Mengelola Keteraturan Suasana Kelas
Maret 04, 2024 | No Comments |
Maret 04, 2024 | No Comments |
1. Tarbiyah
Istilah tarbiyah menurut pendukungnya berakar pada tiga kata. Pertama, kata raba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabba-rabiya-yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al-Rab yang mempunyai akar kata yang sama dengan kata tarbiyah berarti menumbuhkan atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.
Makna dasar istilah-istilah tersebut (rab, rabiya dan rabba) tidak secara alami mengandung unsur-unsur esensial pengetahuan, inteligensi dan kebijakan, yang pada hakikatnya merupakan unsur- unsur pendidikan sebenarnya. Menurut al-Jauhari kata tarbiyah dan beberapa bentuk lainnya sebagaimana diriwayatkan oleh al-Asma'i berarti memberi makan, memelihara, mengasuh; yakni dari kata ghadza-yaghdzu. Makna ini mengacu kepada segala sesuatu yang tumbuh seperti anak-anak, tanaman, dan sebagainya.8 Pada dasarnya memang tarbiyah berarti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memlihara membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan. Penerapannya dalam bahasa Arab tidak hanya terbatas pada manusia saja, tetapi meluas kepada spesies-spesies lain dan medan-medan sematik lainnya, untuk mineral, tumbuh- tumbuhan dan hewan9. Karena tarbiyah sebagai sebuah istilah dan konsep yang dapat diterapkan untuk berbagai spesies, maka menurut Naquib al-Attas, ia tidak cukup cocok untuk menunjukkkan pendidikan dalam arti Islam yang dimaksudkan hanya untuk manusia saja.
Februari 26, 2024 | 1 Comment |
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pendidikan di Indonesia yang diwakilkan dengan kurikulum yang telah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tahun belakangan ini, hampir semua sekolah, khususnya Sekolah Dasar di Kota Singkawang sudah menerapkan kurikulum 2013, yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran yang lebih berkualitas. Akan tetapi perubahan kurikulum serta program pembelajaran seakan-akan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung, suasana kelas nampak tegang dan membosankan. Guru sibuk menyampaikan materi tanpa mau tahu tentang siswanya paham atau tidak. “Paham tidak paham asal materi habis dan urusan menjadi beres”. Kebanyakan guru dalam mendidik selalu monoton atau tidak melakukan variasi-variasi. Banyak guru-guru yang “Gagap Teknologi” sehingga kurang mampu menggunakan media dalam proses pembelajaran.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran yang dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Fungsi media pendidikan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat peraga bagi guru, melainkan pembawa pesan-pesan informasi dan pesan-pesan pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik.
Apabila guru dengan kreativitasnya mau mengembangkan kualitas pembelajarannya, internet sebagai penghubung teknologi informasi di seluruh dunia telah memberikan beberapa solusi dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui internet, guru dapat mengetahui bahwa pada saat ini banyak bermunculan pendidikan yang variatif karena pendidikan diperkaya dengan alat dan media yang serba canggih. Agaknya kemajuan teknologi yang dialami oleh dunia pun mempengaruhi pendidikan. Tidak sedikit pendidikan yang memanfatkan media elektronik dalam proses belajar mengajar. Ada yang memanfaatkan media dari segi pendengarannya saja atau lebih akrab disebut audio, ada pula yang memanfaatkan untuk melatih dan menarik pandangan siswa disebut visual, dan adapula yang memanfaatkan keduanya yakni media audiovisual. Penulis mengerucutkan pembahasan hanya pada media yang merangsang pendengaran dan penglihatan yakni media audiovisual.
Khusus media audiovisual, ada sebuah program atau aplikasi yang menarik perhatian penulis sebagai guru, yaitu “whiteboard animation” yang menawarkan program video animasi bergerak pada papan tulis. Aplikasi ini diharapkan mampu menarik perhatian sekaligus memfasilitasi tipe-tipe belajar peserta didik.
PEMBAHASAN
A. Pengertian audio visual
Media audiovisual adalah media yang mampu merangsang indra penglihatan dan indra pendengaran secara bersama-sama, karena media ini mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Djamarah, 2006: 124). Media audiovisual adalah media yang bersifat dapat didengar dan dilihat (Soendojo Dirdjosoemarto, 2000: 19).
