismillah” ketika ia bergerak maju dan ketika ia berhenti” (Kata-kata yang
diucapkan Nuh ketika melayarkan kapalnya, QS.11:41).
Dia menjelaskan di dalam surat
itu segala sesuatu yang akan terjadi di perjalanan. Kemudian si burung hoope
(ilham) pergi. Matahari sudah berada di atas kepala kami ketika kami mencapai
ujung kegelapan (“Matahari berada di atas kepala kami” berarti bahwa kehidupan menjadi ciut, dan
formanya berubah ketika kita mencapai tepian bayang-bayang, yaitu materi yang
akan dilepaskan dari forma. Sebagai bukti bahwa yang dimaksudkannya dengan
“matahari” dan “bayang-bayan” adalah materi dan forma, bandingkan dengan
(QS.25:45) : Tidakkah engkau perhatikan kekuasaan Tuhanmu, bagaimana Dia
memperpanjang atau memperpendek bayang-bayang yang ditimbulkan matahari? Jika
Dia mau, niscaya dijadikan-Nya bayang-bayang itu mantap. Kemudian Kami jadikan
matahari sebagai bukti, sumber penyebab bayang-bayang itu. Kemudian kami
lenyapkan bayang-bayang itu perlahan-lahan dengan menampilkan sinar matahari,
yaitu jika matahari tidak tampak, jika forma tidak mewujud, maka bayang-bayang
ini, atau materi, tidak akan memiliki kedudukan mental eksisstensi, yaitu ia akan
menjadi benda yang non-eksistensi). Kami menaiki kapal, dan kapal berlayar ‘di
antara gelombang setinggi gunung, ((QS. 11.42), dan kami ingin pergi ke Gunung
Sinai untuk mengunjungi pertapaan ayah kami. Gelombang memishakan aku dari
anakku, (Putra adalah jiwa hewani (ruh-i hayawani) yang tenggelam), dan ‘
anakku menjadi salah seorang yang tenggelam. (QS.11:43) tentang seorang pemuda
yang kadang-kadang ditafsirkan sebagai putra Nuh). Aku menyadari bahwa ‘
ramalan orang-orangku akan dihukum, akan menjadi nyata di pagi hari. Tidakkah
pagi sudah dekat, ((QS.11:81) lagi-lagi tentang umat Luth; Pagi-pagi sudah
dekat adalah penyatuan dengan jiwa khusus dan universsal). Aku juga menyadari
bahwa ‘kota yang dipenuhi kejahatan-kejahatan kotor (kota adalah mikrokosmos;
(QS.21:74, tentang Sodom dan Gomorrah), itu akan dibuat jungkir balik
(QS.11:82) dan bebatuan dari lempung yang dibakar ((QS.11:82), akan ditumpahkan
ke arahnya. (penyakit, wabah dan hal-hal yang dibenci dari fakultas-fakultas
yang jahat seperti sifat sombong, tamak dan iri hati).
Ketika kami mencapai tempat
di mana gelombang-gelombang itu beradu dan air bergulung-gulung, aku menarik
inang penyusu yang telah menyusuiku, dan melemparkannya ke laut. (Yiatu ketika
kita sampai kesebuah tempat, dimana gelombang bergolak aku meneggelamkan jiwa
bersamaku (ruh i thabi’i) yaitu aku melampauinya juga).
Karena kami sedang berlayar
dengan sebuah kapal ‘yang terdiri atas papan dan paku’, (yaitu kita masih
bersama tubuh kita ; QS.54:13), kami membuka paksa kapal itu (bandingkan dengan
QS.18:71, kisah tentang Khdir dan Musa) karena takut seorang raja (Sang Raja
adalah Malaikat kematian), di belakang kami akan mengambil setiap kapal dengan
kekerasan ((QS.18:79) dari penjelasan Khidir
tentang alasannya mesukap kapal).
Lalu bahtera kami yang penuh
muatan itu membawa kami ke Pulau Gog dan Magog di sebelah kiri Gunung Judi.
(yaitu dalam keadaan ini, pemikiran-pemikiran yang merusak dan kecintaan akan
dunia berkecamuk dalam khayalan; Gunung Judi, Gunung dimana kapal Nuh berlabuh
(QS.11.44) padanan Islami untuk ararat).
Di situ ada bersamaku Jin
(Jin adalah fakultas khayalan-khayalan dan pikiran), yang bekerja untuk ku.dan
aku berkuasa atas sebuah sumur yang berisi kuningan yang meleleh.
