Kardashev Scale (1) - Tingkat Peradaban
Nikolai Kardashev, adalah seorang ilmuan astrofisika Russia yang mencetuskan teori tentang skala tingkatan peradaban alam semesta yang diukur melalui parameter 'konsumsi energi' dan 'basic technology' yang digunakan dalam peradaban itu. Pada prinsipnya kita bisa menganalisa itu dari dua parameter energi dan teknologi karena keduanya saling terkait erat.
Persepsi untuk memahami ini adalah, jika kita mampu memanfaatkan energi dengan maksimal, kita akan mudah. berkembang untuk menciptakan teknologi apapun. Sebaliknya, jika kita memiliki teknologi maju maka kita mampu memanfaatkan sumber daya apapun untuk memperoleh energi bagi kebutuhan kehidupan kita. Dengan melihat parameter ini kita bisa mengkategorikan tiap peradaban di alam semesta (bukan hanya di bumi), dengan cara mengukur tingkat konsumsi energi yang mereka gunakan di planet tempat hidup mereka, dan teknologi apa yang digunakan untuk memanfaatkan sumber daya apapun sebagai sumber energi
Bagaimana teknis pengukuran parameter ini bisa dilakukan tanpa kita memiliki teknologi yang memadai untuk melihat kehidupan extraterrestrial diluar bumi? Kita akan membahas sosok Nikolai Kardashev dulu untuk memahami teknisnya, ia adalah pemimpin SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence), sebuah badan research yang dimiliki Russia, dalam hal ini mereka memang bertujuan untuk menganalisa segala hal tentang kehidupan extraterrestrial diluar planet bumi dan solar system kita.
Sejak kita menemukan teknologi radio sebenarnya kita telah memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian melalui gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dari seluruh bidang alam semesta bisa kita tangkap dengan teknologi radio, maka ini adalah sebuah alat yang sangat memadai untuk melacak fluktuasi gelombang elektromagnetik dari semua bagian alam semesta. Radio, sejak ditemukan pada awal abd 20, telah berkembang menjadi berbagai teknologi berbeda yang salah satu perkembangannya adalah peralatan - peralatan antariksa kita.
Kita bisa mengukur besaran gelombang elektromagnetik yang terjadi pada berbagai planet berbeda, dan tiap kehidupan (makhluk apapun) selalu menghasilkan gelombang elektromagnetik yang bisa kita identifikasikan. Maka dengan cara ini kita bisa melacak keberadaan kehidupan itu terjadi di planet mana saja, baik di solar system, konstelasi, dan galaksi tempat kita berada.
Begitu juga dengan penggunaan teknologi apapun, semua menghasilkan gelombang elektromagnetik yang fluktuasinya berbeda - beda, maka itu kita bisa perkiraan seperti apa teknologi itu, cara kerjanya, lokasinya, dan konsumsi energi yang digunakan untuk mengoperasikan teknologi itu. Ini adalah sebuah teknik yang masuk diakal untuk melacak keberadaan extraterrestrial, fungsi radio juga termasuk bisa untuk digunakan sebagai alat komunikasi dengan extraterrestrial. Russia adalah salah satu negara yang sangat fokus dalam penelitian tentang extraterrestrial, hanya saja informasi seperti itu tidak selalu dipublikasikan terbuka, karena itu selalu akan kontroversial.
Dengan teknik ini Nikolai mendapatkan berbagai data tentang indikasi kehidupan di tempat - tempat berbeda di alam semesta ini, lepas dari banyak manusia yang skeptik tentang keberadaan extraterrestrial, data ilmiah tentang itu telah diteliti berbagai ilmuan berbeda, jelas kita bukan satu - satunya makhluk berpikir yang ada di alam semesta ini. Nikolai membagi kategori menjadi 3 yaitu peradaban tingkat I, II dan III.
1. Peradaban Tingkat I - adalah peradaban yang telah mampu memanfaatkan semua sumber daya di planetnya sendiri sebagai sumber energi yang menopang kehidupannya. Dalam hal ini, artinya juga peradaban itu telah mampu mengendalikan cuaca, bencana, dan melindungi planetnya dari faktor eksternal, misalnya komet. Maka peradaban seperti ini juga kita sebut sebagai 'planetary civilization'.