Media Pembelajaran Audiovisual adalah satu unit media pembelajaran elektronik yang secara bersama-sama menampilkan auditif (pendengaran ) dan visual ( penglihatan ) sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan – bahan pelajaran yang disampaikan guru kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga bahan-bahan Audio-Visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
B. Bentuk-bentuk Media Audio Visual
Berbicara mengenai bentuk media, Djamarah (2006: 125) menyatakan bahwa media memiliki bentuk yang bervariasi, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan jenisnya. Media audio visual diklasifikasikan menjadi delapan kelas, antara lain :
1. Media audio visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media audio pada umumnaya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya.
2. Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.
3. Media audio semi gerak contoh, telewriter, mose, dan media board.
4. Media visual gerak contoh, film bisu
5. Media visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan, dan sebagainya
6. Media seni gerak
7. Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya
8. Media cetak contoh, televisi
C. Karakteristik Media Audio- Visual & Jenis-jenisnya
Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media audiovisual mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
4. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai
Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
Lebih lanjut Djamarah (2006: 125) menyatakan bahwa karakteristik media Audio-Visual adalah memiliki unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua yaitu media audio dan visual.
Media Audio-Visual terdiri atas :
1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti :
a. Film bingkai suara (sound slide)
b. Film Rangkai bersuara (Film Strip)
c. Halaman bersuara
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti :
a. Film suara
b. Video / VCD
c. Film Televisi
d. Film Gelang (Loop Film)
D. Kelebihan & Kelemahan Media Audio-Visual
Beberapa Kelebihan atau kegunaan media Audio-Visual pembelajaran sama dengan pengajaran Audio & visual yaitu:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka)
2. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
a. Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model.
b. Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar.
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed photografi.
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal
e. Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll.
f. Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat divisualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
Menurut Oemar Hamalik sebagaimana yang dikutif oleh Asnawir menyatakan bahwa audio visual yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dapat menarik siswa
2. Benar dan autentik
3. Up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan
4. Perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar
5. Kesatuan dan sequence nya cukup teratur
6. Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.
Adapun langkah-langkah pemanfaatan audio visual dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Audiovisual harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hubungan audio dengan tujuan pembelajaran. audiovisual untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep. Seperti konsep jujur, sabar, demokrasi dan lain-lain. audiovisual untuk tujuan psikomotorik dapat digunakan untuk memerlihatkan contoh suatu keterampilan yang harus ditiru. Misalnya keterampilan gerak karena media ini mampu untuk memperjelas gerak dan memperlambat atau mempercepatnya. audiovisual paling tepat bila digunakan untuk mempengaruhi sikap emosi.
2. Guru harus mengenal audiovisual yang tersedia dan terleih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.
3. Sesudah audiovisual dipertunjukkan perlu diadakan diskusi, yang juga perlu disiapkan sebelumnya.
4. Adakalanya audiovisual tertentu dapat diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu.
5. Sesudah itu dapat di test berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari audiovisual itu.
Kelemahan audio visual adalah terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Sehingga peran kreativitas guru untuk mengolah perhatian peserta didik yang telah dirangsang oleh media audio visual sangatlah penting. Guru harus bisa mengaitkan materi yang dibahas melalui media audio visual dengan kegiatan yang menarik, misalkan mempraktekkan atau belajar secara kelompok, maupun praktek di luar kelas. Sehingga motivasi ataupun perhatian peserta didik yang telah timbul dengan rangsangan media audio visual tidak sia-sia.
E. Pengertian dan Manfaat dari “Whiteboard Animation” dalam Proses Pembelajaran
Dari pemaparan pada poin-poin sebelumnya, dapat kita ketahui apa yang dimaksud dengan media audio visual, bentuk-bentuknya, karakteristik dan jenis, serta kelebihan dan kekurangan dari media audio visual. Pada poin ini akan dibahas mengenai apa yang dimaksud dengan “Whiteboard Animation” beserta manfaat-manfaatnya.
1. Pengertian “Whiteboard Animation”
Dalam wikipedia disebutkan bahwa: “Video Scribe is software for creating whiteboard animations automatically. It was launched in 2012 by UK company Sparkol. By October 2013 it had more than 100,000 users”. Arti dari pernyataan di atas adalah “Videoscribe adalah software yang bisa kita gunakan dalam membuat design animasi berlatar putih dengan sangat mudah. Software ini dikembangkan pada tahun 2012 oleh sparkol ( Salah satu perusahaan yang ada di Inggris ). Dan tepat setahun setelah dirilis dan dipublikasikan, software ini sudah mempunyai pengguna sebesar 100.000 orang lebih”.
