LOKASI

Banyuwangi Jawa Timur

Rabu, 15 Juli 2020

BUILDING LEARNING COMMITMENT

Building Learning Commitment

Oleh:

 

Mushollin, M.Pd.I

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN SURABAYA




BUILDING LEARNING COMMITMENT

 

 

A.    Pendahuluan

Guru adalah pejabat fungsional yang bekerja di madrasah/ sekolah. Dalam menjalankan fungsinya guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mengajar (pedagogik) dan pengembangannya (profesional) yang baik, namun guru dituntut memiliki kompetensi sosial (interpersonal) dan kompetensi pribadi (intrapersonal) yang baik pula. Diharapkan keempat kompetensi tersebut bersinergi dan membentuk guru yang berkualitas dalam menjalankan tugas keseharian  dan berinteraksi dengan lingkungan secara harmonis.

Pelatihan guru merupakan wahana peningkatan kualitas guru agar mereka dapat menjadi guru yang lebih baik daripada sebelumnya pada bidang atau materi tertentu. Selama pelatihan terjadi interaksi aktif yang melibatkan para peserta dengan peserta, para peserta dengan widyaiswara, para peserta dengan panitia. Hubungan sosial yang diharapkan adalah hubungan yang sehat, akrab, dan bersahabat dengan mengedepankan hubungan mutual interaktif menuju kepada pencapaian tujuan pelatihan itu sendiri.

Dengan demikian, diperlukan atmosfer bekerja yang memenuhi persyaratan sebagai tim kerja. Tim adalah suatu kelompok yang memiliki ikatan dan interaksi yang harmonis  memacu terjadinya perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan pribadi maupun organisasi. Salah satu persyaratan sebagai tim kerja yang baik adalah terjalinnya komunikasi yang efektif. Keefektifan komunikasi diukur dari kriteria sampai tidaknya pesan. Sebaik apapun pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan, namun terjadi kesalah tafsiran isi pesan yang menimbulkan miskomunikasi, maka pesan tersebut tidak memiliki nilai guna. Komunikasi efektif dalam lingkup pergaulan apapun menghendaki penyampaian pesan yang sesuai dengan maksud penyampai pesan.  Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an  Surah An-Nahl : 125 yang artinya:

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl. 125)

 Dalam dunia kediklatan, peserta diklat pasti membutuhkan bantuan, informasi, pelanggan, kerjasama, pesanan, dan sebagainya dalam rangka mendukung pencapaian tujuan. Proses untuk mendapatkan semua itu hanya dapat dilakukan melalui interaksi dengan orang lain. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah dengan melakukan kerjasama. Kerjasama tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dirintis melalui niat yang kuat dan proses yang benar. Lingkungan yang nyaman dapat terwujud jika komitmen kerjasama menjadi modal dasar pribadi anggotanya, dan merupakan hal selalu diingat. Membangun komitmen kerjasama dalam hal ini, merupakan suatu pekerjaan yang tidak boleh ditinggalkan, karena apabila terjadi pergeseran komitmen kerjasama akan berakibat  yang sangat merugikan.

 

B.    Deskripsi singkat

Pada mata diklat ini peserta diklat berkenalan dengan  sesama peserta diklat, widyaiswara, dan panitia diklat.

Selain itu peserta diklat hendaknya menyampaikan harapan selama diklat serta merumuskan kontribusi peserta diklat agar harapan dan keinginan mereka dapat tercapai selama diklat.

 

 

C.    Manfaat bagi peserta

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami tentang pentingnya membangun komitmen dalam proses pembelajaran dalam tim. Selanjutnya perserta Diklat dapat mengerti bahwa bekerjasama dalam tim adalah merupakan sikap dasar yang harus dimiliki siapa pun termasuk guru yang pada akhirnya akan merupakan modal dasar untuk melaksanakan pekerjaannya di instansinya.

D.      Tujuan Pembelajaran Khusus

     Setelah pembelajaran selesai diharapkan peserta dapat:

1.    Berkenalan dengan  sesama peserta diklat, widyaiswara, dan panitia diklat.

2.    Merumuskan harapan, kontribusi, hal-hal yang seharusnya dilakukan, dan

menyepakati sikap harus dihindarkan.

 

E.       Pengertian Building Learning Commitment

Building Learning Commitment terdiri atas 3 (tiga) kata, yaitu: building, learning, dan commitment. Building merupakan kata benda yang berasal dari kata kerja build (bhs. Ing) yang artinya adalah membangun atau membentuk. Menurut Oxford Dictionary, build adalah make or construct something by putting parts or material together atau membuat atau membangun sesuatu dengan memadukan bahan-bahan secara bersama-sama. Building dapat berarti proses membangun atau membentuk. Learning adalah kata benda benda yang berasal dari kata kerja learn (bhs. Ing) yang artinya belajar. Learn adalah gain knowledge or skill by study atau memperoleh ilmu dan pengetahuan melalui belajar. Dengan demikian learning adalah pembelajaran. Selanjutnya comitment adalah thing one has promised to do yang artinya adalah seseorang yang berjanji untuk melakukan. Dengan demikian commitment adalah kesepakatan melakukan sesuatu. Berdasarkan asal kata di atas, maka building learning commitment dapat didefinisikan sebagai membangun perjanjian belajar atau membangun kontrak pembelajaran.  Kontrak belajar adalah aturan yang dibuat sendiri atas dasar kesepakatan antara pihak pengajar atau pun penyelenggara kegatan dengan peserta, misalnya pengajar dengan peserta pelatihan.