2. Peradaban Tingkat II - adalah peradaban yang telah mampu memanfaatkan sumber daya apapun dari konstelasi tempatnya berada, artinya mereka tidak hanya bergantung pada sumber daya yang ada di planetnya saja. Tetapi mereka mampu menyedot energi dari seluruh bintang yang ada dalam konstelasi mereka. Dalam konteks ini kita tentu harus membahas teknologi Dyson Sphere, tanpa memiliki itu, mustahil sebuah peradaban mampu mengambil energi dari bintang diluar planetnya sendiri. Peradaban seperti ini kita sebut juga sebagai 'Stellar civilization'.
3. Peradaban Tingkat 3 - adalah sebuah peradaban yang telah mampu memanfaatkan energi dari seluruh bintang / planet yang berada dalam galaksi tempatnya berada. Peradaban ini kita sebut juga sebagai 'galactic civilization', mereka yang berada dalam tingkatan ini tentunya juga sudah mampu mengontrol semua kondisi galaksinya dengan menggunakan teknologi yang mereka miliki.
Lalu pertanyaannya, manusia bumi termasuk ke dalam kategori yang mana? Anda tentu dapat menyimpulkan sederhana dengan melihat uraian diatas, kita belum masuk ke kategori manapun, dengan kata lain kita bisa menyebut diri kita sebagai '"Peradaban Tingkat 0", bahkan kita belum mampu memanfaatkan semua sumber daya yang ada di bumi, kita masih mengalami krisis energi, apalagi mengendalikan bencana dan menghindar dari tabrakan komet, itu impian yang masih terlalu jauh.
Mengutip pernyataan seorang ilmuan terkemuka Carl Sagan (1973), ia mengatakan bahwa peradaban manusia bumi baru mencapai tingkat 0.7, belum mencapai satu, tapi kita mengarah kepada peradaban tingkat I, mungkin 100 - 200 tahun lagi kita baru akan sampai pada peradaban tingkat I.
Mengutip pernyataan lain dari profesor quantum physic Michio Kaku (2011), ia mengatakan bahwa kita memasuki tingkatan 0.72, sedikit lebih baik dari apa yang Sagan katakan. Karena dalam 40 tahun sejak Carl Sagan mengungkapkan itu, kita telah mulai mengembangkan teknologi yang mampu memanfaatkan sumber daya lain yang tersedia di bumi, seperti hydrothermal, biomass, biofuel, dan berbagai teknologi yang telah berkembang sebagai alternatif untuk kita menghadapi krisis energi.
Michio Kaku juga mengungkapkan bahwa dalam 100 tahun ini kita sudah harus mampu menjadi peradaban tingkat I, jika itu tidak berhasil kita memang benar - benar akan mengalami krisis energi global, dan itu akan secara tidak langsung memusnahkan kita dari bumi. Perubahan iklim bumi yang semakin ekstrim, bencana alam semskin besar, belum lagi beberapa komet yang berpotensi berada dalam lintasan bumi, bagaimana kita mampu bertahan hidup dengan segala ancaman itu?
Pernyataan ini tentunya bukan untuk mengecilkan hati sebagai makhluk bumi, tetapi ini adalah sebuah analisa yang berdasar, bahwa keberadaan homosapiens yang telah ribuan tahun di bumi, masih belum mampu mengendalikan dan memanfaatkan semua sumber daya di bumi untuk kepentingan bertahan hidup.
Maka rendah hatilah manusia bumi, kita masih terlalu jauh dari kemajuan sebagai makhluk yang mampu mengenali planetnya sendiri dengan sempurna. Padahal kenyataannya jika mau berpikir terbuka akan keberadaan diri, leluhur kita yang hidup ratusan ribu / jutaan tahun lalu, di tempat sama bernama bumi, mereka telah mampu mencapai bahkan lebih dari peradaban tingkat I, tidak ada yang tahu pasti mereka termasuk ke tingkat berapa.
Itu alasannya mengapa kita menyebut manusia modern / homosapiens adalah sebuah peradaban yang paling terbelakang di alam semesta ini. Maka sekali lagi rendah hatilah, terutama bagi sebagian besar manusia yang berani mengatakan bahwa manusia adalah makhluk termulia di alam semesta ini, sekali lagi pertanyakan itu kepada diri sendiri. Hanya dengan memiliki kerendahan hati kita akan membuka diri untuk belajar lebih banyak dan mengenali sempurna tentang diri dan planet kita tercinta bernama bumi.
0 comments:
Posting Komentar
Sialhkan komen dengan bijak, cerdas, mencerahkan dan santun