Lebih lanjut lagi, wikipedia menyatakan “Whiteboard animation is a process where a creative story and storyboard with pictures is drawn on a whiteboard (or something that resembles a whiteboard) by artists who record themselves in the process of their artwork. “Whiteboard Animation” adalah suatu proses dimana sebuah cerita kreatif dan cuplikan-cuplikan gambar yang di gambarkan pada sebuah papan tulis atau benda lainnya yang menyerupai papan tulis oleh seorang penyusun yang merekam dirinya sendiri dalam proses penyusunan kreativitasnya.
Whiteboard animation adalah media komunikasi yang dibuat oleh si pengirim kepada penerima tanda melalui simbol-simbol yang ada di whiteboard animation. Dengan adanya simbol-simbol seperti kata-kata, kalimat disertai gambar dan audiovisual akan membantu penerima tanda dengan mudah memahami apa yang hendak dipesankan oleh pengirim.
2. Manfaat-Manfaat dari “Whiteboard Animation”
“Whiteboard Animation” yang dioperasikan dalam Sparkol Videoscribe adalah aplikasi yang digunakan untuk membuat sebuah video dengan animasi tulis tangan. Di dalam aplikasi ini terdapat banyak animasi keren dan unik, sehingga akan membuat peserta didik lebih suka dan terhibur dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya software ini, para guru akan mendapatkan manfaat-manfaat sebagai berikut:
a. Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi-materi pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.
b. Menghindari guru dari metode ceramah dalam penyampaian materi.
c. Dapat memfasilitasi berbagai jenis cara belajar anak.
d. Peserta didik akan lebih antusias mengikuti pembelajaran dengan penyajian video animasi.
e. Bagian penting dari antusiasme peserta didik adalah guru akan lebih mudah mengajak peserta didik terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang menyertainya.
f. Video yang telah dibuat oleh guru dapat diunggah ke youtube, sehingga guru-guru dapat saling berbagi karya video animasi pembelajarannya.
F. Cara Mengoperasikan “Whiteboard Animation”
Setelah pada poin-poin sebelumnya penulis menjelaskan pengertian dan kegunaan “Whiteboard Animation” menggunakan Sparkol Videosribe, pada poin ini penulis akan menjelaskan langkah-langkah bagaimana cara mengoperasikan atau menggunakan Sparkol Videosribe tersebut. Pertama, para guru harus menginstal aplikasi Sparkol Videosribe pada laptop maupun PC. Kedua, jalankan aplikasi sparkol lakukan login dengan email anda, dan pastikan email anda aktif kemudian klik start scribing yang terletak disebelah kiri bawah. Setelah berhasil masuk, maka akan muncul bagan kerja awal dari lembar kerja aktif sparkol. Kemudian, untuk menghilangkan tulisan yang ada pada lembar kerja tersebut, cukup lakukan klik secara sembarang, maka tulisan itu akan hilang dengan sendirinya.
Didalam sparkol terdapat beberapa menu, dimana masing-masing dari menu tersebut memiliki fungsi tersendiri. Yang pertama, ada menu yang mirip dengan gambar pensil yang terletak di pojok kiri atas, didalam menu tersebut berisi sub menu didalamnya antara lain Favotite, Computer, Library, Dropbox, dan wrb URL. Menu bergambar pensil ini digunakan untuk menambahkan gambar yang sudah ada di komputer anda untuk dimasukan kedalam project anda.
Selanjutnya disebelah menu bergambar pensil, terdapat menu yang menyerupai huruf T besar. Menu tersebut digunakan untuk menginput kata atau teks yang ingin kita masukan. Atau bisa dibilang itu adalah lembar kerja dari sparkol itu sendiri. Setelah itu terdapat menu yang menyerupai gambar nada. Menu tersebut digunakan untuk memasukan musik yang ingin anda gunakan. Namun perlu diketahui bahwa sparkol sendiri juga memiliki musik original yang cukup mumpuni untuk anda gunakan didalam project anda.
