Building Learning Commitment
Oleh:
Mushollin, M.Pd.I
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN SURABAYA
BUILDING LEARNING COMMITMENT
A.
Pendahuluan
Guru adalah
pejabat fungsional yang bekerja di madrasah/ sekolah. Dalam menjalankan
fungsinya guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mengajar (pedagogik) dan
pengembangannya (profesional) yang baik, namun guru dituntut memiliki
kompetensi sosial (interpersonal) dan kompetensi pribadi (intrapersonal) yang
baik pula. Diharapkan keempat kompetensi tersebut bersinergi dan membentuk guru
yang berkualitas dalam menjalankan tugas keseharian dan berinteraksi dengan lingkungan secara
harmonis.
Pelatihan guru
merupakan wahana peningkatan kualitas guru agar mereka dapat menjadi guru yang
lebih baik daripada sebelumnya pada bidang atau materi tertentu. Selama
pelatihan terjadi interaksi aktif yang melibatkan para peserta dengan peserta,
para peserta dengan widyaiswara, para peserta dengan panitia. Hubungan sosial
yang diharapkan adalah hubungan yang sehat, akrab, dan bersahabat dengan
mengedepankan hubungan mutual interaktif menuju kepada pencapaian tujuan
pelatihan itu sendiri.
Dengan
demikian, diperlukan atmosfer bekerja yang memenuhi persyaratan sebagai tim
kerja. Tim adalah suatu kelompok yang memiliki ikatan dan interaksi yang
harmonis memacu terjadinya perubahan,
pertumbuhan, dan perkembangan pribadi maupun organisasi. Salah satu persyaratan sebagai tim kerja yang
baik adalah terjalinnya komunikasi yang efektif. Keefektifan komunikasi diukur
dari kriteria sampai tidaknya pesan. Sebaik apapun pesan yang disampaikan oleh
pemberi pesan, namun terjadi kesalah tafsiran isi pesan yang menimbulkan
miskomunikasi, maka pesan tersebut tidak memiliki nilai guna. Komunikasi
efektif dalam lingkup pergaulan apapun menghendaki penyampaian pesan yang
sesuai dengan maksud penyampai pesan.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an
Surah An-Nahl : 125 yang artinya:
ٱدۡعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم
بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ
وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl. 125)
Dalam dunia kediklatan, peserta diklat pasti
membutuhkan bantuan, informasi, pelanggan, kerjasama, pesanan, dan sebagainya
dalam rangka mendukung pencapaian tujuan. Proses untuk mendapatkan semua itu hanya dapat
dilakukan melalui interaksi dengan orang lain. Salah satu
bentuk interaksi tersebut adalah dengan melakukan kerjasama. Kerjasama tersebut
tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dirintis melalui niat yang kuat dan
proses yang benar. Lingkungan yang nyaman dapat terwujud jika komitmen
kerjasama menjadi modal dasar pribadi anggotanya, dan merupakan hal selalu
diingat. Membangun komitmen kerjasama dalam hal ini, merupakan suatu pekerjaan
yang tidak boleh ditinggalkan, karena apabila terjadi pergeseran komitmen
kerjasama akan berakibat yang sangat
merugikan.
B.
Deskripsi singkat
Pada mata diklat ini peserta
diklat berkenalan dengan sesama peserta
diklat, widyaiswara, dan panitia diklat.
Selain itu peserta diklat
hendaknya menyampaikan harapan selama diklat serta merumuskan kontribusi
peserta diklat agar harapan dan keinginan mereka dapat tercapai selama diklat.
C.
Manfaat bagi peserta
Setelah mengikuti
pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami tentang pentingnya
membangun komitmen dalam proses pembelajaran dalam tim. Selanjutnya perserta
Diklat dapat mengerti bahwa bekerjasama dalam tim adalah merupakan sikap dasar
yang harus dimiliki siapa pun termasuk guru yang pada akhirnya akan merupakan
modal dasar untuk melaksanakan pekerjaannya di instansinya.
D.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah pembelajaran selesai diharapkan
peserta dapat:
1. Berkenalan
dengan sesama peserta diklat,
widyaiswara, dan panitia diklat.
2. Merumuskan harapan,
kontribusi, hal-hal yang seharusnya dilakukan, dan
menyepakati sikap harus
dihindarkan.
E. Pengertian Building Learning Commitment
Building Learning Commitment
terdiri atas 3 (tiga) kata, yaitu: building,
learning, dan commitment. Building merupakan kata benda yang
berasal dari kata kerja build (bhs.