 

 

 

F.       Manfaat Building Learning Commitment

Membuat building learning commitment atau kontrak belajar ini sangat penting karena memiliki manfaat sebagai berikut:

1.    Peserta dapat mengidentifikasi kebutuhan selama pelatihan.

2.    Peserta menyepakati persyaratan pokok dan tata cara pelaksanaan pelatihan.

3.    Peserta menyepakati tujuan pelatihan dan hasil kerja.

 

G.      Aspek Building Learning Commitment

Banyak aspek yang dapat dibuat sebagai bahan kontrak belajar. Perlu diingat bahwa keberhasilan kontrak belajar sangat terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana serta faktor lingkungan Oleh karena itu dalam menyusun kontrak belajar, peserta sebaiknya melakukan diskusi mengenai adanya alat-alat yang diperlukan. Sangat tidak disarankan menyusn kontrak belajar yang tidak realistis. Realistis di sini adalah bahwa kontrak belajar tersebut sangat mungkin diwujudkan dalam periode waktu tertentu pelatihan dengan membertimbangkan ketersediaan infrastruktur dan dukungan birokrasi (kepanityaan).

     Banyak yang dapat dilakukan dalam kontrak belajar, antara lain penetapan harapan, kontribusi,  larangan, hukuman/ sangsi, dan lain-lain.  Di bawah ini beberapa contoh aspek  kontrak belajar  yang dapat dilakukan:

1.      Peserta harus masuk ke ruang  belajar tepat waktu.

2.      Peserta harus memakai dasi (bagi laki-laki) dan menggunakan jilbab (bagi perempuan).

3.      Peserta dilarang mengaktifkan telepon genggam saat pembelajaran.

4.      Peserta harus menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar selama pembelajaran berlangsung.

5.      Peserta harus mengerjakan semua tugas dari widyaiswara/ pelatih.

6.      Peserta harus menginap di lokasi pelatihan yang telah disediakan.

7.      Dan lain-lain.

 

H.      Makna Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Secara umum belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja (proses usaha) oleh seseorang untuk memperoleh perubahan (pengetahuan) yang baru sehingga dapat meningkatkan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Oleh karenanya belajar itu akan menyangkut beberapa elemen seperti tersebut di bawah ini :

1.      Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating  knowledge)

2.      Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

3.      Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis),(2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, dan  (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan

4.      Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

 

Karena itu, pembelajaran  memiliki tujuan sebagai berikut :

1.         Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2.         Mengembangkan  aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

 

 

 

I.         Pengertian Tim

Kata Tim adalah berasal dari bhs Inggris : team. Kamus Inggris Indonesia Petter Salim : Team adalah : regu / sekelompok orang yang melakukan kegiatan. Sebenarnya pengertian tim hampir sama dengan pengertian kelompok, hanya saja pengertian tim mengarah kepada bebutuhan tertentu. Tim adalah suatu kelompok yang berintraksi secara positif dengan hubungan secara timbal balik sesuai  fungsi dan tugas masing-masing individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi dapat diartikan bahwa kelompok belum tentu tim sedang tim pasti merupakan suatu kelompok. (Yuni Pranoto, 2003: 8)

 

J.        Tipe-tipe Tim Kerja

Tim pada dasarnya dapat diklasifikasikan berdasarkan sasaran, yang meliputi :

1.      Tim Pemecah masalah, yakni tim pada suatu departemen yang bertemu secara teratur untuk membahas cara-cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.

2.      Tim pengelola diri, adalah tim yang bertanggung jawab dari mantan penyelia mereka.

3.      Tim fungsional-silang, adalah tim dari tingkat herarkis dengan bidang kerja yang berlainan yang bertugas menyelesaikan suatu tugas, atau tugas serupa dengan komite.