Selain itu ada juga menu recorder, dimana menu tersebut digunakan untuk menginput rekaman atau musik suara rekaman untuk dimasukan ke dalam project yang akan kita buat. Dan yang terakhir ada Menu Setting (Pengaturan). Didalam menu ini terdapat fitur-fitur yang cukup mendukung untuk kerja kita. Jadi, fungsi dari menu ini ialah untuk mengganti animasi tangan bergerak dan juga paper atau lembar kerja kita. Apabila kita ingin menyimpan sebuah video yang telah kita buat, cukup lakukan klik Create and Share this Video pada bagian kanan atas jendela kerja sparkol. Hasil karya para guru juga dapat diunggah ke youtube setelah terlebih dahulu membuat akun youtube.
KESIMPULAN
Dari paparan makalah di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap, pembelajaran menggunakan audio visual sangat bermanfaat karena bisa menunjang peserta didik untuk belajar dan mengetahui pendidikan lebih luas lagi.
Setiap media pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan yang antara lain,memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis dan kelemahan pada media audio visual adalah terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses pengembangannya.
Media sebenarnya akan sangat membantu dalam mewujudkan tujuan pendidikan meskipun banyak kekurangan yang ada didalamnya. Maka diharapkan kekreatifitasan guru dalam memilih media mana yang lebih cocok untuk diterapkan dalam kelas. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah materi yang akan disampaikan, situasi kelas dan sarana pra sarana.
Dalam hal ini penulis menyarankan “Whiteboard Animation” melalui aplikasi Sparkol Videosribe, yang sesuai pengalaman penulis sangat mudah dioperasikan serta mempunyai tampilan menarik dan atraktif. Hal tersebut akan mendukung kegiatan persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Melihat perkembangan sekarang, dimana dalam keseharian peserta didik, mereka sudah begitu lekat dengan handphone android yang salah satu kegiatan mereka menonton video. Sehingga pembelajaran yang menggunakan “Whiteboard Animation” melalui aplikasi Sparkol Videosribe diharapkan mampu menarik perhatian peserta didik yang pada akhirnya memunculkan minat untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
http://jhanuarpratama.blogspot.co.id/2016/06/media-pembelajaran-audio-visual-kajian.html
• Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
• Mahammad, hamid. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasiona
https://en.wikipedia.org/wiki/Whiteboard_animation
Februari 26, 2024 | No Comments |
1. Hakikat Pendidikan Menurut Aliran Filsafat Konstruktivisme
Teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.
Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan berpikir yang bersifat eklektik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.
2. Tujuan Umum Pendidikan Menurut Aliran Filsafat Konstruktivisme
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
3. Hakikat Guru Menurut Aliran Filsafat Konstruktivisme
Dalam pembelajaran konstruktivis menurut Suparno (1997:16) menyatakan bahwa peran guru atau pendidik dalam aliran konstruktivisme ini adalah sebagai fasilitator dan mediator yang tugasnya memotivasi dan membantu siswa untuk mau belajar sendiri dan merumuskan pengetahuannya. Selain itu guru juga berkewajiban untuk mengevaluasi gagasan-gagasan siswa itu, sesuaikah dengan gagasan para ahli atau tidak.
Menurut prinsip konstruktivis, seorang guru punya peran sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Maka tekanan diletakkan pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar. Fungsi sebagai mediator dan fasilitator ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas antara lain sebagai berikut:
a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa ikut bertanggung jawab dalam membuat design, proses, dan penelitian. Maka jelas memberi pelajaran atau model ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b. Guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingin-tahuan siswa, membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan mereka dan mengkomunikasikan ide ilmiahnya (Watt & Pope, 1989). Menyediakan sarana yang merangsang berpikir siswa secara produktif dan mendukung pengalaman belajar siswa.
c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa itu jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu dalam mengevaluasi hipotesa dan kesimpulan siswa. Disini guru perlu mengerti mereka sudah pada taraf mana?
Guru perlu belajar mengerti cara berpikir siswa, sehingga dapat membantu memodifikasikannya. Baik dilihat bagaimana jalan berpikir mereka itu terhadap persoalan yang ada. Tanyakan kepada mereka bagaimana mereka mendapatkan jawaban itu. Ini cara yang baik untuk menemukan pemikiran mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan mengapa suatu jawaban tidak jalan untuk keadaan tertentu (Von Glasersfeld, 1989).
d. Dalam sistem konstruktivis guru dituntut penguasaan bahan yang luas dan mendalam. Guru perlu mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai pengetahuan dari bahan yang mau diajarkan. Pengetahuan yang luas dan mendalam akan memungkinkan seorang guru menerima pandangan dan gagasan siswa yang berbeda dan juga memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan siswa itu jalan atau tidak. Penguasaan bahan memungkinkan seorang guru mengerti macam-macam jalan dan model untuk sampai kepada suatu pemecahan persoalan, dan tidak terpaku kepada satu model.