(kearifan/hikmah). Aku berkata kepada jin itu, “Tiuplah sampai ia menjadi
seperti api (QS.18:96; kata Dzul Qarnayn kepada jin yang sedang membangun
bendungan untuk mencegah masuknya Gog dan Magog). Kemudian aku membuat sebuah
bendungan agar aku terpisah dri mereka. Dan “perhitungan Tuhan itu benar”
(QS.18”98, kata Dzul Qarnayn yang meramalkan janji Tuhan untuk emnghancurkan
bendungan itu menjadi debu).
Aku berkelana di wilayah
itu. Di jalan aku melihat tengkorak Ad dan Tsamud, (tengkorak menggambarkan
nila kerendahan dunia ini), hampir di atas tahta mereka ((QS.22:45).
Aku mengambil “dua
tunggangan” (Kedua tunggangan itu adalah jiwa yang cenderung (pada kejahatan)
(QS.12:53) dan jiwa yang menyalahkan dirinya sendiri (QS.75:2) bersama dengan
motivasi dan seleranya. Keduanya bisa dianggap berasal dari fakultas estimatif
(wham) dan imajinasi retentif (khayal), (Kata tsaqalayn (QS.55:31) biasanya
ditafsirkan sebagai umat manusia dan jin), Bersama dunianya dan menempatkan
mereka, bersama dengan jin, ke dalam botol bulat kecil (botol kecil, adalah otak,
sumber jiwa manusia (ruh-nafsani) yang pertumbuhannya berasal dari ego (man)),
yang telah ku buat yang di atasnya ada garis-garis seperti lingkaran
(Garis-garis adalah urat-urat dan rongga-rongga, yang menyerupai lingkaran).
Aku memotong sungai-sungai
(yaitu fakultas gerak, yang berada di dalam otak (dan bekerja) melalui pembuluh
darah, selaput dan otot), dari hati langit (langit adalah kepala), dan ketika
airnya diputuskan dari penggilingan, bangunannya hancur berkeping-keping dan
menghilang di udara yang tipis (yaitu aku telah meninggalkan jiwa manusiawi).
Lalu aku meleparkan dunianya dunia ke langit, sampai matahari, bulan, serta
bintang-bintang hancur (Yaitu, jiwa yang cenderung pada kejahatan, jiwa alamiah
dan jiwa manusiawi, dibuat seperti fakultas-fakultas lainnya, yang tinggal
hanya fakultas-fakultas tertentu, seperti fakultas praktis dan spekulatif).
Selanjutnya aku diselamatkan
dari empat belas peti mati dan sepuluh kuburan (14 peti mati adalah 14
fakultas, 10 kuburan adalah indera eksternal dan internal. Yang 14 itu dapat
dikemukakan sebagai berikut : atraktif, retentif, digetif, ekspulsif, nutritif,
generatif, mormatif, augmentatif, pemberang dan nafsu birahi, dan empat humour
(panas, dingin, kering, basah), dari sini muncul bayangan Tuhan untuk mensucikan
aku, “suatu hal yang mudah” ((QS.25:46), setelah membuat “atahari terbit”
((qs.25:47).
Aku menemukan jalan Tuhan,
dan menyadari bahwa “inilah jalanku” ((QS.6 : 154).
Saudara perempuan (Saudara
perempuan adalah materi benda-benda dunia yang tetap berada di dunia yang
gelap, yang dapat dipisahkan dari forma, yang dianggapnya sebagia penyebab
demam dan mimpi buruk, yaitu jangka waktu ketika tidak dipisahkan. Maksudnya,
aku pun telah meninggalkan materi dunia ini), dan keluargaku mengidap “penderitaan
yang sangat berat sebagai hukuman dari Tuhan” (QS.12.107), di malam hari, dan
dia menghabiskan sebagian malam itu dalam kegelapan; dia mengalami demam dan
mimpi buruk, sehingga dia merasakan sakit kepala yang hebat.
Aku melihat sebuah lampu
(Lampu adalah akal aktif, yang mengelola dunia ini. Ia disebut aktif karena
banyak tindakan yang lahir darinya, tidak seperti akal langit, yang melahirkan
hanya satu tindakan), yang berisi minyak (Minyak yang dihasilkan darinya adalah
kekuatan penghidupan benda-benda jasmaniah, yang merupakan kerajaan). Lampu itu
memancarkan cahaya ke seluruh bagian rummah. Ia menerangi ceruk, dan
penghuninya disinari cahaya matahari (Kosa kata diambil dari QS.24:35).