Ing) yang artinya adalah membangun atau membentuk. Menurut Oxford Dictionary,
build adalah make or construct something
by putting parts or material together atau membuat atau membangun sesuatu
dengan memadukan bahan-bahan secara bersama-sama. Building dapat berarti proses membangun atau membentuk. Learning
adalah kata benda benda yang berasal dari kata kerja learn (bhs. Ing) yang
artinya belajar. Learn adalah gain knowledge or skill by study atau
memperoleh ilmu dan pengetahuan melalui belajar. Dengan demikian learning adalah pembelajaran. Selanjutnya comitment adalah thing one
has promised to do yang artinya adalah seseorang yang berjanji untuk
melakukan. Dengan demikian commitment adalah
kesepakatan melakukan sesuatu. Berdasarkan asal kata di atas, maka building learning commitment dapat
didefinisikan sebagai membangun perjanjian belajar atau membangun kontrak
pembelajaran. Kontrak belajar adalah
aturan yang dibuat sendiri atas dasar kesepakatan antara pihak pengajar atau
pun penyelenggara kegatan dengan peserta, misalnya pengajar dengan peserta
pelatihan.
F. Manfaat Building Learning Commitment
Membuat
building learning commitment atau kontrak belajar ini sangat penting karena
memiliki manfaat sebagai berikut:
1.
Peserta
dapat mengidentifikasi kebutuhan selama pelatihan.
2.
Peserta
menyepakati persyaratan pokok dan tata cara pelaksanaan pelatihan.
3.
Peserta
menyepakati tujuan pelatihan dan hasil kerja.
G. Aspek Building Learning Commitment
Banyak
aspek yang dapat dibuat sebagai bahan kontrak belajar. Perlu diingat bahwa
keberhasilan kontrak belajar sangat terkait dengan ketersediaan sarana dan
prasarana serta faktor lingkungan Oleh karena itu dalam menyusun kontrak
belajar, peserta sebaiknya melakukan diskusi mengenai adanya alat-alat yang
diperlukan. Sangat tidak disarankan menyusn kontrak belajar yang tidak
realistis. Realistis di sini adalah bahwa kontrak belajar tersebut sangat
mungkin diwujudkan dalam periode waktu tertentu pelatihan dengan
membertimbangkan ketersediaan infrastruktur dan dukungan birokrasi
(kepanityaan).
Banyak yang dapat dilakukan dalam kontrak belajar, antara lain
penetapan harapan, kontribusi, larangan,
hukuman/ sangsi, dan lain-lain. Di bawah
ini beberapa contoh aspek kontrak
belajar yang dapat dilakukan:
1.
Peserta
harus masuk ke ruang belajar tepat
waktu.
2.
Peserta
harus memakai dasi (bagi laki-laki) dan menggunakan jilbab (bagi perempuan).
3.
Peserta
dilarang mengaktifkan telepon genggam saat pembelajaran.
4.
Peserta
harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar selama pembelajaran
berlangsung.
5.
Peserta
harus mengerjakan semua tugas dari widyaiswara/ pelatih.
6.
Peserta
harus menginap di lokasi pelatihan yang telah disediakan.
7.
Dan
lain-lain.
H.
Makna Belajar
Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam
seluruh aspek tingkah laku.
Secara umum belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sengaja (proses usaha) oleh seseorang untuk memperoleh perubahan
(pengetahuan) yang baru sehingga dapat meningkatkan kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Oleh karenanya belajar itu akan menyangkut beberapa elemen seperti tersebut di bawah ini :
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara
menyusun (1) konsep sementara (hipotesis),(2) melakukan sharing kepada orang
lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, dan (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
4. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan.
Karena itu, pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Melatih
cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan inkonsistensi.
2.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
I.
Pengertian Tim
Kata Tim adalah berasal dari bhs Inggris : team. Kamus Inggris
Indonesia Petter Salim : Team adalah : regu / sekelompok orang yang melakukan
kegiatan. Sebenarnya pengertian tim hampir sama dengan pengertian kelompok, hanya
saja pengertian tim mengarah kepada bebutuhan tertentu. Tim adalah suatu
kelompok yang berintraksi secara positif dengan hubungan secara timbal balik
sesuai fungsi dan tugas masing-masing
individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi dapat diartikan
bahwa kelompok belum tentu tim sedang tim pasti merupakan suatu kelompok. (Yuni Pranoto, 2003: 8)
J.
Tipe-tipe Tim Kerja
Tim pada dasarnya dapat
diklasifikasikan berdasarkan sasaran, yang meliputi :
1. Tim Pemecah masalah,
yakni tim pada suatu departemen yang bertemu secara teratur untuk membahas
cara-cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.
2. Tim pengelola diri,
adalah tim yang bertanggung jawab dari mantan penyelia mereka.
3. Tim fungsional-silang,
adalah tim dari tingkat herarkis dengan bidang kerja yang berlainan yang
bertugas menyelesaikan suatu tugas, atau tugas serupa dengan komite.
K. Manfaat Membangun Tim
Robert B Maddux, seperti yang
dikutip oleh Wahyu Suprapti, mengatakan bahwa manfaat membangun Tim yang efektif
sebagai berikut :
1. Jika terjadi kesulitan
saling memahami
2. Komunikasi bersifat
terbuka
3. Pemecahan masalah
dikalukan bersama
4.
Konflik diterima sebagai
hal yang wajar
5.
Anggota tim faham bahwa
disiplin adalah salah satu modal keberhasilan
6. Anggota tim diberi
kesempatan mengembangkan diri
L. Unsur-unsur
Tim yang Dinamis
Unsur-unsur tim
yang dinamis menurut Richard Y Chang adalah sebagai berikut:
1.