Tanggung jawab seorang guru adalah menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin untuk belajar secara aktif dimana peran siswa bisa menciptakan, membangun, mendiskusikan/ membandingkan, bekerjasama, dan melakukan eksplorasi eksperimentasi (Setyosari, Herianto, Effendi, Sukadi,1996). Tugas guru hanyalah mengamati atau mengobservasi, menilai, dan menunjukkan hal-hal yang perlu dilakukan siswa.
4. Hakikat Murid Menurut Aliran Filsafat Konstruktivisme
Para siswa menciptakan atau membentuk pengetahuan mereka sendiri melalui tingkatan atau interaksi dengan dunia. Siswa tidak lagi diposisikan bagaikan bejana kosong yang siap diisi. Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima pengetahuan dari gurunya. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, ratorium, televisi, koran dan internet.
Siswa diberikan kebebasan untuk mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka dan siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Mereka membawa pengertian yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.
5. Hakikat Pembelajaran Menurut Aliran Filsafat Konstruktivisme
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksikan arti sebuah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
b. Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungan.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno 2001:61).
Februari 23, 2024 | No Comments |
Oleh Munawir Aziz Jaringan ulama santri berperan penting untuk menjemput sekaligus menegakkan kemerdekaan. Para kiai dan santri menjadi tulang punggung perjuangan melawan kolonial, sejak pasca Walisongo hingga 1945.
Bisa Dicek juga di Wikipedia berikut
Kiai-kiai di pesantren mengabdikan diri untuk mendidik santri, membentuk jaringan antar pesantren, sekaligus mengobarkan semangat untuk berjuang mengawal kemerdekaan. Inilah peran penting kiai-santri yang harus dicatat oleh sejarah bangsa Indonesia. Namun, sayang sekali tidak banyak catatan sejarah yang menarasikan perjuangan santri. Sejarawan lebih senang menyisir perjuangan jaringan militer pada masa kemerdekaan. Padahal, jaringan militer pada kiai-santri telah terbentuk sejak masa Dipanegara, yang berhasil mengobarkan semangat untuk berjuang pada masa Perang Jawa (1825-1830). Meski pada akhirnya kalah, namun semangat juang dan jaringan santri-kiai tidak padam, justru semakin kuat dengan membentuk koneksi di penjuru nusantara. Perjuangan pada masa revolusi kemerdekaan menjadi buktinya (Bizawie, 2014; 2016).
Pada ujung abad 19 dan paruh pertama abad 20, kisah Kiai Saleh Lateng Banyuwangi layak disimak sebagai cermin sejarah, sebagai kaca benggala dalam memaknai perjuangan kaum pesantren. Siapa sebenarnya Kiai Saleh Lateng? Bagaimana perjuangannya dalam mengawal kemerdekaan dan mengabdi untuk negeri? Kiai Saleh lahir di Kota Mandar, Banyuwangi, pada Ahad, 6 Ramadhan 1278 H/ 07 Maret 1862. Ia memiliki nama kecil Ki Agus Muhammad Saleh. Ayahnya bernama Ki Agus Abdul Hadi, sedangkan Ibunya bernama Aisyah. Kiai Saleh memiliki jalur nasab hingga Raja Palembang. Bagaimana kisahnya keluarga Kiai Saleh mendarat di Banyuwangi? Pada sekitar awal abad 19, Kerajaan Palembang Darussalam telah kehilangan kontrol kekuasaan. Belanda berhasil memegang kendali wilayah kerajaan ini. Raja Palembang, Sultan Najamuddin dibuang ke Aceh, sedangkan