Aku meletakkan lampu itu di
mulut seekor naga (Yaitu aku melepaskan akal aktiff, yang mengelola dunia ini,
atas unsur-unsur dunia ini. Bukti untuk ini adalah bahwa dia mengatakan
“tinggal” : meskipun unsur-unsur dunia ini berputar, mereka tidak memiliki
bentuk melingkar (melainkan tetap/tidak bergerak), yang berada di dalam menara
kincir air (Menera kincir air adalah langit yang berputar seperti roda; Dalam
astronimo kincir air itu adalah Aquarius), yang di bawahnya terbentang laut
Clysma (Laut Clysma adalah perairan di bawah langit), dan di atasnya ada
bintang-bintang, dan asal usul cahayanya hanya diketahui oleh Sang Pencipta dan
mereka “yang mendalam pengetahuannya” ((QS.3.57). Aku melihat singa (Singa
adalah tanda zodiak Leo), dan banteng (Banteng adalah tanda zodiak Taurus,
simbol kesejahteraan, yang mencerminkan motif artistis Iran tradisional
darogir, singa dan banteng yang terlibat dalam pertempuran), telah lenyap
(Meskipun nama-nama yang terpisah tetap ada, yang dimaksudkannya adalah bahwa
dia telah mencapai dunia ketunggalan (‘alam-i mufradat), di mana karena segala sessuatu
memiliki satu sifat (nature), maka di situ tidak ada pertikaian, seperti antara
singa dan banteng), dan busur (busur adalah tanda zodiak Sagitarius, si
Pemanah), serta kepiting (Canser), telah terlipat di dalam putaran sfera-sfera
(yaitu, tidak ada kejahatan, keduanya ini adalah ibarat untuk kejahatan).
Timbangan (Zodiak Libra) tetap seimbang ketika bintang Yaman (Bintang Yaman
adalah Canopus (suhayl), bintang yang sangat menonjol dalam adat dan
penegetahuan timur (estern lore), muncul (yang dimaksud adalah Jiwa Universal)
dari balik awan yang bergumpal-gumpal (yaitu akal dan jiwa dari balik
bentuk) yang terdiri atas apa yang akan
dipintal laba-laba di sudut-sudut dunia elemental di alam kelhairan dan kehancuran.
Kami bersama domba (domba
wekali rasa takut ), domba itu kami tinggalkan di tengah belantara. Mereka
dihancurkan oleh gempa bumi, dan amukan api membakar mereka.
Ketika jarak telah
terlewati, dan jalan-jalan telah dilalui, dan “keran telah di tuangkan” ( QS.
11.40, tanda untuk awal banjir besar), aku melihat tubuh-tubuh suci. Aku
bergabung dengan mereka dan mendengar suara serta cara-cara mereka, yang aku
pelajari untuk ku nyanyikan, tetapi suara itu tidak enak di telingaku
seolah-olah itu adalah rantai yang sedang diseret melewati batu granit. Anggota
tubuhku hampir tercabik berkeping-keping, dan tulang-tulang sendiku hampir
rontok akibat kesenangan yang aku alami. Peristiwa itu terus berulang-ulang
sampai awan-awan bertebaran, dan selaput terkoyak (Yaitu selubung telah
diangkat).
Aku meninggalkan gua dan
lubang-lubang besar itu, dan turun dari kamar-kamar, berjalan menuju mata air
kehidupan. Aku melihat batu besar di puncak bukit yang mirip gunung tinggi. Aku
bertanya pada ikan ((yaitu jiwa-jiwa tertentu yang telah mencapai tempat
tinggal mereka), yang berkumpul di dalam mata air kehidupan dan
bersenang-senang di bawah bayangan gunung yag menjulang tinggi, apakah tanjung
itu dan apakah batu besar itu.
Salah seekor ikan itu
berenang ke laut (yaitu dalam pengetahuna (ilm), menggali terowongan ((QS.18:61)
suatu rujukan kepada ikan kering yang menjadi hidup dan berenang ketika
dijatuhkan oleh pelayan Musa (Yusya) pada waktu mereka mencari “Pertemuan dua
laut” di mana mereka bertemu dengan “hamaba Tuhan Yang Saleh” yang ditafsirkan
sebagai Khidir di Mata Air Kehidupan). Ia berkata, “Itulah yang kami cari” (QS.