 

K.      Manfaat Membangun Tim

Robert B Maddux, seperti yang dikutip oleh Wahyu Suprapti, mengatakan bahwa manfaat membangun Tim yang efektif sebagai berikut :

1.      Jika terjadi kesulitan saling memahami

2.      Komunikasi bersifat terbuka

3.      Pemecahan masalah dikalukan bersama

4.      Konflik diterima sebagai hal yang wajar

5.      Anggota tim faham bahwa disiplin adalah salah satu modal keberhasilan

6.      Anggota tim diberi kesempatan mengembangkan diri

L.       Unsur-unsur Tim yang Dinamis

Unsur-unsur tim yang dinamis menurut Richard Y Chang adalah sebagai berikut:

1.      Menyetakan secara jelas misi dan tujuan tim

2.      Memperjelas peran dan tanggung jawab

3.      Diorganisasikan dengan baik

4.      Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain

5.      Mengembangkan iklim tim

6.      Menyelesaikan ketidaksapakatan

7.      Berkomunikasi secara terbuka

8.      Mengevaluasi efektifitasnya sendiri.

 

M.     Tahapan Pertumbuhan Tim

Tim yang baik dalam suatu organisasi tidak akan terjadi dengan sendirinya, dalam waktu yang pendek, melainkan perlu upaya yang sungguh-sungguh, kebijakan dan program yang konsisten, berkesinambungan dan sistematis atau dapat dikatakan perlu proses dan waktu yang diusahakan dengan sungguh-sungguh. Adapun tahapan pertumbuhan Tim yang disasjikan para ahli adalah sebagai berikut :

1.      Tingkat forming, yakni tingkat pengumpulan informasi yang dibutuhkan sebagai penetuan dasar tim.

2.      Tingkat storming, yakni tingkat keraguan atas kepercayaan terhadap tugas dan metodologinya, sehingga pesimis dengan program yang ada.

3.      Tingkat norming, yaitu tingkat dimana anggota mulai mau menerima perbedaan-perbedaan dan mengadakan rekonsiliasi tentang hal-hal yang tidak disetujuinya.

4.      Tingkat performing, pada tingkat ini mulai matang, mengerti tentang apa yang diharapkan dirinya. Mereka mulai mebicarakan gagasan-gagasan penyempurnaan, mencari data, mendiagnosa, mengembangkan solusi dan mencoba melakukan perubahan perubahan.

 

N.       Contoh Proses Membangun Kerjasama

Mengenal diri dan mengenal orang lain

Setelah kegiatan pembelajaran ini, peserta dapat mengenal diri dan mengenal orang lain dengan lebih baik.

1.     Simulasi dan latihan

a.    Pencairan Kelas

ü Permaianan Peleburan diri

Tujuan                 Mendorong terajadinya interaksi yang intensif, membuat peserta merasa rileks dan tidak kaku.

Waktu                  15 – 20 menit

Sarana/Prasarana  Ruangan yang cukup luas untuk bergerak sejumlah peserta

ü Permaianan Nama Panggilan

Tujuan                 Memecah kebekuan antara peserta dan widyaiswara dan sesama peserta.

Waktu                  15 – 20 menit

Sarana/Prasarana  Ruangan yang cukup luas untuk membuat barisan berbanjar.

ü Permaianan Lempar Bola

Tujuan                 Memecah kebekuan antar peserta dan antara peserta dengan widyaiswara.

Waktu                  15-20 menit

Sarana/Prasarana  Ruang yang cukup luas untuk membuat lingkaran dan bola plastik.

b.   Mengenal Diri

ü Permaianan Menggambar Wajah

Tujuan                   Mengenal diri dengan lebih baik

Waktu                    25 – 30 menit

Sarana/Prasarana   Kertas ukuran folio/kuarto sejumlah peserta.

ü Permaianan Menggambar Binatang

Tujuan                   Mengenal diri secara lebih baik.

Waktu                   30-45 menit

Sarana/Prasarana   Lembar kerja-1 (bintang) sebanyak peserta dan krayon

c.    Mengenal Orang Lain

ü Permainan Menyusun Peribahasa/ Couplet

Tujuan                   Peserta saling mengenal dengan lebih baik, sehingga terjadi interaksi yang intensif, komunikasi dan kerjasama yang efektif.

Waktu                   45-60 menit

Sarana                   Kartu-kartu berisi potongan peribahasa. Ukuran kartu 5x6 cm dari kertas manila.

ü Permainan Bulan Kelahiran

Tujuan                   Mendorong terjadinya inteaksi yang intensif, membuat peserta rileks.

Waktu                   45-60 menit

Sarana                   Ruangan yang cukup lebar untuk dapat berpindah atau bergerak.

ü Permainan Siapa Dia

Tujuan                   Mendorong terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta rileks, terbuka dalam berkomunikasi.

Waktu                   45-60 menit

Sarana/Prasarana   Ruang kelas yang cukup besar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR BACAAN

 

 

 

Juni Pranoto, dan Wahyu Suprapti (2003). Membangun kerjasma tim (Team building). Jakarta : LAN.

 

M. Entang, Prof. Dr. MA; (1995). Panduan Pembelajaran Bagi Widyaiswara, Diklat Propinsi Pemda DKI, Jakarta.

 

Maddux, Robert B (2001). Team Building. Erlangga, Jakarta.

 

Manajemen Pendidikan (2002) oleh TIM FKIP-UMS. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

 

Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1994), Oxford: Oxford University Press.

 

Yayasan Indonesia Sejahtera; (1990), Bermain, Menghayati dan Belajar, Solo, PPSDM.


0 comments:

Posting Komentar

Sialhkan komen dengan bijak, cerdas, mencerahkan dan santun