kawasan Palembang dikendalikan oleh seorang Residen Belanda. Pada masa genting itu, sebagian besar bangsawan kerajaan Palembang memilih untuk menyingkirkan diri. Situasi yang tidak aman serta kekejaman Belanda menjadikan para keluarga kerajaan berusaha untuk mencari lokasi baru untuk tempat tinggal. Ki Agus Abdurrahman—kakek Kiai Saleh—merupakan bangsawan Kerajaan Palembang yang memilih menyingkirkan keluarganya. Beliau hijrah ke Sumenep di ujung timur Madura. Pada waktu itu, Sumenep masih menjadi basis kerajaan Islam yang sangat kuat, dengan kultur masyarakat setempat yang kental dengan tradisi muslim. Ki Agus Abdurrahman mendapatkan jodoh di Sumenep, menikah dengan Najihah. Pernikahan ini dikaruniai tiga keturunan, namun hanya seorang yang meneruskan perjuangan Ki Agus Abdurrahman dalam berdakwah dan menggeluti ilmu keislaman, yakni Ki Agus Abdul Hadi. Selang beberapa waktu, Ki Agus Abdul Hadi hijrah ke Banyuwangi, di kawasan Tapal Kuda, Jawa Timur. Di kawasan Banyuwangi inilah, Ki Agus Abdul Hadi mendapatkan jodoh bernama Aisyah. Pasangan ini menetap di kawasan Kota Mandar Banyuwangi, hingga melahirkan putra bernama Ki Agus Muhammad Saleh, atau yang terkenal dengan sebutan Kiai Saleh Lateng. Sejak kecil, Ki Agus Muhammad Saleh telah mengaji kepada orang tuanya. Ia mendapat didikan sebagai seorang santri, belajar al-Qur'an dan kajian keislaman dalam tradisi pesantren.
![]() |
Silsilah Kyai Saleh Lateng |
Pada usia remaja, sekitar usia 15 tahun, Kiai Saleh mengaji di pesantren Kebondalem Surabaya, asuhan Kiai Mas Ahmad. Kemudian, beliau melanjutkan mengaji kepada Syaikhona Khalil di Bangkalan Madura, lalu tabarrukan kepada Tuan Guru Muhammad Said di Jembrana Bali. Selepas mengaji di Jawa, Madura dan Bali, Kiai Saleh kemudian melanjutkan mengaji di Makkah. Ketika belajar di Makkah, Kiai Saleh telah dianggap sebagai rujukan keilmuan, ia mengajar beberapa santri di kota suci dengan menggunakan empat bahasa.
Di ujung abad 19, Syaichona Kholil Bangkalan meminta Kiai Saleh untuk pulang ke tanah air, mengabdikan diri untuk mendidik santri dan berjuang mengawal pergerakan. Kiai Saleh meminta waktu satu tahun untuk menuntaskan mengaji di Hijaz. Pada tahun 1900, pada umur 38 tahun, Kiai Saleh kembali ke kampung halaman, di kawasan Lateng Banyuwangi. Lambat laun, nama Kiai Saleh Lateng menjadi terkenal karena kealiman dan pengabdiannya dalam mendidik para santri. Bupati Banyuwangi, Koesoemonegoro memberikan izin kepada Kiai Saleh Lateng untuk mengajar, sejak 4 Maret 1909. Dari kampung halaman di kawasan Lateng, Kiai Saleh berhasil menebarkan ilmu Islam ke masyarakat di penjuru Banyuwangi dan sekitarnya.
Di ujung abad 19 dan awal abad 20, kawasan Banyuwangi masih diwarnai kekerasan oleh para bromocorah. Banyuwangi merupakan kawasan kerajaan Blambangan, yang menjadi pusat kekuasaan di ujung timur Jawa. Kerajaan Blambangan memiliki peran sentral, yang berkembang bersamaan dengan Majapahit. Selepas Majapahit runtuh, Blambangan menjadi satu-satunya kerajaan di ujung timur Jawa yang mengontrol wilayah di kawasan Banyuwangi, Jember, Lumajang, Bondowoso dan Situbondo. Pada 1743, Raja Pakubuwono II dari Mataram menyerahkan Java Oesthoek (kawasan sebelah timur Malang hingga Banyuwangi) termasuk Blambangan kepada VOC. Namun, justru VOC menelantarkan wilayah ini.