18:64; kata-kata Musa kepada Yusya ketika diberitahu tentang hidupnya kembali
ikan itu), dan gunung itu adalah Gunung Sinai (yaitu sfera-sfera). Batu itu
adalah sel ayahmu (Sang Ayah adalah akal universal). Apakah ikan-ikan itu? Aku
bertanya. Ia menjawab, “Makhluk sejenismu : kalian adalah putra-putra dari satu
orang ayah. Mereka diwijudkan sebagaimmana kamu, jadi mereka adalah
saudara-saudaramu.”
Ketika aku mendengar dan
ssadar, aku memeluk mereka dan begirang hati karena mereka, dan mereka
bergirang hati karena aku. Aku menaiki gunung itu dan melihat ayah kami,
seorang tua (jiwa universal), yang berkat kecemerlangan cahayanya, langit dan
bumi hampir terkuatk. Aku bingung dan takjub karenanya. Aku berjalan ke
arahnya. Dia menyalami ku, lalu aku menjatuhkan diri di hadapannya, dan hampir
lenyap akibat pancaran cahayanya.
Aku meratap sesaat dan
mengeluh padanya mengenai penjara Kairouan. Dia berkata padaku, “itu bagus.
Kamu telah bebas. Tetapi kamu harus kembali ke penjara barat, sebab kamu belum
melepaskan ikatan-ikatanmu seluruhnya” ((Yaitu kamu telah datang demi pemikiran
(fikr) dan inspirasi (ilham), tetapi masih ada sisa-sisa ikatan dalam dirimu ).
Ketika aku mendengarnya mengatakan ini, aku kehilangan akal, menangis dan
mengerang bagaikan orang yang melihat kehancurannya telah hadir di hadapan
matanya. Aku memohon padanya, tetapi ia berkata, “Adalah penting bagimu untuk
kembali sekarang, tetapi aku akan memberimu kabar yang menyenangkan tentang dua
hal : Pertama, jika kamu kembali ke penjara, kamu akan bisa mendatangi kami dan
naik ke surga kami dengan mudah kapan saja kamu kehendaki; Kedua : pada
akhirnya kamu akan dibawa ke hakadapan kami dengan meninggalkan negeri-negeri
barat untuk selama-lamanya”.
Aku senang sekali mendengar
perkataannya. Lalu dia berrkata padaku, “Ketahuilah, bahwa ini adalah Gunung
Sinai. Di atas ini adalah Gunung Sinin, di mana ayahku, kakekmu (Yaitu akal
universal dan asal usul (emanation). Dia tidak menikah sebagaimana yang
dikatakan orang bodoh, sebab mereka tidak memiliki hasrat badaniah dan tidak
rentan terhadap analisis sintesis), tinggal. Aku berlaku sebagai penghubungnya,
sebagaimana kamu berlaku sebagai penghubung ku (QS.28:88). Kita memiliki nenek
moyang lain, sampai garisnya sampai apda raja yang menjadi leluhur agung yang
tidak mempunyai ayah atau kakek. Kita semua adalah hamba-hambanya. Kita
mengambil cahaya darinya, dan merupakan tiruannya. Dia adalah kemuliaan yang
terbesar, milik-Nya lah kemuliaan yang tertinggi dan cahaya yang terkuat. Dia
berada di atas terejawantahkan dalam segala sesuatu, dan “segala seuatu musnah
kecuali wajah-Nya” ((QS.28:88).
Aku tengah asyik
mendengarkan kisah ini ketika keadaanku berubah, lalu aku jatuh dari udara ke
sebuah tempat yang rendah di antara orang-orang yang tidak percaya. Aku menjadi
narapidana di wilayah barat. Tetapi di dalam diriku tersimpan kesenangan yang
tidak dapat aku jelaskan. Aku mengerang dan merapat penuh penyesalan karena
terpisahkan, dan kenyamanan itu hanyalah impian yang cepat berlalu.
Semoga Tuhan menyelamatkan
kami dari cengkeraman alam (nature) dan ikatan-ikatan materi. Katakanlah, “Puji
syukur hanya kepada Tuhan! Dia akan menunjukan padamu tanda-tanda-Nya, dan kamu
akan mengenali tanda-tanda itu; dan Tuhanmu tidak lalai akan apa yang kamu
lakukan (QS.27:93). Dan katakan “Terpujilah Tuhan! Tetapi sebagian besar dari
mereka tidak mengerti” (QS.31:25). Shalawat dan salam tertuju kepada Nabi-Nya
dan seluruh keluarganya.
0 comments:
Posting Komentar
Sialhkan komen dengan bijak, cerdas, mencerahkan dan santun