Menyetakan secara jelas
misi dan tujuan tim
2.
Memperjelas peran dan
tanggung jawab
3.
Diorganisasikan dengan
baik
4.
Saling mendukung
kepemimpinan anggota yang lain
5.
Mengembangkan iklim tim
6.
Menyelesaikan
ketidaksapakatan
7.
Berkomunikasi secara
terbuka
8.
Mengevaluasi
efektifitasnya sendiri.
M.
Tahapan Pertumbuhan Tim
Tim yang baik dalam suatu organisasi tidak akan terjadi dengan
sendirinya, dalam waktu yang pendek, melainkan perlu upaya yang
sungguh-sungguh, kebijakan dan program yang konsisten, berkesinambungan dan
sistematis atau dapat dikatakan perlu proses dan waktu yang diusahakan dengan
sungguh-sungguh. Adapun tahapan pertumbuhan Tim yang disasjikan para ahli
adalah sebagai berikut :
1.
Tingkat forming, yakni
tingkat pengumpulan informasi yang dibutuhkan sebagai penetuan dasar tim.
2.
Tingkat storming, yakni
tingkat keraguan atas kepercayaan terhadap tugas dan metodologinya, sehingga
pesimis dengan program yang ada.
3.
Tingkat norming, yaitu
tingkat dimana anggota mulai mau menerima perbedaan-perbedaan dan mengadakan
rekonsiliasi tentang hal-hal yang tidak disetujuinya.
4.
Tingkat performing, pada
tingkat ini mulai matang, mengerti tentang apa yang diharapkan dirinya. Mereka
mulai mebicarakan gagasan-gagasan penyempurnaan, mencari data, mendiagnosa,
mengembangkan solusi dan mencoba melakukan perubahan perubahan.
N. Contoh Proses
Membangun Kerjasama
Mengenal diri dan mengenal orang lain
Setelah kegiatan
pembelajaran ini, peserta dapat mengenal diri dan mengenal orang lain dengan
lebih baik.
1.
Simulasi dan latihan
a. Pencairan Kelas
ü Permaianan
Peleburan diri
Tujuan Mendorong terajadinya interaksi
yang intensif, membuat peserta merasa rileks dan tidak kaku.
Waktu 15 – 20 menit
Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas untuk bergerak
sejumlah peserta
ü Permaianan Nama
Panggilan
Tujuan Memecah kebekuan antara peserta dan widyaiswara dan
sesama peserta.
Waktu 15 – 20 menit
Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas untuk membuat barisan
berbanjar.
ü Permaianan
Lempar Bola
Tujuan Memecah kebekuan antar peserta dan antara peserta
dengan widyaiswara.
Waktu 15-20 menit
Sarana/Prasarana Ruang yang cukup luas untuk membuat lingkaran
dan bola plastik.
b. Mengenal Diri
ü Permaianan
Menggambar Wajah
Tujuan Mengenal diri dengan lebih
baik
Waktu 25 – 30 menit
Sarana/Prasarana Kertas ukuran folio/kuarto sejumlah peserta.
ü Permaianan Menggambar Binatang
Tujuan Mengenal diri secara lebih baik.
Waktu 30-45 menit
Sarana/Prasarana Lembar kerja-1 (bintang) sebanyak peserta dan
krayon
c. Mengenal Orang Lain
ü Permainan Menyusun Peribahasa/
Couplet
Tujuan Peserta
saling mengenal dengan lebih baik, sehingga terjadi interaksi yang intensif,
komunikasi dan kerjasama yang efektif.
Waktu 45-60
menit
Sarana Kartu-kartu
berisi potongan peribahasa. Ukuran kartu 5x6 cm dari kertas manila.
ü Permainan Bulan Kelahiran
Tujuan Mendorong
terjadinya inteaksi yang intensif, membuat peserta rileks.
Waktu 45-60
menit
Sarana Ruangan
yang cukup lebar untuk dapat berpindah atau bergerak.
ü Permainan Siapa Dia
Tujuan Mendorong
terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta rileks, terbuka dalam
berkomunikasi.
Waktu 45-60 menit
Sarana/Prasarana Ruang kelas yang cukup besar
DAFTAR BACAAN
Juni
Pranoto, dan Wahyu Suprapti (2003). Membangun kerjasma tim (Team building). Jakarta : LAN.
M. Entang, Prof. Dr. MA; (1995). Panduan Pembelajaran Bagi Widyaiswara,
Diklat Propinsi Pemda DKI, Jakarta.
Maddux, Robert B (2001). Team Building. Erlangga,
Jakarta.
Manajemen Pendidikan (2002) oleh TIM FKIP-UMS. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Oxford
Advanced Learner’s Dictionary (1994), Oxford: Oxford University Press.
Yayasan Indonesia Sejahtera; (1990), Bermain, Menghayati dan Belajar, Solo, PPSDM.
0 comments:
Posting Komentar
Sialhkan komen dengan bijak, cerdas, mencerahkan dan santun