![]() |
Silsilah sampai Rasulullah |
Pada 1767 pemerintah Kompeni di Batavia (Hoge Regering) baru mengirimkan tentara untuk melakukan kontrol administratif (Margana, 2007; 2012). Kawasan di ujung timur Pulau Jawa ini menjadi tanah pergolakan. Perlawanan warga terhadap tentara penjajah sudah berlangsung lama, hingga menjadi karakter. Bromocorah dan begal berkembang marak, kekerasan menjadi sikap yang tidak bisa dihindari. Sikap keras warga Banyuwangi dengan berbagai macam masalah menjadi keseharian Kiai Saleh Lateng. Bromocorah dan begal mewarnai kehidupan warga kawasan Blambangan, dengan segenap tindakan kriminal yang menyertai. Tantangan Kiai Saleh Lateng tidak hanya bagaimana mengembangkan dakwah islamiyyah, namun juga bagaimana menaklukkan para bromocorah yang mengganggu. Dengan keyakinan diri, bekal ilmu kanuragan dari Syaichona Khalil, serta atas pertolongan Allah, Kiai Saleh Lateng berhasil meredam konflik-konflik dan kekerasan pada warga Banyuwangi. Meredam konflik antar bromocorah bukanlah hal yang mudah, mengingat tindak kekerasan dengan kenekadan tingkat tinggi menjadi bagian dari wajah begal-begal Banyuwangi. Inilah kelebihan Kiai Saleh Lateng, yang mampu menyatukan para begal-bromocorah, hingga akhirnya takluk dan menjadi pengikut Kiai Saleh Lateng. Bahkan, para bromocorah menjadi mengikut setia Kiai Saleh Lateng, dengan belajar mengaji, bela diri hingga berjuang bersama melawan penjajah di kawasan Banyuwangi dan sekitarnya. Mengabdi untuk Kebangkitan Ulama Kiai Saleh Lateng merupakan tipikal kiai penggerak. Beliau memegang peranan startegis dalam mengkonsolidasi jaringan ulama-santri untuk berdakwah dan mengawal kemerdekaan Indonesia. Kiai Saleh Lateng juga menjadi kiai penting pada masa awal pendirian Nahdlatul Ulama, bersama Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri dan beberapa kiai lainnya di penjuru Nusantara. Pada awalnya, Kiai Saleh Lateng menggerakkan Sarekat Islam. Hal ini merupakan hal yang lumrah, karena pada awal abad 20, pergerakan Syarekat Islam menjadi gerbong bagi para kiai-santri untuk menyuarakan kemerdekaan dan mengorganisasi diri. Meski pada akhirnya para kiai memisahkan diri dari pergerakan Sarekat Islam. Hal ini juga terjadi pada Kiai Wahab Chasbullah, yang pernah menjadi penggerak Sarekat Islam sewaktu mengaji di Hijaz.
Ketika kembali ke tanah air, Kiai Wahab Chasbullah membentuk organisasi sendiri dengan merangkul kiai santri, dalam Tashwirul Afkar, Nahdlatut Tujjar, Nahdlatul Wathan, hingga kemudian terbentuklah Nahdlatul Ulama. Kiai Saleh Lateng, yang pada awalnya menggerakkan Sarekat Islam di Banyuwangi, kemudian menjadi tokoh penting dalam pendirian Nahdlatul Ulama. Bahkan, pada 1913, Kiai Saleh Lateng memimpin Rapat Umum Sarekat Islam di Kawedanan Glenmere Banyuwangi. Dengan demikian, peranan Kiai Saleh dalam menggerakkan jaringan Islam di awal abad 20, diakui memiliki kontribusi penting.
Ketika Komite Hijaz dibentuk, Kiai Saleh Lateng bergabung bersama barisan kiai. Ikatan emosional ketika mengaji di beberapa pesantren, terutama pesantren Bangkalan dan Makkah, menambah kekuatan komunikasi antara Kiai Saleh dengan beberapa kiai lainnya. Ketika masa awal pendirian Nahdlatul Ulama, yakni pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926, Kiai Saleh Lateng ditunjuk oleh Hadratus Syaikh Kiai Hasyim Asy'ari dan Kiai Wahab Chasbullah menjadi anggota muassis-mukhtasar (formatur) pendirian Nahdlatul Ulama. Garda Depan Revolusi Kemerdekaan Ketika masa revolusi kemerdekaan, Kiai Saleh Lateng tidak hanya berperan mengirimkan para santrinya, beliau juga terlibat langsung dalam pertempuran di garda depan. Gema Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 menjadi panggilan berjihad bagi para kiai santri, khususnya di kawasan Jawa Timur dan Madura. Kiai Saleh juga terpanggil dengan pernyataan jihad kemerdekaan yang digelorakan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari. Laskar-laskar santri bergerak untuk mengawal negeri (Latief, 1995).
Perjuangan yang gigih bagi Kiai Saleh Lateng merupakan panggilan hati. Karena perjuangan untuk mengawal kemerdekaan inilah, Kiai Saleh dikejar-kejar oleh tentara dan intel Belanda. Beliau kemudian menyingkir ke kawasan Pakisaji. Ketika menyingkir inilah, Kiai Saleh Lateng bertemu para santrinya yang juga dikejar intel Belanda. Terbukti kemudian bahwa, Kiai Saleh Lateng menjadi panutan para santri karena perjuangan total dalam mengawal kemerdekaan di medan laga. Sikap Kiai Saleh terhadap penjajah sangat keras dan tanpa kompromi. Ketika masa menjelang kemerdekaan, Kiai Saleh melarang para santrinya untuk berpakaian menyerupai kaum penjajah. Hal ini karena, prinsipnya bahwa menyerupai kaum (kafir) berarti termasuk di dalam komunitasnya. Inilah yang dihindari oleh Kiai Saleh, agar perjuangan para santri dengan tekad bulat dan total dalam menegaskan identitas. Kiai Saleh Lateng juga memiliki hubungan yang baik dengan Kiai Wahid Hasyim. Suatu ketika, setelah masa kemerdekaan, Kiai Wahid Hasyim mendapatkan amanah untuk turut serta membangun pemerintahan, mengawal kemerdekaan. Kiai Wahid menjadi Menteri Agama pertama, membantu Soekarno dan Hatta sebagai Presiden-Wakil Presiden. Ketika menyusun pedoman pembentukan organ kementrian, Kiai Wahid Hasyim mencari kitab-kitab rujukan ke beberapa pesantren, serta mengutus wakil untuk silaturahmi ke beberapa kiai. Kebetulan, di pesantren Kiai Saleh, kitab rujukan ini ditemukan, yakni kitab 'Mu'jamul Buldan'. Pengabdian panjang Kiai Saleh Lateng menjadi pelajaran penting bagaimana seharusnya santri berpikir, bersikap dan mengabdi untuk mengawal negeri. Kiai Saleh berdakwah dengan mengajar santri, sekaligus turut serta berjuang untuk menjemput kemerdekaan dan mengawal berdirinya negara. Perpaduan Islam dan nasionalisme bagi kaum pesantren, tidak sekedar konsep yang tertulis, namun dipraktikkan dalam sepenuh keteladana. Bagi kaum santri, perjuangan mengawal negara merupakan panggilan jiwa, lonceng yang berdentang dari hati terdalam.
Perjuangan mengawal NKRI tercermin dari seluruh kehidupan panjang Kiai Saleh Lateng, yang dengan ikhlas berjuang serta mengabdi untuk negeri. Kiai Saleh Lateng wafat pada malam Rabu, 29 Dzulqo'dah 1371 H/ 20 Agustus 1952 pada usia 93 tahun. Jenazahnya disemayamkan di sebelah musholla (Langgar), tempat Kiai Saleh Lateng biasa memberikan pengajian kepada santri-santrinya. Pada tahun 1956, DPRD Kabupaten Banyuwangi memberikan keputusan penggunaan mana KH. Saleh Lateng untuk sebuah ruas jalan. Keputusan DPRD Banyuwangi ini untuk menghormati perjuangan dan pengabdian Kiai Saleh Lateng dalam mendidik warga sekaligus berjuang untuk negeri.
*** Penulis adalah Wakil Sekretaris Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) PBNU, Peneliti Islam Nusantara.
Referensi: Bizawie, Zainul Milal. Laskar Ulama Santri & Resolusi Jihad: Garda Depan Menegakkan Indonesia, 1945-1949. Tangerang: Pustaka Compass. 2014.
Bizawie, Zainul Milal. Masterpiece Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring Ulama Santri (1830-1945). Tangerang: Pustaka Compass. 2016.
Latief, Hisyam. Laskar Hizbullah: Berjuang menegakkan Negara RI. Jakarta: LTN PBNU. 1995. Margana, Sri. Java's Last Frontier: The Struggle for Hegemony of Blambangan, 1763-1818. Thesis Dissertation. Universiteit Leiden, 2007 Margana, Sri. Perebutan Hegemoni Blambangan: Ujung Timur Pulau Jawa, 1763-1818. Yogyakarta: Pustaka Ifada. 2012.
Agustus 20, 2020 | No Comments |
Agustus 20, 2020 | No Comments |